Cinta

oleh Reporter

15 Maret 2018 | 11:23

Cinta, pada zaman ini telah menjadi efek terbesar bagi orang orang. Dapat kita lihat dizaman sekarang, cinta menjadi objek pertama yang dijadikan jalan cerita film, lirik lagu, status, sosmed dan segala macam dagelan atau humor untuk meraih perhatian Cinta jugalah yang membuat Ali sedih, karna mengetahui abu bakar, orang yang lebih mulia di hadapan Rosul-baginya- telah melamar cinta masa kecilnya Fatimah Maka begitu hebatnya cinta, tidak perlu kita uraikan terlalu banyak. Karna kita sendiri mungkin telah mengalami segala perasaan itu. Maka, mungkin cara terbaik untuk melukiskannya adalah, renungkanlah sebuah imajinasi ini, sampai merasa ini adalah kenyataan. Bayangkanlah seseorang yang hinggap di hati anda, yang karnanya anda rela menanti, menunggu kabar darinya, atau karnanya anda rela mengintip, mecari dimana ia berada atau sekedar memeriksa sosmed, menatap lamat fotonya. Bayangkanlah! Jantung anda yang berdegup kencang, berdetak tak menentuhanya karna ia lewat dihadapan anda. Salah tingkah saat ia tak sengaja menyenggol anda, atau jangan jangan ia menyapa anda seraya memberi senyuman terbaiknya. Aduhai, indahnya hari itu. Serasa semua kejadian buruk yang menimpa kita waktu itu sirna tak membekas. Seketika hari yang buruk menjadi indah. Sepanjang hari hanya tersenyum mengingat kejadian itu. Indah bukan? Lalu bayangkan, jika ia memberi surat, berupa surat cinta, menyatakan perasaannya, bukankah rasanya tak ada lagi hari yang semenyenangkan hari itu? Pasti kita akan terus membacanya berulang ulang hingga kusut surat itu karna terlalu seringnya dibaca. Begitu dasyat nya cinta antara kaum hawa dan adam, sampai sampai kita lupa. Cinta tak melulu antara kedua jenis insan tersebut. Cinta tak melulu berisi puisi galau, yang dituliskan sebagian orang untuk meraih ke-famousan. Kita lupa. Hak cinta sebenarnya. Kita lupa. Ada zat yang seharusnya kita cintai melebihi apapun di dunia ini. Dan ada juga setelah itu, seseorang yang seharusnya kita cintai melebihi cinta kita kepada orang tua atau bahkan diri kita sendiri. Wahai, kita lupa pada cinta yang hakiki. Cinta tertinggi seharusnya ada dalam diri kita. Zat yang kita lupakan. Padahal Ia tak pernah lupa. Kita lupa pada Allah, sedang ia ingat. Aduhai, kita lupa bahwa karna Rosul lah, kita dapat merasakan manisnya iman. Lupa akan segala yang telah Rosul perjuangkan demi agama ini. Iya kita telah lupa, Allah lah yang telah memberi segala hal yang ada dalam hidup ini. Kita lupa bahwa tanpa udara yang diberikan Allah kita tak akan hidup di muka bumi ini. Kita lalai, bahwa Allah turun kan Al-Quran sebagai “surat cinta” kepada hambaNya, Ia turunkan Rosul agar kita tak tersesat, agar kita dapat berjalan di jalan yang terang benderang agar kita mencapai surga Nya Kita lupa bahwa Allah memberi kasih sayng yang diberikan khusus kepada hambaNya yang beriman, dengan kata Ar-Rohim Kita lupa, atau mungkin kita tak tau, apa alsan bilal mengucapkan kata “Ahad” pada saat badannya diletakan di bawah matahari yang panas, dengan sebongkah batu yang berat diatas dadanya agar ia melepaskan keimanannya. Apa alsaan umar bin khattab, orang yang paling keras hatinya, yang paling berani, pantang menjadi orang yang lemah dan tidak takut pada siapapun. Menangis tersedu sedu dikarnakan ayat Al Qur’an, surat cinta Allah pada hambaNya Lupa kita.. alasan Rosul berdiri melaksanakan sholat malam, hingga bengkak kakinya, padahal ia adalah orang yang telah dijanjikan masuk surga. Kita juga lupa, terhadap ia, orang yang membimbing agama islam menjadi sempurna Tidak ingatkan kita apa sebab turun surat Al-Anbiya’ ayat 34-35 itu dikarnakan Rosul yang saat mengetahui kabar kematian dirinya, ia bersedih seraya mengatakn “Ya Allah, Siapkah yang akan membela umatku ini?” Rosul yang memberikan doa mustahjabnya secara tidak langsung, untuk syafaat umatnya pada hari kiamat. Rosul yang memikirkan umatnya, saat ibu kita bahkan belum lahir di dunia ini.   Ya Allah… lalai ku telah dibuat dunia ini Berlari-lari mengejarnya yang semu Meninggalkan akhirat mu yang kekal Telah terluka ku dibuatnya Hingga ku kembali menangis, mengadukan semua luka itu padaMU Ya Allah… kau beri aku kekuatan Namun kembali ku lalai karnanya Kini, dengan kekuatan itu, ku berlari lebih kencang Padahal ia tak pernah ada Ia hanyalah fatamorgana tak berwujud, dikala matahari mulai terbenam Ia hanyalah salju, yang ketika ku genggam, hanya menyisakan air, yang menghilang dari tangan ku   Ya Allah… kuhadapkan wajah ku keblakang Jauh sekali ku meninggalkan mu Tertatih ku kembali Tak ingin lagi ku mengejar dunia Aku ingin kembali Terimalah hamba Mu ini Ya Rabb.   Itulah gambaran kita yang mengejar dunia yang sesungguhnya fana. Atak ada apapun. Padahal Allah dibelakang kita, berada dekat sekali. Bahkan jika kita ingin mendekat, , maka Ia akan lebih mendekat pada kita.   عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ اقْتَرَبَ إِلَيَّ شِبْرًا اقْتَرَبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah Subahanahu berfirman: "Aku seperti prasangka hamba-Ku, dan Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku di dalam dirinya, niscaya Aku akan mengingatnya di dalam Diri-Ku. Dan jika ia mengingat-Ku di suatu kelompok, maka Aku akan mengingatnya dalam suatu kelompok yang lebih mulia dari mereka. jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, niscaya Aku akan mendekatkan Diri kepadanya satu hasta. Dan jika ia datang kepada-Ku sambil berjalan, niscaya Aku datang kepadanya dengan berlari.”   عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَال قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ Dari Abu Hurairah menuturkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah berfirman; Siapa yang memusuhi wali-KU, maka Aku umumkan perang kepadanya, dan hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan, jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah, maka Aku mencintai dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-KU, pasti Ku-lindungi. Dan aku tidak ragu untuk melakukan sesuatu yang Aku menjadi pelakunya sendiri sebagaimana keragu-raguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin yang ia (khawatir) terhadap kematian itu, dan Aku sendiri khawatir ia merasakan kepedihan sakitnya."   ***   Penulis: Wilda Afiya, Santri Putri Pesantren Persis Bangil
Reporter: Reporter Editor: admin