Khartoum – persis.or.id. Sudan kembali membuka akses internet untuk masyarakatnya Rabu (9/7/2019). Pemblokiran internet dituturkan oleh Galih salah satu mahasiswa Indonesia asal Pesantren Persis Cibegol setelah 36 hari terjadi pemblokiran akses internet.
Galih menjelaskan situasi Sudan saat ini cenderung kondusif. Ia mengaku pemblokiran internet di Sudan menjadi kekhawatrian masyarakat. Selain sulit untuk berkomunikasi, akses informasi pun dirasakan sulit.
"Saya khawatir jika terjadi apa-apa tidak bisa menghubungi keluarga waktu internet diblokir. Apalagi Sudan pernah terjadi konflik, jadi khawatir tapi sekarang kondusif," ucapnya kepada persis.or.id, Jum'at (13/7/2019).
Galih Mahasiswa semester 4 di International University of Africa bercerita hingga akhirnya harus merogok uang yang tak sedikit agar bisa menelpon atau sekedar mengirim pesan kepada keluarga. Disisi lain, dibukanya jaringan internet selain mempermudah komunikasi juga kembali membuka peluang dakwah melalui media sosial.
"Sudan seperti baru lahir kembali," tutur Galih.
"Dengan datangnya Ustadz Abdul Somad ke Negeri Dua Nil beberapa waktu lalu menjadi sebuah bukti bahwa memang Sudan masih menjadi negeri yang ramah bagi para penuntut ilmu. Terlepas dari itu semua, Mahasiswa yang sedang berada di Sudan khususnya sangatlah membutuhkan perhatian lebih, mengingat perjuangan yang tidaklah mudah." pungkasnya. (HL/RFY)