Fitnah-Fitnah Akhir Zaman: Menelusuri Jejak Mukjizat Nubuwwah Khabariyah Nabi SAW (2)

oleh Reporter

16 Juni 2019 | 23:27

Berkuasalah Bani Abbasiyah, yang bermula dari ajakan untuk ridha dengan keluarga Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam pada tahun 101 H yang diserukan oleh Muhammad bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthallib.

Sebagaimana yang dituturkan oleh Muhammaad Sayyid Al Wakil (wajah dunia Islam, hal 80), orang-orang Bani Abbasiyah berkeyakinan kuat bahwa dengan menghabisi orang-orang bani Umayyah dan para pendukungnya, maka kehidupan negaranya relatif aman dan mereka menikmati singgasana kerajaan tanpa gangguan apapun. Tapi mereka lupa kalau ternyata orang-orang bani Umayyah memiliki banyak pendukung yang mencintai mereka, membanggakan kebaikan mereka, berterimakasih kepada mereka yang telah banyak mengamalkan kebaikan dan mereka tidak akan bisa melupakan kebaikan bani Umayyah dalam sehari semalam.

Dari sebab itulah muncullah pemberontakan-pemberontakan yang tentunya memakan korban dan jiwa ratusan bahkan ribuan orang yang semuanya itu di kalangan kaum muslimin.

Kejadian-kejadian tersebut lebih meyakinkan kita akan mukzijat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam atas kejadian yang akan dialami oleh kaum muslimin sebagaimana riwayat berikut :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ إِذَا فُتِحَتْ عَلَيْكُمْ فَارِسُ وَالرُّومُ أَيُّ قَوْمٍ أَنْتُمْ قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ نَقُولُ كَمَا أَمَرَنَا اللَّهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ تَتَنَافَسُونَ ثُمَّ تَتَحَاسَدُونَ ثُمَّ تَتَدَابَرُونَ ثُمَّ تَتَبَاغَضُونَ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ ثُمَّ تَنْطَلِقُونَ فِي مَسَاكِينِ الْمُهَاجِرِينَ فَتَجْعَلُونَ بَعْضَهُمْ عَلَى رِقَابِ بَعْضٍ.

Dari Abdullah bin Amr bin Al 'Ash RA dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, bahwasanya pada suatu hari beliau pernah bertanya, "Apabila negeri Persia dan Romawi telah ditaklukan untuk kalian, akan menjadi bangsa yang bagaimanakah kalian?" Abdurrahman bin Auf menjawab, "Insya Allah kami akan melaksanakan seperti apa yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada kami." Rasulullah SAW bersabda, "Mungkin kalian tidak akan seperti itu. Kalian akan saling bersaing, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Setelah itu kalian akan datang kepada kaum Muhajirin yang miskin dan kalian akan menjadikan sebagian mereka menjadi budak bagi sebagian yang lain." (Muslim 8/212)

            Satu lagi peristiwa sebagai bukti atas mukzijat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam tentang berita peperangan di antara kaum muslimin.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تُقَاتِلُوا قَوْمًا نِعَالُهُمْ الشَّعَرُ وَحَتَّى تُقَاتِلُوا التُّرْكَ صِغَارَ الْأَعْيُنِ حُمْرَ الْوُجُوهِ ذُلْفَ الْأُنُوفِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ وَتَجِدُونَ مِنْ خَيْرِ النَّاسِ أَشَدَّهُمْ كَرَاهِيَةً لِهَذَا الْأَمْرِ حَتَّى يَقَعَ فِيهِ وَالنَّاسُ مَعَادِنُ خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ وَلَيَأْتِيَنَّ عَلَى أَحَدِكُمْ زَمَانٌ لَأَنْ يَرَانِي أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَهُ مِثْلُ أَهْلِهِ وَمَالِهِ

dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan terjadi hari qiyamat hingga kalian memerangi suatu kaum yang sandal mereka terbuat dari rambut dan hingga kalian memerangi bangsa Turki yang bermata kecil (sipit), berwajah merah dan berhidung pesek, wajah-wajah mereka bagaikan perisai yang ditambal. Dan kalian dapatkan manusia paling baik adalah yang paling tidak selera terhadap urusan ini (kekuasaan) hingga dia terlibat (demi menegakkan keadilan) dalam urusan kepemerintahan ini, dan manusia mempunyai potensi bagaikan barang tambang, orang yang terbaik pada masa jahiliyah akan menjadi yang terbaik pula di masa Islam jika mereka memahami Islam, dan sungguh pasti akan datang kepada salah seorang dari kalian suatu jaman yang ketika itu ia berkeyakinan aku lebih dicintainya daripada dia memiliki seperti keluarga dan hartanya". (Shahih Bukhori No. Hadist: 3322).

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تُقَاتِلُوا خُوزًا وَكَرْمَانَ مِنْ الْأَعَاجِمِ حُمْرَ الْوُجُوهِ فُطْسَ الْأُنُوفِ صِغَارَ الْأَعْيُنِ وُجُوهُهُمْ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ نِعَالُهُمْ الشَّعَرُ تَابَعَهُ غَيْرُهُ عَنْ عَبْدِ الرَّزَّاقِ

dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan terjadi hari qiyamat hingga kalian memerangi bangsa Khuzan dan Karman dari bangsa non 'Arab, yang berwajah merah, berhidung pesek dan yang bermata kecil (sipitt), wajah-wajah mereka bagaikan perisai yang ditempa dan sandal mereka terbuat dari rambut ". Hadits ini dikuatkan jalur periwayatannya oleh yang lain dari 'Abdur Razzaq. (Shahih Bukhori No. Hadist: 3323).

            Ibn Mulqan dalam kitabnya at Taudhih li syarhi al Jami’ Shahih  memasukkan hadits-hadits di atas pada bab alamat nubuwwah fil Islam.

Sejarah telah membuktikan, pasca rezim khalifah Mu’tashim, muncul ras-ras yang menganggap dirinya lebih baik dari kaum muslimin yang lain. Bahkan mereka mengaku paling berhak atas jabatan khalifah dan meminta khalifah yang sedang berkuasa untuk mengundurkan diri. Mereka membunuh dan memecat khalifah dan tidak ada satu kekuatan pun yang sanggup menghadang gelombang ganas tersebut. Di antara ras tersebut adalah ras Turki yang bermata sipit dan ras Armenia, mereka adalah orang-orang yang telah memeluk Islam. (lihat wajah dunia islam, hal. 88; Al bidayah wan Nihayah, 10/296).

Demikian selintas fitnah yang dialamai oleh kaum muslimin yang dipicu oleh konplik gerakan politik keagamaan. Disebut politik keagamaan karena keduanya tidak bisa dipisahkan dan penyebab utama sebagaimana disampaikan sebelumnya adalah bermula dari terbunuhnya Utsman bin Affan. Dari pihak keluarga Utsman bin Affan menuntut ditegakkannya qishah atas darah Utsman ini. 

Dari kekisruhan ini muncullah dua kelompok yang menambah lebar fitnah yang terjadi di kalangan kaum muslimin, yaitu khawarij dan syiah. Untuk kelompok khawarij, sebelum kemunculan mereka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah mewanti-wanti akan kemunculannya sebagaimana riwayat-riwayat berikut :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ بَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْسِمُ جَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ ذِي الْخُوَيْصِرَةِ التَّمِيمِيُّ فَقَالَ اعْدِلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقَهُ قَالَ دَعْهُ فَإِنَّ لَهُ أَصْحَابًا يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ صَلَاتَهُ مَعَ صَلَاتِهِ وَصِيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ يُنْظَرُ فِي قُذَذِهِ فَلَا يُوجَدُ فِيهِ شَيْءٌ ثُمَّ يُنْظَرُ فِي نَصْلِهِ فَلَا يُوجَدُ فِيهِ شَيْءٌ ثُمَّ يُنْظَرُ فِي رِصَافِهِ فَلَا يُوجَدُ فِيهِ شَيْءٌ ثُمَّ يُنْظَرُ فِي نَضِيِّهِ فَلَا يُوجَدُ فِيهِ شَيْءٌ قَدْ سَبَقَ الْفَرْثَ وَالدَّمَ آيَتُهُمْ رَجُلٌ إِحْدَى يَدَيْهِ أَوْ قَالَ ثَدْيَيْهِ مِثْلُ ثَدْيِ الْمَرْأَةِ أَوْ قَالَ مِثْلُ الْبَضْعَةِ تَدَرْدَرُ يَخْرُجُونَ عَلَى حِينِ فُرْقَةٍ مِنْ النَّاسِ قَالَ أَبُو سَعِيدٍ أَشْهَدُ سَمِعْتُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَشْهَدُ أَنَّ عَلِيًّا قَتَلَهُمْ وَأَنَا مَعَهُ جِيءَ بِالرَّجُلِ عَلَى النَّعْتِ الَّذِي نَعَتَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَنَزَلَتْ فِيهِ )وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ(

dari Abu Sa'id mengatakan; Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedang membagi (harta rampasan), tiba-tiba Abdullah bin Dzil huwaishirah At Tamimi datang seraya menegur Nabi; 'Hendaklah engkau berbuat adil! ' Spontan Nabi menjawab: "siapa lagi yang berbuat adil jika aku tak berbuat adil?" Umar kemudian berujar; 'Biarkan aku yang memenggal lehernya! ' Nabi bersabda; "Biarkan saja dia, sebab dia mempunyai beberapa kawan yang salah seorang diantara kalian meremehkan shalatnya dibanding dengan shalatnya, dan meremehkan puasanya dibanding puasanya, mereka keluar dari agama sebagaimana anak panah keluar dari busur, ia melihat bulu anak panahnya namun tak ada apa-apa, kemudian memperhatikan mata anak panahnya namun tidak ditemukan apa-apa, kemudian melihat kain panahnya namun tidak didapatkan apa-apa, dan telah didahulu oleh kotoran dan darah. Tanda-tanda mereka adalah salah satu diantara kedua tangannya -atau- diantara kedua putingnya seperti puting kaum perempuan atau ia seperti daging yang bergerak-gerak, mereka muncul ketika manusia mengalami perpecahan." Sedang Abu Sa'id mengatakan; aku bersaksi bahwa aku mendengar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shallallahu 'alaihi wasallam, dan aku bersaksi bahwa 'Ali membunuh mereka dan aku bersamanya ketika didatangkan seseorang yang ciri-cirinya seperti yang disifatkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lantas diturunlah ayat; 'Diantara mereka ada yang mengolok-olokmu karena sedekah yang kamu infakkan' (QS. Attaubah 58). (Bukhari, no 6421).

قَالَ قُلْتُ لِسَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ هَلْ سَمِعْتَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي الْخَوَارِجِ شَيْئًا قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ وَأَهْوَى بِيَدِهِ قِبَلَ الْعِرَاقِ يَخْرُجُ مِنْهُ قَوْمٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنْ الرَّمِيَّةِ

…. (Yusair bin Amru) mengatakan, aku bertanya kepada Sahal bin Hunaif; 'apakah engkau mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda tentang Khawarij? ' Ia menjawab; aku mendengar beliau bersabda; -sambil beliau arahkan tangannya menuju Irak- "Dari sanalah muncul sekelompok kaum yang membaca al Qur`an tidak melebihi kerongkongan mereka, mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah keluar dari busurnya." (Bukhari, no. 6422).

Mereka begitu beraninya protes dan menentang Nabi sollallahu ‘alaihi wasallam. Orang-orang Khawarij yang membangun madzhabnya berdasarkan prinsip aqidah bahwa hukum itu milik Allah semata. Artinya hukum tidak boleh diserahkan kepada orang. Mereka membelot dari imam Ali Bin Abi Thalib karena alasan tertentu. Padahal sebenarnya gerakan mereka tidak bermotifkan agama. Karena tidak lama setelah itu, mereka bergerak karena konflik politik. Mereka persenjatai para pengikutnya kemudian masuk ke kancah perang melawan khalifah dan membaiat Abdullah Bin Wahab Arrasibi sebagai imamnya sembari berusaha keras mendirikan Negara yang berdasarkan pemahaman mereka dan melindungi aqidah mereka.

Pendapat sekte Khawarij terhadap kelompok yang tidak sependapat dengannya sangat radikal. Mereka memvonisnya kafir dan keluar dari Islam serta menghalalkan darahnya, wanita wanitanya dan anak-anaknya. Tentang hal ini Baghdadi menceritakan kisah berikut:

Dalam perjalanan menuju Nahrawan, orang-orang Khawarij berpapasan dengan seorang laki-laki yang melarikan diri dari mereka. Lalu mereka menangkapnya dan bertanya kepadanya: : “siapa namamu?”

Orang tersebut menjawab: “Nama saya Abdullah Bin Khabab Bin art”.

Mereka bertanya kepadanya: “perdengarkan kepada kami satu hadits yang engkau dengar dari ayahmu dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam !”

Abdullah Bin Khabab Bin Art menjawab: “Aku mendengar ayahku berkata bahwa Rasulullah Shallallahi alaihi wa Sallam telah bersabda:

“Nanti akan terjadi fitnah. Orang yang duduk lebih baik dari orang yang berdiri. Orang yang berdiri lebih baik dari orang yang berjalan. Orang yang berjalan lebih baik dari orang yang berusaha. Barangsiapa mampu menjadi yang terbunuh maka ia jangan menjadi pembunuh.”

Baghdadi berkata: “Kemudian orang Khawarij yang bernama Musamma’ memukulnya dengan pedang dan matilah Abdullah Bin Khabab Bin Art. Darahnya mengalir diatas sungai. Lalu meraka memasuki rumahnya yang terletak di pintu desa lalu membunuh anak dan istrinya.”

Radikalisme sekte Khawarij mencapai klimaksnya dalam bentuk tidak mau memberikan perlindungan terhadap orang Islam yang tidak seaqidah dengannya dan justru melindungi orang musyrik karena kesalahpahaman mereka terhadap firman Allah Ta’ala:

“Dan jika ada salah seorang dari orang-orang musyrik meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah.”

Dan mungkin sebab itulah yang mendorong Washil Bin Atha’ mengaku sebagai musyrik yang meminta perlindungan ketika ia tertangkap basah oleh mereka. Ketika mereka menanyakan identitas dirinya, ia menjawab: “Orang musyrik yang meminta perlindungan”. Kemudian mereka melepaskannya. Kalaulah Washil Bin Atha’ mengaku sebagai orang Islam, pasti mereka membunuhnya karena ia tidak sealiran dengan mereka sebagaimana mereka telah membunuh Abdullah Bin Khabab Bin Art sebelum ini.

Berlebih-lebihan dalam memahami Islam dan memutar balikkan dalil hingga mereka berhujjah dengannya dalam manhajnya. Dan itu adalah hasil semangat yang berlebihan dan mereka tidak mampu melepaskan diri daripadanya. Dampaknya mereka tidak memahami masalah-masalah dengan sebenarnya. Mereka mengira bahwa cara mereka itulah satu-satunya jalan menuju surga yang disediakan Allah bagi orang-orang yang bertaqwa. Mereka salah paham untuk kedua kalinya kemudian berkeyakinan bahwa haram bagi seorang Muslim berbeda aqidah dengan mereka. Dan lebih parah lagi mereka beranggapan bahwa orang yang berbeda dengan mereka, hukumnya kafir dan keluar dari Islam.

Demikian konflik internal yang telah dilalui oleh kaum muslimin, walaupun memakan korban jiwa yang banyak tetapi sebatas mereka yang berperang dan memberontak pada kekuasaan. Faktanya secara keseluruhan kaum muslimin mengalami kejayaan dan telah berhasil menaklukkan Persia dan Romawi yang pada waktu itu menjadi dua Negara adikuasa. Kekuasaan Islam telah meliputi semenanjung Iberia kurang lebih dua abad dari abad ke-9 sampai abad ke-11.

Khalifah kaum muslimin mengendalikan wilayahnya yang luas dari kantor pusatnya di Madinah atau Damascus atau Baghdad hingga berabad abad lamanya. Semua wilayahnya yang luas taat kepada perintahnya dan loyal kepadanya mulai dari perbatasan Cina di sebelah timur hingga Perancis Selatan hingga usia tua memasuki persendiannya yang luas, ras yang beraneka ragam, konflik tajam di antara kabilah-kabilah Arab di Mesir dan Hamir, tragedy pemberontakan kaum khawarij dan tentara-tentara zindiq yang dimintai bantuan beberapa khalifah. Kesemuanya menjadi penyebab penuaan dini umat Islam, kekuatannya melemah dan kehilangan keseimbangan. (Wajah Dunia Islam, 163).

 

 

Bersambung….. (ke part ke 3, klik disini)

 

 

 

****

Penulis: H. Deni Sholehudin, M.SI ( Ketua Bidgar Pengembangan Dakwah dan Kajian Pemikiran Islam PP PERSIS)

Reporter: Reporter Editor: admin