Emir Tamim bin Hamad Al Thani menyeru kepada masyarakat Intenasional untuk mengupayakan perlindungan terhadap warga sipil di Syiria.
Emir juga menggambarkan pengeboman bertubi-tubi di wilayah timur Ghouta, Syiria sebagai “kejahatan terhadap kemanusiaan”.
Dalam Sebuah komentar yang dia sampaikan pada laman twitter resmi miliknya pada sabtu kemarin, Syeikh Tamim menyatakan bahwa melindungi nyawa di wilayah yang meski dikuasai pihak oposisi adalah “tetap tanggung jawab masyarakat Internasional”.
Wilayah timur Ghouta adalah wilayah pinggiran Ibu kota Syiria, Damaskus, di mana pemerintahan Bashar Al Assad berkantor.
Wilayah tersebut, yang menjadi tempat tinggal bagi 400.000 orang, telah dikepung oleh kekuatan militer Assad sejak tahun 2013 saat mereka berupaya untuk merebut kekuasaan atas wilayah tersebut dari pihak oposisi bersenjata yang berada di sana.
Dianggap sebagai salah satu dari sisa pertahanan terakhir pihak oposisi, kekuatan militer pemerintah Syiria dan Rusia menambah intensitas pengeboman atas wilayah tersebut di beberapa minggu terakhir, dan nyatanya mayoritas korban tewas adalah warga sipil.
Lebih dari 500 orang, diantaranya 123 anak-anak, terbunuh selama kurun waktu minggu lalu sementara 2.400 lainnya mengalami luka-luka dalam pengeboman tersebut.
Dewan Keamanan PBB meluncurkan sebuah resolusi pada sabtu malam yang mendesak segera dilakukannya gencatan senjata selama 30 hari untuk mengevakuasi warga sipil serta agar bantuan makanan dan obat-obatan dapat masuk ke wilayah tersebut.
Namun para aktifis dan saksi mata di lapangan melaporkan bahwa pelanggaran atas resolusi itu justru terjadi tidak lama setelah gencatan senjata diumumkan.
Minggu lalu, kemenlu Qatar juga menyeru kepada masyarakat Internasional untuk “mangambil langkah-langkah penting untuk menghentikan kejahatan ini dan melindungi warga Syiria serta generasi masa depan mereka melalui peralihan yang berkeadilan dan menyeret para penjahat perang ke pengadilan internasional”.
Serangan terhadap Ghouta merupakan bagian dari kelanjutan peran selama tujuh tahun yang dimulai ketika unjuk rasa damai menentang kekuasaan Assad menyeruak.
Sedikitnya sebanyak 470.000 warga telah tewas dalam perang ini dan lebih dari 12 juta warga Syiria – setengah dari jumlah populasi negara ini saat sebelum perang meletus – telah terusir dari tempat tinggal mereka. (*)