"Faktor apa saja yang menyebabkan para misionaris memiliki dana yang banyak sekali. Sementara di sisi lain, da'i ummat Islam seperti kekurangan dana?" tanya seorang santri berjilbab hitam dengan seulas senyum manis di wajahnya.
"Tau nggak kalau Korea Selatan adalah negara pengutus misionaris terbesar kedua di dunia? Tau nggak kalau artis-artis Korea itu sangat jor-joran ketika berdonasi ke gereja?" Tanya saya secara retoris.
Para santri itu terdiam, sebagian lagi tercengang.
"Jadi meskipun para artis K-Popers itu bajunya buka-bukaan, tapi mereka tak pernah lupa berderma ke gerejanya. Kemudian gereja Korsel mengutus para misionaris ke negara dunia ketiga, termasuk Indonesia. Terkadang juga hanya dananya saja yang mengalir. Tau Rosa Blackpink? Tau Siwon? Atau Taeyang? Mereka semua taat beragama. Mereka rajin ke gereja. Bahkan Minzy kuliah teologi di Universitas Baekseok. Dan mereka tak pernah lupa untuk menyumbang gereja dalam jumlah fantastis. Itu baru dari Korea. Belum lagi Amerika, Inggris, Perancis dll. Negara barat dari dulu terkenal sebagai penyokong para misionaris. Uang dollar jika ditukar ke rupiah maka nilainya menjadi besar. Itulah mengapa dana para misionaris besar. Karena mereka didukung aliran dana dari luar negeri."
Para santri Pristac (Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization) dari Depok itu masih serius menyimak. Tak menyangka jika artis-artis yang familiar diantara para remaja itu ternyata adalah penyokong dana misionaris.
"Dulu itu artis beken Andy Lau pernah datang ke Salatiga. Dia datang atas nama badan amal misionaris untuk menemui anak asuhnya. Jadi biasanya setiap anak yang ikut bimbingan belajar gratis gereja itu diangkat menjadi anak asuh oleh orang luar negeri. Segala kebutuhan biaya sekolah ditanggung penuh olehnya. Nah Andy Lau terbang jauh-jauh ke kota kecil Salatiga demi bisa menyapa anak asuhnya secara langsung. Saat itu warga Salatiga heboh karena ada artis beken berkunjung ke kotanya."
"Jadi ketika kalian melihat para artis Korea joget-joget kayak cacing kepanasan, sebenarnya kalian secara tak langsung sedang mendukung mereka untuk berderma lebih banyak bagi para misionaris."
Seketika riuhlah para santri. Saling berbicara dengan teman sebelahnya. Mengungkapkan kekagetan betapa artis yang selama ini familiar. Atau negara yang menjadi kiblat dunia hiburan ternyata adalah pengutus misionaris nomer dua terbesar sedunia. Atau nomer satu se-Asia.
Kemudian jawaban saya disempurnakan oleh Ustadz Arif Wibowo . Beliau menjelaskan secara detil tentang konsep agama Kristen yang berbeda dengan Islam. Kristen adalah agama organisasi yang terpusat. Setiap pemeluk Kristen hanya bisa beribadah di gerejanya masing-masing. Tak bisa beribadah secara bebas di gereja manapun seperti agama Islam yang bisa sholat di masjid manapun.
Dalam agama Kristen ada kewajiban menyerahkan sebagaian pendaptannya ke gereja. Dan dari sinilah salah satu sumber pendanaan untuk para misionaris. Disamping sumber-sumber lainnya.
Diskusi gayeng ini terjadi setelah saya bercerita tentang realita dakwah di lapangan. Bahwa kami pernah berhadapan langsung dengan misionaris yang berusaha mengincar mangsanya lewat jalan pengobatan. Yaitu mengiming-imingi mangsanya bahwa seluruh biaya pengobatan sakitnya akan ditanggung penuh olehnya asalkan mau mengikuti agamanya. Padahal biaya pengobatan itu sangat mahal. Makanya para santri At-Taqwa Depok ini penasaran mengapa para misionaris tak pernah kebingungan dengan uang. Seakan uangnya tak berseri.
Usia para santri tersebut masih remaja. Mereka setara kelas 9. Jadi saya berusaha menjelaskan sesuai dunia mereka yaitu K-Popers ataupun K-drama. Korsel saat ini merajai segala hal. Dari entertainment hingga otomotif. Itulah mengapa mereka sangat kuat memback up para misionaris kelas dunia.
Satu point plus buat para santri At-Taqwa yaitu mereka selalu menyimak dengan serius tapi santai. Wajah-wajah mereka terlihat serius menyimak materi. Tapi terkadang juga di tengah acara mereka bisa heboh dan tertawa riuh. Yup, saat disebut artis-artis Korea itu mereka sangat heboh.
Bahagia dan bangga rasanya bisa bertemu para generasi harapan agama. Mereka datang jauh-jauh dari Depok demi bisa mengenal lereng Merbabu lebih dekat. Yaitu mengenal sejarah Merbabu di masa lalu. Juga kondisi kekinian pegunungan nan cantik ini.
Merbabu memang selalu membuat penasaran banyak orang. Karena memang Merbabu penuh kisah yang patut digali. Dan TK Persis Samirono merasa bahagia mendapat kunjungan dari para calon kaum intelek di masa depan.
Ponpes At-Taqwa Depok terkenal sebagai pesantrennya para pemikir. Kultur menulis sangat ditekankan di sana. Tak heran jika ada santrinya yang ketika usia 17 tahun mampu menerbitkan buku non fiksi yang sangat tebal.
Selalu bangga dengan para santri Pristac yang dikomandani oleh Ustadz Adian Husaini.
Penulis: Widi Astuti (Persistri Jateng)