Bandung, persis.or.id - Komunitas Pemudi Peduli ASI Pemudi PERSIS (SPASI), diberikan kesempatan oleh Pimpinan Wilayah (PW) Pemudi PERSIS Jawa Barat (Jabar) untuk menggelar kajian bagi para anggota.
Dalam kegiatan tersebut, SPASI telah memberikan materi sekaligus memperkenalkan diri sebagai Lembaga, Himpunan, dan Komunitas (LHK) yang berada di bawah naungan Pemudi PERSIS pada acara silaturahmi rutin minggu kedua.
Mengusung tema ‘Mengasihi dengan Sepenuh Hati’, kegiatan tersebut diisi oleh pemateri yang berkompeten di bidangnya.
Yaitu Gea Tania Annisa S.Keb. selaku Koordinator Divisi Edukasi SPASI, yang berkolaborasi dengan Insania Zakiyyah, S.Pd., seorang Penggiat Parenting dan Edukasi Anak.
Dalam sesi pembahasan, keduanya terlihat saling melengkapi materi dengan meninjau pembahasan mengeai menyusui dari sisi medis dan syari'at Islam.
Digelar di Aula PERSISTRI, Kalipah Apo, Ahad (12/112023) acara ini juga dilengkapi dengan Pojok Konseling, yang membuka sesi konsultasi langsung seputar ASI, menyusui serta kesehatan ibu dan anak.
Selain itu, Pojok Konseling ini juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang yakni berupa penimbangan dan tensi gratis.
Dihadiri oleh anggota Pemudi PERSIS se-wilayah Jabar, Insania Zakiyyah, S.Pd. membuka materi dengan menjelaskan tantangan kewajiban menyusui yang dikutip dari Surat Al-Baqarah ayat 233.
Artinya: "Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya."
Berdasarkan ayat tersebut, selain menekankan kewajiban menyusui secara sempurna (selama dua tahun) bagi para ibu, menurutnya, ayat tersebut pun menjelaskan tentang pentingnya peran ayah dalam masa persusuan.
Juga penjelasan mengenai diperbolehkannya menggunakan peran ibu susuan (donor ASI) bagi ibu yang tidak sanggup menyusukan anaknya karena suatu kendala yang dibenarkan.
“Namun, yang perlu diperhatikan jika hendak menggunakan peran ibu susuan (donor ASI), kita harus mengetahui dengan jelas identitas si pendonor (ibu susuan), karena akan berpengaruh pada hubungan persaudaraan (mahram) akibat persusuan,” ungkapnya.
Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa meski menyusui merupakan kewajiban yang bersifat tantangan, dalam periode menyusui ini ada keistimewaan bagi ibu menyusui yang Allah sisipkan, salah satunya berupa rukhsah untuk menunda kewajiban shaum.
"Menyusui adalah tantangan, ibu yang mau berusaha menghadapi tantangan tersebut adalah ibu hebat yang patut mendapatkan penghormatan terbaik dari anaknya," tandasnya.
Insaniyyah kemudian menyebutkan bahwa menyusui tidak semata-mata proses memberikan ASI saja.
“Tetapi juga membentuk ikatan sayang (bonding) antara ibu dan si anak. Kedekatan ini juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana penanaman akidah pada anak sejak dini," paparnya.
Berbicara tentang tantangan menyusui, Gea Tania Annisa, S.Keb. menambahkan bahwa menyusui adalah sebuah kata yang terdengar sederhana dan remeh karena dianggap sebagai proses alamiah manusia yang bisa dilakukan tanpa perlu belajar.
“Namun, pada prakteknya proses menyusui ini merupakan serangkaian proses yang cukup rumit karena merupakan proses belajar antara ibu dan bayi," jelasnya.
Karena dianggap sepele, tak jarang banyak para ibu menyusui yang terpaksa gugur di tengah jalan sebelum masa menyusui tersebut berakhir, yaitu dalam waktu dua tahun.
Kurangnya informasi yang akurat tentang ASI dan menyusui menjadi salah satu faktor utama gagalnya pemberian ASI secara sempurna.
Mengimbangi tentang kewajiban menyusui bagi para ibu dalam surat Al-Baqarah ayat 233, ini Gea menghimbau agar para ibu idealnya mempersiapkan periode menyusui sebelum masa melahirkan, salah satunya dengan melakukan konsultasi laktasi antenatal.
“Konsultasi laktasi sebelum melahirkan ini akan sangat membantu bagi calon orangtua, terutama ibu,untuk mensukseskan perjalanan menyusuinya kelak. Sehingga kewajiban untuk menyempurnakan masa persusuan tersebut bisa terlaksana,” tegasnya.
Selanjutnya, ia memaparkan tentang dua unsur penting dalam persiapan menyusui.
Pertama, persiapan mental (psikologis). Dari unsur lainnya, persiapan mental merupakan hal yang paling mendasar, karena tekad yang kuat adalah kunci kesuksesan dari suatu tujuan.
Secara psikologis, calon ibu sudah harus siap dan mau atau berkeinginan menjalankan periode menyusui ini, dan sadar betul bahwa hal tersebut merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah SWT.
Kedua, persiapan support keluarga. Dukungan dari orang terdekat terutama suami, akan sangat berpengaruh besar dalam suksesnya periode menyusui hingga tuntas.
“Salah satunya dengan cara mengedukasi keluarga tentang ASI dan menyusui dari sumber informasi yang tepat agar terhindar dari mitos menyusui yang bisa menggagalkan misi menyusui ini,” terangnya.
Berbicara tentang tantangan menyusui, Gea juga memaparkan tentang beberapa masalah yang kerap kali dikeluhkan dalam periode menyusui.
Di antaranya posisi dan perlekatan menyusui. Menurutnya, dua faktor ini sangat berpengaruh besar pada saat aktivitas menyusui.
Karena jika posisi dan perlekatan salah, maka akan berdampak pada kenyamanan ibu dan bayi dalam proses menyusui.
Selanjutnya keluhan hiperlaktasi dan ASI sedikit. "Target kita adalah ASI yang cukup, bukan ASI yang berlimpah," ungkapnya.
[]
Kontributor: Mega Lestari
Editor: Fia Afifah