Jakarta - Persis.or.id, Nama tenarnya adalah Habib Rizieq. Saya pasti tahu beliau (tentunya dari media), tapi tidak kenal, belum pernah ketemu. Beliau adalah Imam Besar FPI (Front Pembela Islam). Saya aktivis PERSIS (Persatuan Islam), Ormas Islam yang lahir awal abad ke 19, segenerasi dengan Muhammadiyyah (1912), Persis (1923), NU (1926). Tahun 1930-an Persis banyak mengkritik tradisi para Sayyid dan Habaib, tapi pada Aksi Bela Islam III 212, Persis hadir dengan 25.000 jamaah yang oleh pimpinannya dibolehkan, bahkan diwajibkan membawa atribut Jam'iyyah. Mereka duduk khusyu' menjadi makmum Habib Rizieq, menyimak dengan hidmat khutbah Jum'at Sang Habib. Indahnya Ukhuwwah Islamiyyah. Inilah khutbah sebenar-benar khutbah jum'at, kata teman saya yang Persis itu.
Teman saya benar. Habib Rizieq berkhutbah dengan suara penuh dan pesan yang jelas. Tampaknya beliau berusaha keras meniru khutbah Jum'at Rasul yang jelas dan tegas. Khutbah Jum'at Sang Habib menjadi lebih bermakna karena disampaikan dihadapan jamaah istimewa, yaitu Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla dan juga para menteri. Momen ini benar-benar luar biasa. Pak Jokowi - JK khusyu dan ikhlas di imami Sang Habib yang kata sebagian orang Islam garis keras. Berarti Pak Jokowi-JK Islam garis keras dong? Aaah nggak perlu di dengar lah yang gitu mah, kagak produktif. Kata Mas Nganu dari Melbourne (ini demi UU ITE yah, padahal saya juga ikut merancang UU ITE lho, tapi nggak ikutan bikin pasal-pasal pidananya), yang datang ke Monas pada 2 Desember adalah orang bodoh dan umat Islam kaliber buih. Gawat, berarti Pak Jokowi dan Pak JK bodoh dan buih dong? Menghina kepala negara nih mas Nganu van Melbourne.
Lima point penting Khutbah Sang Habib ingin saya sampaikan disini. Pertama, kewajiban menegakkan hukum Allah. Tidak ada yang lebih tinggi dari hukum Allah. Dengan sedikit menyindir ucapan Mas Nganu van Jakarta, Sang Habib mengatakan, "Ayat suci lebih tinggi dari ayat-ayat konstitusi". Menurut saya Sang Habib tidak sedang melanggar konstitusi, tapi justru memperkuat konstitusi. Disini tampaknya Sang Habib mengerti makna konstitusi dibanding Mas Nganu. Konstitusi bukan hanya sekedar deretan pasal-pasal, melainkan juga berisi sejarah, aspirasi, kegelisahan, dan harapan suatu bangsa. Kalau zaman Orba, Sang Habib pasti diturunkan dari mimbar. Pak Jokowi dan Pak JK tidak melakukannya, karena beliau berdua mengerti makna konstitusi. Salam hormat untuk Pak Jokowi dan Pak JK.
Point kedua Sang Habib menyampaikan keharusan untuk menegakkan hukum dan keadilan. Dengan berbahasa Inggris Sang Habib mengatakan, "justice for all" (keadilan untuk semua). Habib benar, memang harus begitu. Tampaknya Habib menyampaikan pesan jelas dan kuat kepada Pak Jokowi - JK mengenai kasus penodaan agama. Saya pikir Habib tidak mendorong intervensi kekuasaan karena itu haram dilakukan dalam penegakan hukum. Habib tidak sedang melakukan public pressure (tekanan publik), tapi menyampaikan aspirasi publik. Ingat, aspirasi publik adalah bahan hukum yang paling asli.
Point ketiga Sang Habib menyampaikan keyakinannya akan tetap mengamalkan titah QS.Al-Maidah: 51. Habib benar, itu adalah kalam dan titah Allah. Bukan rasis dan anti keragaman. Bagi umat Islam, itu adalah perintah untuk menjadikan dirinya umat yang berkualitas agar senantiasa melahirkan pemimpin yang berkualitas. Nggak perlu nyari-nyari keluar gitu lho.
Point ke empat Sang Habib menegaskan bahwa tidak boleh ada penodaan terhadap agama-agama di Indonesia. Habib benar, agama adalah fondasi dalam berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia. Sila Ketuhanan dalam Pancasila jelas-jelas merujuk kepada agama. Penistaan agama bermakna menista Pancasila. Kira-kira begitu pengertiannya.
Point kelima Sang Habib menegaskan bahwa Islam dan umat Islam tidak anti keragaman karena itu Sunnatullah. Yang dimintakan umat Islam dalam Aksi Bela Islam 212 adalah penegakan hukum dan keadilan terhadap penista agama. Tampaknya Habib ingin menegaskan bahwa ekspresi ke-Islaman tidak boleh dimaknai sebagai anti keragaman apalagi sebagai sikap yang tidak nasionalis, karena Islam dan kaum Muslimin adalah pilar utama bangsa dan negara Indonesia, masa iya mau merusak rumahnya sendiri.
Semua pesan itu disampaikan dengan jelas dan tegas dan Insya Allah jauh dari rasa benci dan dengki dihadapan umara (para pejabat) dan saya yakin para pemimpin itu menyimak dengan penuh keikhlasan. This is the true khutbah Jum’at.
Atip Latipulhayat