Intoleran, Juri Kejuaraan Karate Se-Jatim ini Larang Muslimah Berjilbab

oleh Reporter

27 Desember 2016 | 08:57

Bandung - persis.or.id, Ironis.. di negara yang bahkan mayoritas muslim ini, masih terus terjadi sikap intoleran terhadap muslimah berjilbab. Seorang juri kejuaraan karate se-Jawa Timur berani menyuruh Aulia, peserta asal Siswi SMP IT Harapan Umat Ngawi untuk menaggalkan jilbabnya. Aulia bersiap mengikuti perlombaan Karate se-Jatim di GOR Magetan. Selain Aulia yang bersabuk biru dan mengenakan jilbab, masih ada beberapa siswa lain yang juga berjilbab. Menjelang pertandingan, juri memeriksa calon peserta. Saat itu, juri meminta peserta membuka jilbab. Aulia tercekat dan tercenung. Rekan peserta berjilbab lainnya membuka jilbab mereka. Aulia memilih meninggalkan lapangan. "Kan dalam agama nggak boleh membuka aurat," jelas gadis cilik ini saat saat ditelepon gurunya, Janan Farisi Al Hafidz. Pihaknya sudah berusaha protes pada juri. Tapi, tidak berhasil. Aulia didiskualifikasi karena tidak mau membuka jilbabnya. Janan menceritakan bahwa Aulia, muridnya, siang malam berlatih sekuat tenaga. Berangkat latihan pagi pagi sekali, lalu pulang menjelang dzuhur. Istirahat sejenak lalu pergi latihan lagi, dan baru kembali pulang jam setengah sembilan malam. Setiap hari. Dia berharap, tanggal 23 kemarin bisa menjadi sejarah yang akan mengukir namanya dalam jajaran juara Karate. "Namun saat hari itu tiba, saat ia sudah siap bertanding dengan seragam karate gagahnya, seorang juri menyuruhnya melepas JILBAB nya. Ia tak dibolehkan mengikuti pertandingan dengan jilbabnya", tutur Janan. Tersentaklah Aulia. Bergejolak pertandingan yang sangat hebat dalam hatinya. Bertanding mengejar mimpi atau mempertahankan JILBAB nya, izzah keislamannya. Latihan gigihnya selama ini, Impiannya. Akankah menguap begitu saja. Peserta yang lain, yang sebelumnya berjilbab, mulai melepas JILBAB nya satu persatu. "Tapi anak itu, perlahan, dengan air mata menggenang di pelupuk, ia melangkah meninggalkan arena pertandingan. Ia telah memenangkan pertandingannya, pertandingan mempertahankan Izzatul Islam", ungkap Janan. "Aku yang merekam semua itu dengan mata kepalaku, hampir tak percaya. Sebelumnya aku hanya mendengar seperti ini dari berita. Tapi kali ini, hadir dengan nyata di depan mata. Ini negeri mayoritas Muslim! Ada apa dengan JILBAB? Kawan-kawan yang beramanah menjadi Pendidik, Mari tanamkan IZZAH ISLAM sedalam dalamnya dalam hati anak-anak kita. Hingga esok lagi, tak ada lagi seorang muslim yang menjual IZZAH nya demi sekeping medali", pungkas Janan dengan lirihnya. (HL/TG)
Reporter: Reporter Editor: admin