Fenomena LGBT Merebak Karena Adanya Pembiaran

oleh Reporter

31 Agustus 2016 | 14:58

Bandung - persis.or.id, "Tanpa kita sadari masyarakat selama ini sangat toleran bahkan cenderung membiarkan perilaku mereka", Ucap Taty Setiaty, Sekretaris Umum PP Persistri. Menurutnya kini istilah LGBT yang merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Bisekuals dan Transgender terus merebak hingga membuat masyarakat terbelalak dan menimbulkan kekhwatiran pada setiap orang tua, khususnya ibu-ibu. "Ibu-ibu mengucap astaghfirullah saking tidak menyangka di dunia saat ini ada yang tidak merasa malu bahkan percaya diri memproklamirkan dirinya homoseks, lesbi, gay, waria, atau transgender", tutur Taty. Orang tua juga terbelalak ketika ada komunitas yang mengumbar foto hubungan badan antar sesama jenis demikan bebas,  foto satu pria bermesraan dengan beberapa pria dan beberapa wanita. Tayangan foto pernikahan yang kini marak dipajang,  bukan foto pria dengan wanita, namun foto pria dengan pria, atau wanita dengan wanita. "Salah satu yang paling parah yaitu adanya komunitas bocah homo dalam akun twitter secara berani terang-terangan memasang profil foto mesum sesama jenis. Ada yang memasang foto adegan ciuman, gambar bagian vital, hingga mengajak menjadi teman kencan", geram Taty. Mirisnya anggota komunitas homo tersebut  masih berusia ABG. "Anak-anak manis yang seusia dengan anak kita di rumah,  yang masih sering kita peluk bahkan masih diperhatikan makan dan pakaian serta memita bekal pada orang tuanya, ternyata begitu banyak pengalaman tentang berhubungan badan", imbuh Taty. Dalam media sosial telah bermunculan sejumlah aplikasi untuk kaum homo yang mudah didownload melalui handphone. Aplikasi itu untuk memudahkan mereka saling berinteraksi, berkenalan dan mendapat pasangan serta khusus dirancang untuk mencari pasangan sejenisnya yang mempunyai lokasi berdekatan. Di dunia kampus tidak kalah hebat, foto dan orang-orang yang sudah secara terbuka mengakui dirinya LGBT terpampang bebas di poster dan mereka memberikan  penawaran bagi mahasiswa yang punya kecenderungan  lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) untuk bercerita tentang masalah mereka kepada orang  yang sudah mengakui kalau dirinya LGBT. Sebetulnya lebih tepat memberi rumah untuk bisa berinteraksi dari pada meluruskan ke jalan yang benar.  Selain bocah serta kalangan masyarakat awam, tulisan dan pernyataan yang menyokong eksistensi LGBT, muncul juga dari ilmuwan, politisi, agamawan hingga presiden USA Barack Obama. "Perilaku kaum LGBT kini sudah semakin cair akibat semakin dijunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan", terang Taty. Banyak masyarakat yang menyukai tokoh banci atau merasa terhibur dengan adanya adegan yang memerankan gaya bencong di media televisi. Termasuk tokoh bencong yang ada dalam film anak anak Upin dan Ipin. Talkshow,  reality show, acara musik yang menarik, sinetron berakting tinggi,  tidak ada yang tidak memasukkan karakter banci, karena masyarakat menyukainya. "Program TV nasional berhasil membuat generasi alay, secara diam-diam masyarakat menyuburkan peluang kecenderungan perilaku menyimpang", kata Taty. Perlahan-lahan masyarakat menjadi sangat toleran dengan perilaku remaja laki-laki berwajah cantik menggunakan sepatu high hills, berselendang bulu-bulu, berkutek, menggunakan pinsil alis,  memakai bondu, dan  berbicara serta berlenggak lenggok bak perempuan. Publik menganggap biasa-biasa saja terutama karena kita sepakat tidak perlu ikut campur urusan orang lain,  cukup berdoa dan berikhtiar semoga anak dan keluarga kita terhindar dari perilaku demikian. Rasanya pikiran seperti itu sangat benar ya. Itulah budaya individualistik yang telah kita lakukan. Masyarakat juga tidak mempersoalkan menggunakan produk  tertentu yang sebetulnya mendukung gerakan LGBT ini, seperti Apple, Starbuck, Nike, e-Bay, MasterCard, GAP, Banana Republic, Levi Strauss & Co., Perusahaan makanan Ben & Jerry's, Jet Blue, AT&T, Johnson & Johnson, Ernst & Young, Mondelez International (Produsen Oreo), Marc Jacobs, UBS, Citi, Orbitz, Cisco, Goldman Sachs, Marriott International, Moody's, dan Expedia  (Republika.co.id, Kamis (11/2). Fakta menarik lainnya adalah bahwa pengguna jejaring sosial yang khusus dipakai untuk kaum homoseks kebanyakan berasal dari Indonesia. 81 ribu orang dari Indonesia tercatat dalam situs jejaring sosial khusus homoseks, dan itu adalah jumlah terbesar jika dibandingkan dengan negara-negara lain  yang diungkapkan oleh Rita Soebagio M.Si, Sekjen dari Aliansi Cinta Keluarga (AILA). Dulu, seseorang akan menutup-nutupi jika seseorang memiliki orientasi berbeda, ia merasa sungkan dan malu. Di masa lalu seorang  penyuka sesama jenis, harus hati-hati menunjukkan siapa dirinya karena di masyarakat hal itu adalah aib. Karena  masyarakat menolak perilaku tersebut, maka masih ada filter dalam dirinya yang mengingatkan bahwa perilaku tersebut tidak benar sehingga timbul perasaan tidak nyaman dan  berusaha untuk merubahnya.  Membuat masih ada setitik rasa malu, perasaan bersalah terhadap perilaku yang menyimpang. "Akhir zaman ditandai dengan munculnya perilaku homoseksual seperti ini. Dalam hadist digambarkan bahwa saat itu manusia hilang malunya sehingga biasa melakukan hubungan seksual di pinggir jalan.  Al Quran telah memperingatkannya dan Rasulullah SAW sangat membenci mereka yang mengumbar syahwatnya, lebih dari mereka yang tidak dapat menahan nafsu. Puncak dari tidak dapat menahan hawa nafsu sebagaimana Fir’aun adalah sombong, dia mengatakan “Akulah Rabb”. Balasannya adalah dia bersama pasukannya ditenggelamkan di laut. Sedangkan puncak mengumbar syahwat adalah perilaku LGBT saat ini, sebagaimana kaum nabi Luth as. Balasannya adalah kota Sodom ditenggelamkan. Mereka yang tidak dapat menahan hawa nafsu seperi Firaun, hanya Firaun dan pasukannya yang dihancurkan Allah SWT, kota Mesirnya masih ada.  Sedangkan kepada pemuja syahwat, Allah SWT menghancurkannya bersama kota tempat mereka berpijak", pungkas Taty. (HL & TG)
Reporter: Reporter Editor: admin