Antara Aku, Kau, dan Merapi-Merbabu

oleh Reporter

11 Desember 2023 | 04:38

Oleh: Widi Astuti (anggota PERSISTRI Jateng)

 

Mungkin kau masih ingat saat aku berkunjung ke desamu? Saat itu menjelang maghrib. Udara terasa sangat dingin menusuk tulang. Kabut tipis mulai terlihat menutup pandangan.

Saat itu, kau menyalakan arang di dalam rumah. Sebuah cara untuk mengusir hawa dingin. Sebuah kebiasaan di desamu jika malam menjelang. Agar tercipta sedikit kehangatan di dalam rumah.

Kau mengipasi arang itu. Berharap nyala arang semakin besar. Tapi kipasanmu menyebabkan seluruh ruangan penuh dengan asap. Mataku terasa pedih, belum terbiasa dengan asap arang. Akupun terbatuk-batuk.

Kau menyajikan segelas teh hangat. Teh hasil kebun asli gunung merbabu. Aku menyesap teh itu sedikit demi sedikit. Menikmati setiap tetesnya, teh aroma khas Merbabu.

Warna teh tidak terlalu kental. Terlihat agak bening. Rasanya pun agak tawar. Lidahku belum terbiasa dengan teh asli Merbabu ini.

Saat itu adalah empat tahun yang lalu. Awal-awal aku menjelajah lereng Merbabu. Kau bercerita panjang lebar tentang sejarah desamu.

Aku mendengarkan cerita dengan khusyu. Cerita sebuah desa di ketinggian Gunung Merbabu.

Dan aku terhanyut dalam ceritamu, cerita asal-asul Desa Merapisari. Sebuah desa yang masuk wilayah administratif Kab Magelang.  Desa perbatasan antara Kab Semarang dan Kab Magelang.

Dari namanya, bisa kutebak Desa Merapisari memiliki kaitan yang sangat erat dengan Gunung Merapi. Dan tebakanku benar. Tapi aku tak mau menduga-duga lagi. Karena semuanya diceritakan sangat jelas olehmu.

Saat itu tahun 1970-an, Gunung Merapi meletus. Beberapa desa di lereng Merapi hilang tertimbun awan panas wedhus gembel.

Banyak warga desa yang akhirnya transmigrasi bedhol desa. Ada yang bedhol desa ke luar Jawa. Ada juga yang bedhol desa ke lereng Merbabu.

Saat itu warga desamu memilih bedhol desa ke Gunung Merbabu. Dengan pertimbangan jaraknya dekat, juga kulturnya sama.

Gunung Merbabu relatif aman karena bukan gunung berapi. Gunung Merbabu letaknya sangat dekat dengan Merapi. Sehingga biasanya disebut satu kesatuan sebagai Merapi Merbabu.

Untuk mengenang kampung halaman di Gunung Merapi, akhirnya para pemgungsi bedhol desamu sepakat menamai desa yang baru di lereng Merbabu ini dengan nama Merapisari.

Saat itu warga desamu mengungsi di lereng Merbabu dalam kondisi serba kekurangan. Seluruh harta benda sudah tertimbun erupsi Merapi.

Bisa dikatakan para pengungsi hanya membawa pakaian yang melekat di badan. Rumah, harta benda, hewan ternak, telah musnah semuanya.

Kau dan seluruh pengungsi sangat berharap mendapat perhatian dan pertolongan dari orang lain. Entah pemerintah, ormas, ataupun lembaga kemanusiaan.

Karena saat itu kondisi para pengungsi benar-benar memprihatinkan. Hampir seluruh pengungsi itu beragama Islam. Dan mereka berharap ada ormas Islam yang peduli.

Tapi yang datang justru relawan kemanusiaan non muslim. Entahlah saat itu ormas Islam kemana, engkau tak tau.

Yang engkau ingat, para Romo dan Suster itu begitu peduli dengan nasib para pemgungsi. Mereka sangat baik dan selalu ada ketika dibutuhkan. Membantu para pengungsi sepenuh hati.

Akhirnya satu persatu para pengungsi merasa jatuh hati dengan kebaikan para Romo dan Suster tersebut. Namanya orang Jawa itu dipangku mati. Artinya jika selalu diperlakukan dengan baik, akhirnya takluk. Begitu pula yang terjadi dengan warga Merapisari.

Mereka merasa berhutang budi kepada para relawan kemanusiaan non muslim itu. Akhirnya  dengan sukarela mengikuti keyakinan mereka. Menukar agama Islam yang selama ini dipeluk dengan agama lain. Agama yang peduli dengan nasib mereka.

Saat kejadian itu, memang aku belum lahir. Tapi aku bisa membayangkan situasinya. Dan bisa memahami mengapa di desa ini banyak non muslim.

Aku terpekur mendengar ceritamu. Cerita yang membawaku melanglang ke masa puluhan tahun silam. Sebuah masa ketika Merapi Merbabu mengukir kisah pilu. Sebuah masa yang hanya kudengar dari tuturan cerita para orang tua.

Aku memang bukan warga asli Merbabu. Tapi aku selalu tertarik dengan cerita-cerita yang melingkupi Gunung ini. Sebuah cerita yang selalu menyeretku ke lorong sejarah.

Antara aku dan kau terpatri dalam cerita Merbabu. Sebuah rangkaian yang tertoreh dalam pahatan misteri di pegunungan cantik ini.

[]

Reporter: Reporter Editor: admin