Oleh: (Abdurrofi Muwaffaq, peserta kafilah du’at angkatan 12)
Rasulullah Saw merupakan sosok pemimpin luar biasa yang dalam usahanya mensyiarkan agama Islam, beliau tidak pernah lupa untuk menjalankan roda kaderisasi.
Melalui pengaruh dan kepemimpinannya, pengaruh Islam dapat menyebar ke seluruh penjuru dunia hanya dalam kurun waktu 23 Tahun semenjak kerasulannya.
Kader-kader beliau banyak mencatatkan tinta emas dalam sejarah peradaban dunia. Sebut saja Umar bin Khattab, ketika menjadi khalifah pengaruh Islam di dunia menjadi semakin besar dan kuat.
Hal ini terbukti dengan banyaknya daerah kekuasaan Islam pada saat itu. Daerah kekuasaan kekaisaran Byzantium dan Persia yang meliputi Palestina, suriah, Iran dan Turki tak luput dari penguasaan umat Islam.
Ada juga kader Rasulullah Saw yang diutus untuk menyebarkan Islam dan menjadi guru sekaligus da’i di daerah-daerah terpencil seperti Abu Musa al-Asy’ari dan Mu’adz bin Jabal yang diutus ke Yaman.
Said Ramadhan al-Buthy mengatakan dalam The Great Episodes of Muhammad, wasiat Rasulullah Saw kepada Mu’adz dan Abu Musa al-Asy’ari menunjukkan adab seorang dai yang menyeru untuk menyembah Allah.
Yakni seorang da’i harus memberitahu untuk mempermudah bukan mempersulit, memberi kabar gembira harus lebih banyak daripada ancaman dan peringatan.
Kaderisasi menurut Islam dapat diartikan sebagai usaha mempersiapkan calon-calon pemimpin hari esok yang tangguh dalam mempertahankan dan mengembangkan identitas khairu ummah.
Ini sesuai dengan seruan Allah Swt dalam Al-Quran:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali-Imran: 110)
Rasulullah Saw tidaklah sembarangan dalam mengkader, Perbuatan beliau selaras dengan apa yang ia utarakan.
Dengan uswah hasanah ini, para kader beliau menjadi ta’at dan melaksanakan apa yang beliau serukan. Begitu pula bagi para kader atau da’i Rasulullah, uswah manjadi salah satu bagian terpenting dalam syarat berdakwah.
Hal ini selaras dengan kunci kaderisasi yang sukses yang Allah SWT utarakan dalam Al-Quran.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (Q.S. Ash-Shaff: 2-3)
Selanjutnya, Rasulullah Saw dalam melakukan kaderisasi selalu teratur dan terencana.
Contoh di atas sudah cukup membuktikan bahwa kaderisasi yang beliau bangun selalu terencana dengan sangat baik.
Allah SWT memberi kunci kaderisasi berikutnya dalam Al-Quran.
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Q.S. Ash-Shaff: 4)
Di sinilah dibutuhkan ilmu manajemen organisasi. Ini penting untuk menjaga agar kaderisasi tetap berlangsung.
Jika manajemen organisasinya lumpuh maka hampir dapat dipastikan kaderisasinya juga akan lumpuh.
Setelah menyelaraskan antara perbuatan dengan perkataan, lalu direncanakan dengan rapi dan terstruktur maka selanjutnya peran pemimpinlah yang menentukan.
Dua poin pola kaderisasi Rasulullah Saw ini selaras dengan acara pembekalan da’i dan guru ke daerah terpencil di pelosok Negeri oleh Pimpinan Pusat Persatuan Islam angkatan ke-12 ini.
Dengan mengusung tema ‘Membangun Indonesia; Menjaga Akhlaq Bangsa’, para aktivis dakwah dibekali dengan berbagai skill dan pengetahuan yang dibutuhkan agar setelah diberangkatkan nanti pada bulan Desember 2022 gerakan dakwah para aktivis ini akan mampu mengakar dengan kuat.
Sebagai aktivis dakwah yang mengemban misi dakwah Jam’iyyah Persatuan Islam, para da’i ini juga berperan sebagai mujahid dakwah penerus risalah Rasulullah Saw.
Oleh karena itu, karakter utama yang mesti dimiliki seorang aktivis dakwah adalah akhlaqul karimah.
Tidak hanya memiliki pengetahuan yang mumpuni, seorang aktivis dakwah harus mampu memberikan uswah hasanah selama ia membina masyarakat.
Sebab adanya tantangan dakwah yang beraneka ragam, dakwah bil akhlaq dapat menjadi salah satu metode dakwah yang paling efektif untuk dilakukan.
Yang kedua, diperlukan komitmen yang kuat dari seorang aktivis dakwah agar segala wacana dan rencana dakwahnya akan berdampak luas bila mana aktivitas dakwahnya disistemisasi dan diorganisir secara serius dan matang.
Dakwah yang terorganisir akan lebih efektif daripada dakwah yang dilakukan secara asal-asalan.
Maka bagi seorang aktivis dakwah, kemampuan untuk mengorganisir jama’ah, kegiatan dan ummat akan menjadi nilai lebih yang akan membantunya selama menjalankan wacana dan rencana dakwahnya.
Maka dari itu, dengan slogan “Berdakwah Beruswah” Pimpinan Pusat Persatuan Islam melalui pembekalan para da’i dan guru terlibat langsung selama proses kegiatan pengabdian ini dengan jumlah total 18 Provinsi yang akan menjadi medan jihad nanti.
Sumatera Utara, Riau, Lampung, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Sulawesi utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku akan dibina oleh 24 orang kafilah Duat dari Pimpinan Pusat Persatuan Islam.
Dengan armada dan pola dakwah yang baru, besar harapan agar ke depannya para aktivis dakwah ini akan mampu membuka medan-medan dakwah baru dan mampu mengembangkan daerah-daerah binaan lainnya agar cahaya Alquran dan Sunah semakin menancap kuat di bumi Indonesia.
Aamin ya Rabbal ‘alamin.
[]
Editor: Fia Afifah