Jadilah Suporter yang Cermat

oleh Reporter

03 Oktober 2022 | 06:20

Oleh:
Herman Sinar Masjati
(Bidang Olahraga, Seni, dan Budaya PD Pemuda PERSIS Kab. Bandung)

 

Sebagai olahraga yang paling banyak digemari oleh masyarakat, sepak bola menjadi sebuah tontonan yang bisa dikonsumsi oleh banyak kalangan, baik anak kecil maupun orang dewasa. Tumbuhnya suporter sepak bola tidak bisa dibendung, bukan hanya karena kecintaan terhadap klub sepak bola semata, melainkan kecintaan akan kedaerahan sangat kentara di persepakbolaan Indonesia. 

Kecintaan yang berlebihan terhadap klub sepak bola akan melahirkan fanatisme buta. Wajar saja, terdapat banyak orang yang rela menggadaikan handphone, meninggalkan pekerjaannya, rela melakukan perjalanan jauh, dan perjuangan lainya yang harus ditempuh demi menyaksikan klub kesayangannya berlaga.

Fanatisme terhadap klub sepak bola akan memengaruhi perilaku. Seseorang akan tambah bersemangat melakukan aktivitas ketika klub kesayangannya memenangkan pertandingan. Sebaliknya, dia akan sedih dan murung berhari-hari sebab klub kesayangannya kalah dalam pertandingan, bahkan yang lebih parah lagi dia akan melakukan tindakan-tindakan rusuh yang dapat mengganggu masyarakat, merusak fasilitas umum, dan menghilangkan nyawa manusia. Itu adalah tindakan fanatisme buta.

Fanatiseme buta jangan sampai merusak keindahan filosofi sepak bola tentang kehidupan, di antaranya tentang kerja sama dan pantang menyerah dalam menggapai tujuan yang diinginkan. Tidak ada salahnya ketika seseorang menggemari klub sepak bola dengan menonton di televisi atau hadir langsung ke stadion. Namun, kita harus memahami dengan cermat bahwa olahraga seharusnya mempersatukan segala perbedaan, dan juga sebagai hiburan. 

Keseruan yang tersaji dalam sebuah pertandingan akan menenangkan pikiran. Sehingga, sepak bola tidak hanya tontonan bagi kaum adam saja, tetapi wanita dan anak-anak bisa dengan tenang menonton pertandingan secara langsung di stadion.

Semoga tragedi Kanjuruhan, yang telah menelan korban kurang lebih 174 orang tewas[1], menjadi tragedi kelam terakhir di dunia persepakbolaan dan olahraga di Indonesia, hingga tidak ada lagi pita hitam di lengan para atlet lain untuk mendoakan korban dan kesedihan di sepak bola Indonesia. Otoritas tertinggi sepak bola Indonesia diharapkan terus berbenah untuk bisa menghasilkan prestasi yang dapat mengharumkan nama bangsa di kancah persepakbolaan dunia. Semoga para korban tewas di Kanjuruhan diampuni segala dosa dan diterima amal baiknya.

 

Reporter: Reporter Editor: admin