Jakarta – persis.or.id, Belum selesai dengan kasus ‘Ikan Asin’ yang diunggah di channel YouTube milik Pablo Benua dan Rey Utami, kini pasangan kontroversial tersebut kembali membuat heboh dengan video yang mengomentari soal proses mualaf Deddy Corbuzier.
Melalui konten ‘Mulut Sampah’ Rey Utami dan Pablo menilai proses mualaf yang dilakukan Deddy seharusnya adalah menjadi mualaf dulu, mengucapkan dua kalimat syahadat, baru belajar agama Islam.
“Kita sebenarnya konteksnya bukan tidak percaya dia mau jadi mualaf, tapi yang mau kita bahas adalah kalau mau jadi mualaf ya mualaf aja dulu, ucapkan dua kalimat syahdat, lalu kalau nanti mau belajar setelah dia mengucapkan dua kalimat syahadat. Resmi dan sah di dalam dunia maupun akherat sebagai seorang mualaf,” beber Pablo belum lama ini dikanal Youtubenya.
Terkait dengan hal itu Deddy Corbuzier menaggapi santai atas ungkapan Rey Utami dan Pablo. Menurut Deddy, untuk memilih belajar sebelum mualaf itu dilakukan Deddy lantaran ia ingin tahu lebih banyak tentang agama Islam. Deddy ingin semua hal yang menjadi tanda tanya dalam dirinya terjawab lebih dulu.
“Saya adalah orang yang ingin tahu banyak, yang ingin belajar segala sesuatu. Yang ingin yakin atas sesuatu yang saya dalami, itulah kenapa saya belajar dulu,” ujar Deddy menanggapi Pablo di kanal Yotubenya belum lama ini.
Sementara itu, Pimpinan Pesantren Persis No. 69 Jakarta Dr. Jeje Zaenudin saat dimintai pendapat terkait dengan perselisihan paham keduanya soal proses mualaf, ucap syahadat dulu baru belajar Islam atau belajar Islam terlebih dahulu baru syahadat, Ustadz Jeje mengatakan pendapat kedua-duanya tidak ada salahnya.
“Bisa mengucap syahadat dulu kemudian belajar secara serius sehingga menjadi muslim yang faham, yakin, dan taat. Bisa juga belajar dulu sampai benar-benar faham dan yakin kemudian mengikrarkan syahadat. Masuk Islam Itu mudah. Yang berat itu menjadi muslim yang hakiki,” kata Jeje. Seperti dilansir Abadikini.com, Kamis (11/7/2019).
Sebab menurut Jeje, ikrar syahadat itu hanya salah satu bagian dari tiga unsur keimanan yang benar. Selain itu kata Jeje, dua lagi yaitu keyakinan yang teguh dan pengamalan dengan badan.
“Jadi ikrar syahadat hanya baru bukti keislaman secara formal, tetapi keislaman yang hakiki adalah ketika Islam telah menjadi keyakinan yang kokoh, ilmu dan amal saleh,” ujar Jeje.
Konsekwensinya Jeje menambahkan, “jika yakin tapi tidak ikrar dan tidak beramal maka disebut bukanlah seorang muslim. Jika berikrar tapi tidak yakin maka munafiq. Jika yakin dan ikrar, tapi tidak mau beramal maka ia fasiq,” tambahnya.
“Jika orang sudah yakin lalu berikrar, kemuadian belajar dan beramal itu masih bagus. Atau belajar dulu sampai benar benar yakin lalu berikrar dan beramal, sama-sama bagusnya,” pungkasnya.
Nasional
30 November 2024 | 12:23