Yogyakarta, persis.or.id - Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Ketum PP PERSIS), Ustaz Jeje Zaenudin berkesempatan memberikan kajian subuh bertajuk "Public Lecture Ramadhan" di Masjid Kampus Universitas Gajah Mada (UGM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (4/3/2023).
Pada kesempatan tersebut, ustaz Jeje menyampaikan tema "Ramadhan Bulan Jihad dan Persatuan Umat."
Ustaz Jeje mengungkapkan, di dalam ajaran Islam, baik itu ibadah mahdah ataupun ibadah ghair mahdah terdapat empat unsur yang saling berkaitan menurut para fuqaha (ahli fikih). Pertama, rukun. Kedua, syarat. Ketiga, fadhilah (keutamaan), dan keempat hikmah.
"Umpamanya kita berbicara tentang salat, apa rukunnya? ibadah haji, shaum, zakat, apa syarat jual beli, dan sebagainya. Kalau dibedakan, rukun adalah materi dari ibadah itu sendiri, sedangkan syarat adalah prosedur formalnya," kata ustaz Jeje.
Ustaz Jeje menyampaikan contoh ketika melaksanakan salat yang didahului takbiratul ihram, tetapi syaratnya bersuci sebelum salat. Menurutnya, inilah rumusan ulama dalam menetapkan suatu ibadah legal atau tidak.
Di atas itu, lanjut ustaz Jeje, ada keutamaan-keutamaan. Seperti ibadah Ramadhan, Allah menyediakan kafarat dosa dari Ramadhan satu ke Ramadhan berikutnya.
"Selanjutnya ada hikmah, bicara tentang hikmah saum ini tidak akan pernah putus. Misalnya dari aspek kesehatan, aspek pendidikan, aspek politik, aspek jihad hingga persatuan umat," tuturnya.
Dalam spirit jihad, jelas Ketua MUI Pusat ini, filosofi kebahasaan shaum lebih dekat kepada ash-shabru (kesabaran). Sabar merupakan ketahanan dan ketabahan jiwa dalam sesuatu yang tidak disukai.
"Kalau saum bukan sabar atas apa yang tidak disukai, tetapi menahan keinginan. Justru di situlah nilai sabar dalam ketaatan, karena sabar kepada yang tidak disukai lebih sulit dibandingkan sabar terhadap apa yang disukai," ujar Ketua MUI Pusat ini.
Karena itu, lanjutnya, banyak orang yang sabar dalam penderitaan, kesengsaraan, kemiskinan, keterjajahan ratusan tahun, tetapi tidak sabar dalam sesuatu yang melenakan. Bahkan, binatang sekalipun bisa sabar dalam penderitaan, yang tidak bisa dari binatang atau orang tidak beriman adalah sabar menahan syahwat.
4 Marhalah Jihad Menurut Ibnu Qayyim
Selanjutnya, inti dari jihad adalah siap menanggung penderitaan dan pengorbanan. Imam Ibnu Qayyim membagi jihad menjadi empat marhalah (tingkatan). Pertama, jihadun nafsi (memerangi diri sendiri), yaitu memerangi kejahilan, kebatilan, kebodohan, syahwat, dan seluruh hal-hal negatif yang merugikan diri sendiri.
Kedua adalah jihadus syaitan (memerangi setan). Ketiga, jihadul kuffar dan keempat jihadul munafiqin.
"Menurut beliau, jihad yang tidak pernah habis waktunya adalah jihadun nafsi dan jihadus syaitan. Meski begitu, peristiwa-peristiwa penting sejak masa Rasulullah dalam artian jihad banyak terjadi di bulan Ramadhan, sebagai contoh, yaitu Perang Badar dan futuh Makkah," ujarnya.
Ustaz Jeje pun menyampaikan, Perang Badar sampai diabadikan dalam Al-Qur'an dengan kalimat yaumal furqan (hari pembeda), karena penentu masa depan dakwah. Dengan kemenangan kaum muslimin di Perang Badar itu sangat menggentarkan musuh-musuh yang tidak suka dengan dakwah Islam, kemudian di momentum Ramadhan juga ada yaumu fatah atau fathan mubina (kemenangan yang nyata).
Begitupun Thariq bin Ziyad mengalahkan tentara Spanyol di bulan Ramadhan yang sangat menentukan dakwah Islamiyah di daratan Benua Eropa, Andalusia. Tahun-tahun berikutnya di Yerusalem pertempuran Shalahudin Al-Ayyubi dengan tentara Salib di sungai Tiberias, dan di tahun 658 hijriyah tentara muslim mengalahkan tentara Mongol yang sangat biadab, itu pun terjadi di bulan Ramadhan.
"Dan jangan lupa juga saudara-saudara sekalian, akhir dari penjajahan di Republik kita ini diumumkan Soekarno pada tanggal 9 Ramadhan atau 17 Agustus 1945. Inilah perang-perang melawan agresi penjajah di samping perang melawan diri sendiri dan setan yang terus berlangsung," ujar pendiri Pesantren An-Nahla Al-Islamiy ini.
[]