Jakarta, persis.or.id — Gagasan besar kerap lahir dari ruang-ruang yang sederhana tetapi penuh nilai. Salah satunya datang dari Ade Rahmat, kader Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (Hima PERSIS) sekaligus alumni Pesantren PERSIS 03 Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, angkatan 2019, yang berhasil menginisiasi penelitian pertama di Indonesia tentang pertanian sirkular berbasis pesantren.
Dalam forum The 3rd International Conference on Pesantren (ICOP) 2025, Ade mempresentasikan hasil riset bertajuk "Pesantren-Based Circular Economy: A Study of the Persis Agropreneur Pesantren Community," Senin (26/5/25)
Penelitian ini menjadi tonggak penting dalam integrasi ekonomi sirkular dengan lembaga keislaman berbasis komunitas—pesantren.
Dengan melakukan studi lapangan di PPI Al-Ma’ruf Pasirjambu dan PPI Cikajang Garut, dua pesantren anggota Komunitas Pesantren PERSIS Agropreneur, riset ini membuktikan bahwa pesantren mampu menjalankan praktik pertanian berkelanjutan secara menyeluruh—dari pengelolaan lahan wakaf, budidaya tanaman dan ikan, pengolahan limbah organik, hingga distribusi hasil tani oleh santri.
Dalam presentasinya, Ade Rahmat menyatakan, “Ekonomi Sirkular merupakan isu besar pembangunan dunia yang dirancang dalam forum United Nation melalui SDGs, penelitian ini menunjukkan bahwa Pesantren PERSIS mempunyai andil besar dalam mewujudkan cita-cita pembangunan berkelanjutan, dan membentuk SDM PERSIS yang berpikir global dengan aksi lokal, Think Globaly Act Localy.”
Karya ini tidak hanya menunjukkan kapasitas intelektual alumni pesantren, tetapi juga menjadi simbol bahwa santri adalah agen perubahan.
Sebagai lulusan PPI 03 Pameungpeuk, ia membuktikan bahwa nilai-nilai yang dibentuk di pesantren dapat menjelma menjadi kontribusi nyata bagi Indonesia, khususnya dalam isu ketahanan pangan, pembangunan berkelanjutan, dan ekonomi hijau berbasis Islam.[]
BACA JUGA:Peneliti Muda PERSIS Bawa Gagasan Ekonomi Sirkular Pesantren ke Forum Internasional ICOP 2025