Ghazi, Lulusan PPI 19 Bentar Jadi Peserta Termuda di Konferensi Studi Islam dan Agama

oleh Reporter

03 Oktober 2019 | 10:19

Bandung - persis.or.id, Ghazi Abdulah Muttaqien (17) santri lulusan Pesantren Persis Bentar 19 angkatan tahun ajaran 2018-2019 menjadi pusat perhatian pada 1st Conference of Islamic and Religious Studies (Konferensi ke-1 Studi Islam dan Agama ) yang di gelar di Hotel Shakti Bandung yang berlangsung dari tanggal 27-28 september 2019.
Yang menarik, dari 101 peserta yang mengikuti konferensi tersebut, selain peserta termuda, Ghazi juga hanyalah lulusan SMA/sederajat sedangkan peserta lain merupakan lulusan S1, S2 dan S3 bahkan Doktor serta kandidat Profesor pun ada.
“Saya lulusan Pesantren Persis 19 Bentar angkatan 38, tahun ajaran 2018-2019,di konferensi tersebut saya bersanding dengan para Doktor dan Kandidat Professor,” katanya pada Raksa Garut News saat di temui di rumah orangtuanya kampung Ancol, Tarogong Kidul, Garut, Selasa (1/10/2019). “Ini merupakan pengalaman berharga dapat sekonferensi dengan para dosen Ayah saya saat dulu kuliah di UIN Bandung, semisal KH. Husein Z.M, Lc.,M.Pd.I,” imbuhnya.
Ghazi di Konferensi tersebut mempresentasikan karya tulisnya mengenai “Syed Muhammad Naquib al-Attas’ View on Islamization of Knowledge : A Description Studies” (Pandangan Syed Muhammad Naquib al-Attas tentang Islamisasi Pengetahuan: Studi Deskripsi) yang mana sebelumnya lolos seleksi tulisan (abstrak). Demikian dilansir dari raksagarutnews.com.
Ghazi mengatakan tulisan tersebut bertujuan untuk memperkenalkan gagasan islamisasi, menurutnya ilmu kontemporer sebagai solusi menghadapi kanker epistemologis dan hegemoni sekuler keilmuan Barat yg dekonstruktif (merusak).
“Karena dalam islam, ilmu itu sarat nilai (value laden) dan tidak bebas nilai (value free) atau netral,” ucapnya.
Di Konferensi 1st Conference of Islamic and Religious Studies, Ghazi menjelaskan, para narasumbernya para pemikir Nasional seperti Dr.Phil.Sahiron (Pemikir Kontroversi yang menjadi promotor disertasi Abdul Aziz tentang konsep kebolehan hubungan sex di luar nikah), Assoc. Prof. Dr. Alfatih Suryadilaga (UIN YOGYA), Prof. Al Makin, dan Dr. Jajang A. Rohmana (UIN SGD Bandung).
“Merupakan suatu pengalaman berharga karena dikonferensi tersebut saya mempresentasikan karya tulis di hadapan para pemikir-pemikir nasional,” ungkapnya.
Ghazi berharap semoga apa yang dilakukannya selama ini dapat menginspirasi generasi millenial Muslim agar rajin menulis untuk membela agama Allah.
“Semoga arus liberalisasi pemikiran yang kini gencar ditujukan terhadap Umat Islam berupa paham sesat bin menyimpang seperti Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme (SEPILIS) dapat ditangani oleh Pemangku Kebijakan (Pemerintah) dan Para Cendikiawan serta intelektual Muslim di Indonesia,” tandasnya. (*)

Reporter: Reporter Editor: admin