عَنْ أَبيْ عَبْدِ اللهِ جَابِرِ بنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: “أَرَأَيْتَ إِذا صَلَّيْتُ المَكْتُوبَاتِ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْتُ الحَلاَلَ، وَحَرَّمْتُ الحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلى ذَلِكَ شَيئاً أَدْخُلُ الجَنَّةَ؟ قَالَ: نَعَمْ”رَوَاهُ مُسْلِمٌ
وَمَعْنَى حَرَّمْتُ الحَرَامَ اِجْتَنَبْتُهُ، وَمَعْنَى أَحْلَلْتُ الحَلالَ فَعَلْتُهُ مُعْتَقِداً حِلَّهُ
Dari Abu ‘Abdillah Jarir bin ‘Abdillah Al-Anshari RA, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, ia berkata, “Bagaimana menurut engkau apabila aku mengerjakan shalat-shalat fardhu, puasa di bulan Ramadhan, menghalalkan yang halal, mengharamkan yang haram, dan aku tidak menambahnya sedikit pun dari itu, apakah aku akan masuk surga?” Nabi SAW menjawab, “Ya.” (HR. Muslim). [Shahih Muslim, no. 15]
Makna “Aku mengharamkan yang haram”, ialah aku menjauhinya. Dan makna “Aku menghalalkan yang halal” ialah aku menghalalkannya lalu melakukannya dengan meyakini kehalalannya.
Surga adalah hal yang paling dirindukan dan diharapkan, selaku insan kita senantiasa merasa lemah dan kurang. Kerinduan dan harapan inilah yang sering ditanyakan oleh sahabat kepada Rasulullah SAW, dan beliau memberikan optimisme dengan jawabannya.
Tentu hadits ini sejatinya menumbuh dan membangkitkan semangat kita dalam beribadah. Terutama di bulan yang penuh berkah ini, bulan dibukakan pintu surga.
Wassalam,
Penulis: KH. Dr. Haris Muslim, Lc. (Sekretaris Umum PP PERSIS)