persis.or.id - Sigab PERSIS Korda Garut melaporkan adanya bencana alam berupa banjir akibat luapan air sungai Cipalebuh, di Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut.
Dalam kejadian tersebut, beberapa titik di Kecamatan Pameungpeuk yang terdampak luapan air sungai Cipalebuh, di antaranya Desa Pameungpeuk, Desa Sirna bakti, Desa Mandala kasih, dan Desa Bojong Kidul.
Adapun waktu kejadiannya pada hari Kamis, 22 September 2022. Pukul 18.30, air sungai Cipalebuh mulai naik.
"Jadi kronologinya, pada Kamis pukul 13.00 wib, hujan mulai turun di sekitar Kec. Pameungpeuk dengan intensitas ringan dan deras secara terus menerus," tutur Dr. Sony Ramdhani, Komandan Siaga Bencana (Sigab) PERSIS.
"Nah, pada pukul 18.30, air sungai mulai naik pada pukul 22.00, dan masuk ke permukiman warga dan fasilitas umum lainnya. Sehingga, warga mulai mengevakuasi dirinya masing-masing, sampai pukul 01.00 wib, Jumat dini hari," tambah beliau.
Menurutnya, bencana sekarang lebih besar dari tahun 2020. Namun, dampaknya lebih sedikit. Dampak dari peristiwa ini di menimpa fasilitas umum, di antaranya tempat ibadah, sarana olahraga, sarana pendidikan, dan sarana kesehatan.
Meskipun bagi warga sekitar musibah ini sudah menjadi langganan, tetapi banjir kali ini dirasa warga sungguh sangat membuat menderita, sama seperti terakhir kali banjir bandang pada tahun 2020.
Selain itu, dampak juga menimpa ratusan rumah warga yang berada di sepanjang bantaran sungai Cipalebuh, hingga empat desa. Tingkat kerusakan dan kerugian material bervariasi, dari mulai rusak parah hingga sedang.
"Adapun PPI 111 terdampak dalam kejadian ini," tambahnya.
Sementara itu, laporan dari dari Sigab Korda Tasik Kota yang didampingi Sigab Korda Garut ikut, mereka ikut support dan mendorong logistik berupa tenaga dan sedikit bantuan pakaian layak pakai, guna meringankan beban warga dan para penyintas.
Sudah menjadi hal yang lumrah bagi Sigab, penanganan pascabencana tidak hanya memberikan bantuan berupa materi, tetapi ikut membersihkan material sisa-sisa banjir, seperti lumpur, sampah dan bongkahan bongkahan kayu yang di bawa banjir ke pemukiman.
Kearifan lokal budaya gotong royong warga masih tetap terjaga, meski dari sebagian mereka sama ikut menjadi korban. Sehingga, Alhamdulillah, bisa terkondisikan dalam waktu dua hari.
[]
(AMR/dh)