Fitnah-Fitnah Akhir Zaman: Menelusuri Jejak Mukjizat Nubuwwah Khabariyah Nabi SAW (5)

oleh Reporter

17 Juni 2019 | 08:01

Sejarah Islam telah memberikan bukti begitu banyak bahwa sedikitnya jumlah mereka bukanlah penyebab utama kekalahan mereka. Perang Badar, perang Tabuk, perang Khandak, perang Mu’tah, hingga perang-perang setelah wafatnya Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam selalu dimenangkan oleh kaum muslimin, sekalipun jumlah mereka sangat sedikit dan senjata mereka sangat terbatas.

Namun setelah itu muncul di tubuh kaum muslimin orang-orang munafik, orang-orang syiah, kaum zindiq, dan orang-orang khawarij. Itulah akar masalah terjadinya fitnah atau perang di antara kaum muslimin.

 Rasulullah mengisyaratkan bahwa pengkhianatan yang dilakukan oleh sebagian umat Islam atas sebagian lainnya telah menyebabkan kekalahan mereka di hadapan musuh-musuhnya. Inilah yang saat ini sedang terjadi.

Kehancuran umat Islam bukan oleh kekuatan musuh, bukan karena kehebatan mereka. Namun karena adanya pengkhianatan sebagian umat Islam. Para pengkhianat agama itu bekerja sama dengan thaghut dan orang-orang kafir untuk memerangi mujahidin. Orang-orang Islam yang munafik itu telah menjual darah daging saudaranya kepada musuh-musuh Islam dengan imbalan yang sedikit. Sebagaimana halnya yang dilakukan oleh orang-orang syiah dalam membantu proses hancurnya Baghdad di tangan tentara Mongol.

“Sesungguhnya aku sudah memohon kepada Rabbku untuk umatku janganlah Dia membinasakan mereka dengan paceklik yang merajalela, jangan menundukkan mereka kepada musuh dari luar kelompok mereka yang menodai kedaulatan mereka. Sesungguhnya, Rabbku berfirman: Wahai Muhammad! Sungguh jika Aku telah menetapkan suatu ketetapan, maka tidak bisa ditolak. Aku berikan kepadamu untuk umatmu agar mereka tidak dibinasakan oleh paceklik yang merajalela dan agar mereka tidak dikuasai oleh musuh dari luar mereka yang akan menodai kedaulatan mereka, sekalipun musuh itu berkumpul dari seluruh penjuru dunia, kecuali jika sebagian dari mereka membinasakan sebagian yang lain dan mereka saling menawan satu sama lain.” (HR Muslim dan Tirmidzi)

Ya, di antara mereka saling menawan satu sama lain, saling menikam dari belakang. Sebagian mereka ada yang menjadi informan musuh, ada yang menjadi kaki tangannya, dan ada pula yang benar-benar menjadi budaknya yang setia. Sebagian mereka bekerja karena tekanan, sebagian karena iming-iming dunia yang dijanjikan, sebagian ada yang karena kebenciannya kepada umat Islam, namun ada pula yang sekedar untuk bertahan hidup. (Abu Fatiah Al-Adnani, Kita Berada di Akhir Zaman).

Bagaimana jalan keluar dari fitnah? Untuk menghindari konflik internal sesama muslim, Zahir bin Muhammad bin Sa’id dalam bukunya Mauqif Ahlus Sunnah wal Jama’ah min tanzili nushusil fitan .. memberikan tawaran kepada kita sebagai jalan keluar dari fitnah-fitnah dan cara menyikapinya, yaitu :

 

1. Senantiasa mengingatkan umat akan fitnah-fitnah itu dan mendorong untuk menjauhinya/ tidak terlibat di dalamnya.

عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ أَنَّ سَعْدَ بْنَ أَبِي وَقَّاصٍ قَالَ عِنْدَ فِتْنَةِ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ أَشْهَدُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّهَا سَتَكُونُ فِتْنَةٌ الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ خَيْرٌ مِنْ الْمَاشِي وَالْمَاشِي خَيْرٌ مِنْ السَّاعِي قَالَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ دَخَلَ عَلَيَّ بَيْتِي وَبَسَطَ يَدَهُ إِلَيَّ لِيَقْتُلَنِي قَالَ كُنْ كَابْنِ آدَمَ

dari Busr bin Sa'id, ia berkata. bahwa ketika terjadi fitnah terhadap Utsman bin Affan Sa'ad bin Abi Waqqash berkata, "Aku bersaksi Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya akan terjadi suatu fitnah di mana orang yang duduk dalam menghadapinya lebih baik dari orang yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik dari orang yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik dari orangyang berlari-lari kecil'. " Sa'ad berkata, ''Bagaimana menurut pendapatmu jika ada seseorang memasuki rumahku dan membentangkan tangannya hendak membunuhku?" Beliau menjawab, "Jadilah seperti anak Adam (Habil) ". Shahih: Al Irwa (8/104).



2. Berlindung kepada Allah dari fitnah-fitnah

Rasulullah saw memerintahkan kepada kita untuk berlindung dari fitnah ini, disamping perintah berindung dari fitnah-fitnah yang lain.

تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ

'Berlindunglah kepada Allah dari fitnah yang nyata dan yang tersembunyi' (Muslim 8/161)

 

3. Bersegera melakukan amal shaleh, karena amal shaleh dapat menjadi tameng dari fitnah-fitnah, karena amal shaleh sebab paling kuat untuk tetap pada haq.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ أَحَدُهُمْ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا

Qutaibah menceritakan kepada kami. Abdul Aziz bin Muhammad menceritakan kepada kami, dari Al Ala' bin Abdurrahman, dari bapaknya, dari Abu Hurairah. Rasulullah bersabda, "Bersegeralah melakukan amal shalih sebelum terjadi fitnah seperti sehagian malam yang gelap gulita. Pada pagi hari seseorang beriman, namun di sore harinya kafir. Sebaliknya, di waktu sore ia beriman dan di pagi harinya ia kafir. Salah seorang dari mereka menjual agamanya dengan kesenangan duniawi". Shahih: Ash-Shahihah (758).

 

4. Tetap beribadah dan sabar dalam melaksanakannya ketika datang fitnah-fitnah, Karena ibadah pada hari-hari fitnah pahalanya besar sama dengan pahala hijrah

عن مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ - رضي الله عنه - أن رسول الله - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ.

Dari Ma’qil bin Yasir Ra. Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Ibadah pada hari banyak pembunuhan (pahalanya) seperti hijrah kepadaku. (HR. Muslim, 8/208. No.2040).

 

5. Ilmu, yaitu memahami keadaan fitnah-fitnah dan menyingkap keadaan-keadaannya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyatakan bahwa ciri-ciri kiamat adalah kurangnya ilmu dan munculnya kebodohan.

Manakala pengetahuan manusia tentang Tuhan dan agamanya semakin bertambah, maka bertambah pula mata batinnya dan hatinya menjadi tentram.

 

6. Menjaga lisan dan tangan, sehingga ia tidak terlibat dalam fitnah-fitnah ini baik berupa ucapan maupun perbuatan yang mengakibatkan jadi pemicu dan menyalakan apinya.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الصَّامِتِ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا ذَرٍّ قُلْتُ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ قَالَ فِيهِ كَيْفَ أَنْتَ إِذَا أَصَابَ النَّاسَ مَوْتٌ يَكُونُ الْبَيْتُ فِيهِ بِالْوَصِيفِ يَعْنِي الْقَبْرَ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ أَوْ قَالَ مَا خَارَ اللَّهُ لِي وَرَسُولُهُ قَالَ عَلَيْكَ بِالصَّبْرِ أَوْ قَالَ تَصْبِرُ ثُمَّ قَالَ لِي يَا أَبَا ذَرٍّ قُلْتُ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ قَالَ كَيْفَ أَنْتَ إِذَا رَأَيْتَ أَحْجَارَ الزَّيْتِ قَدْ غَرِقَتْ بِالدَّمِ قُلْتُ مَا خَارَ اللَّهُ لِي وَرَسُولُهُ قَالَ عَلَيْكَ بِمَنْ أَنْتَ مِنْهُ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا آخُذُ سَيْفِي وَأَضَعُهُ عَلَى عَاتِقِي قَالَ شَارَكْتَ الْقَوْمَ إِذَنْ قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي قَالَ تَلْزَمُ بَيْتَكَ قُلْتُ فَإِنْ دُخِلَ عَلَيَّ بَيْتِي قَالَ فَإِنْ خَشِيتَ أَنْ يَبْهَرَكَ شُعَاعُ السَّيْفِ فَأَلْقِ ثَوْبَكَ عَلَى وَجْهِكَ يَبُوءُ بِإِثْمِكَ وَإِثْمِهِ

Dari Abdullah bin Shamit, dari Abu Dzar, ia berkata, "Rasulullah pernah berkata kepadaku, 'Wahai Abu Dzar.' Aku pun menjawab, 'Ya, wahai Rasulullah, aku penuhi panggilanmu dan semoga kebahagiaan milikmu.'...(kemudian disebutkan lengkap hadits seperti di atas). Lalu disebutkan: Rasulullah bertanya, 'Apa yang akan kamu lakukan jika seseorang meninggal dunia dan rumahnya pindah ke kuburan? 'Aku menjawab, 'Allah SWT dan Rasul-nya yang lebih mengetahui tentang hal itu.' (Atau dalam riwayat lain Abu Dzar menjawab, 'Apa yang Allah dan Rasul-Nya tentukan bagiku.' Rasulullah bersabda, 'Hendaklah kamu bersabar.'Dalam riwayat lain disebutkan, beliau bersabda, '(Dalam menyikapinya) kamu harus bersabar.'Kemudian beliau berkata kepadaku, 'Wahai Abu Dzar.' Aku pun menjawab, 'Ya, wahai Rasulullah, aku penuhi panggilanmu dan semoga kebahagiaan milikmu.' Rasulullah bertanya, Apakah yang akan kamu lakukan jika kamu melihat Ahjar Zait (sebuah daerah di dekat Madinah) dipenuhi oleh darah?' aku menjawab, "Apa yang Allah dan Rasul-Nya tentukan bagiku.''' Beliau bersabda, "Hendaknya kamu bersama orang-orang terdekatmu." Aku menjawab, 'Wahai Rasulullah, bukankan layak bagiku untuk mengambil pedangku dan aku letakkan di atas pundakku?' Beliau bersabda, 'Kalau begitu kamu dapat bergabung dengan kaum itu.' Aku berkata, 'Lalu apa yang kira-kira akan engkau perintahkan kepadaku?' Beliau menjawab, 'Jagalah rumahmu! Aku berkata, 'Jika kemudian ada seseorang yang menyelinap masuk ke dalam rumahku (apa yang harus aku lakukan)?' Beliau menjawab, 'Jika kamu merasa takut dengan kilauan pedang (musuhmu), maka letakkanlah bajumu di wajahmu (menyerah kalah), maka (jika musuhmu membunuhmu) ia akan menanggung dosamu dan dosa dirinya sendiri'." (Abu dawud, no 4261).

 

7. Tetap bergabung dengan jamaah muslimin dan tidak ikut membantu kelompok-kelompok sesat

عَنْ نَصْرِ بْنِ عَاصِمٍ اللَّيْثِيِّ قَالَ أَتَيْنَا الْيَشْكُرِيَّ فِي رَهْطٍ مِنْ بَنِي لَيْثٍ فَقَالَ مَنْ الْقَوْمُ قُلْنَا بَنُو لَيْثٍ أَتَيْنَاكَ نَسْأَلُكَ عَنْ حَدِيثِ حُذَيْفَةَ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ شَرٌّ قَالَ فِتْنَةٌ وَشَرٌّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَعْدَ هَذَا الشَّرِّ خَيْرٌ قَالَ يَا حُذَيْفَةُ تَعَلَّمْ كِتَابَ اللَّهِ وَاتَّبِعْ مَا فِيهِ ثَلَاثَ مِرَارٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَعْدَ هَذَا الشَّرِّ خَيْرٌ قَالَ هُدْنَةٌ عَلَى دَخَنٍ وَجَمَاعَةٌ عَلَى أَقْذَاءٍ فِيهَا أَوْ فِيهِمْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ الْهُدْنَةُ عَلَى الدَّخَنِ مَا هِيَ قَالَ لَا تَرْجِعُ قُلُوبُ أَقْوَامٍ عَلَى الَّذِي كَانَتْ عَلَيْهِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَبَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ شَرٌّ قَالَ فِتْنَةٌ عَمْيَاءُ صَمَّاءُ عَلَيْهَا دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ النَّارِ فَإِنْ تَمُتْ يَا حُذَيْفَةُ وَأَنْتَ عَاضٌّ عَلَى جِذْلٍ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تَتَّبِعَ أَحَدًا مِنْهُمْ

Dari Nashr bin 'Ashim Al-Laits, ia berkata, "Kami pernah mendatangi Al Yasykuri bersama kafilah Bani Laits. Ia bertanya, 'Siapakah orang-orang itu?' Kami menjawab, 'Bani Laits. Kami mendatangimu untuk menanyakan perihal ucapan Hudzaifah'." (Dalam riwayat ini kemudian disebutkan rinci dialog ini). Hudzaifah bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, apakah setelah datangnya Islam akan ada keburukan lain?" Beliau menjawab, " Fitnah dan keburukan. "Hudzaifah berkata, "Aku bertanya lagi kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, apakah setelah datangnya Islam akan ada keburukan lain?' Beliau menjawab, Wahai Hudzaifah, pelajarilah Al Qur'an dan ikuti ajaran yang ada di dalamnya!' Beliau mengatakannya tiga kali'." Hudzaifah berkata, "Aku bertanya lagi kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, apakah setelah datangnya Islam akan ada keburukan lain?' Beliau menjawab, ''Keburukan berkedok kedamaian dan kelompok yang terselimuti kekufuran dan anggota kelompoknya pun terselimuti olehnya."Hudzaifah berkata, "Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan keburukan berkedok kedamaian?' Beliau menjawab, 'Ketika hati seluruh kaum sudah tidak dapat lagi kembali kepada kebaikan sedia kala.' Maka aku bertanya lagi, 'Apakah setelah Islam datang akan ada keburukan lain yang akan kembali datang?' Beliau menjawab, 'Fitnah orang buta dan tuli (akan kebenaran), dan fitnah itu memiliki pemanggil yang berada di atas pintu neraka. Jika kamu mati, wahai Hudzaifah, dalam kondisi menggigit batang pohon sekalipun, itu lebih baik daripada kamu mengikuti mereka'. " (Abu Dawud, no. 4246)

 

8. Pergi menjauh ketika kerusakan telah merata

مُسْلِمُ بْنُ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهَا سَتَكُونُ فِتْنَةٌ يَكُونُ الْمُضْطَجِعُ فِيهَا خَيْرًا مِنْ الْجَالِسِ وَالْجَالِسُ خَيْرًا مِنْ الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ خَيْرًا مِنْ الْمَاشِي وَالْمَاشِي خَيْرًا مِنْ السَّاعِي قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا تَأْمُرُنِي قَالَ مَنْ كَانَتْ لَهُ إِبِلٌ فَلْيَلْحَقْ بِإِبِلِهِ وَمَنْ كَانَتْ لَهُ غَنَمٌ فَلْيَلْحَقْ بِغَنَمِهِ وَمَنْ كَانَتْ لَهُ أَرْضٌ فَلْيَلْحَقْ بِأَرْضِهِ قَالَ فَمَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ قَالَ فَلْيَعْمِدْ إِلَى سَيْفِهِ فَلْيَضْرِبْ بِحَدِّهِ عَلَى حَرَّةٍ ثُمَّ لِيَنْجُ مَا اسْتَطَاعَ النَّجَاءَ

Dari Abu Bakrah, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Fitnah akan terjadi, (saat) orang yang bangun dari tidur akan menjadi lebih baik daripada orang yang duduk, dan orang yang duduk lebih baik dari orang yang berdiri, dan orang yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan kaki, dan orang yang berjalan kaki lebih baik dari orang yang berlari-lari kecil'." Abu Bakrah berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang kiranya akan engkau perintahkan kepadaku?" Beliau menjawab, "(Jika saat itu datang, maka) yang memiliki unta bersegeralah mengambil untanya, yang memiliki kambing maka ambillah kambingnya itu, dan bagi yang memiliki sebidang tanah maka pergunakanlah tanahnya itu. "Abu Bakrah berkata, "Lalu bagaimana bagi orang yang tidak memiliki apa-apa?" Beliau menjawab, "Hendaknya ia berpegang kepada pedangnya dan menancapkan pedangnya itu di tanah bebatuan, kemudian hendaknya ia mencari perlindungan untuk keselamatan nya." (Abu Dawud, no. 4256).

Demikian sebagian fitnah-fitnah yang akan dialami oleh kaum muslimin sebagaimana telah diberitakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam jauh sebelumnya. Begitu juga beberapa berita dari beliau yang semakin hari semakin benar dan terbukti. Hal ini memberikan keyakinan kepada kita bahwa kita benar-benar berada dalam haq, dan menjadi ibroh atau pelajaran dari kejadian-kejadian yang memilukan supaya tidak menimpa pada kita dan tidak dialami oleh anak dan cucu kita. Wallahu A’lam Bishowab         

 

 

****

Penulis: H. Deni Sholehudin, M.SI ( Ketua Bidgar Pengembangan Dakwah dan Kajian Pemikiran Islam PP PERSIS)

Reporter: Reporter Editor: admin