Ciamis - persis.or.id, Pimpinan Daerah (PD) Persis kabupaten Ciamis mengadakan kegiatan Daurah Dakwah, Sabtu (24/03/2018) bertepatan 8 Rajab 1439 H.
Kegiatan yang bertujuan terbentuknya penguatan nilai-nilai Dakwah Persis bagi para Mubaligh/ Mubalighah di lingkungan Pimpinan Daerah Persis Kab. Ciamis ini, diselenggarakan di Aula gedung Ibnu Abbas Pesantren Persis 109 Kujang Cikoneng Ciamis.
Acara tersebut dihadiri oleh 100 orang peserta. Perwakilan dari PC Persis dan otonom (Persistri, Pemuda, Pemudi) se-Pimpinan Daerah Persis Kab. Ciamis.
Dalam sambutannya, ketua PD Persis Kabupaten Ciamis, H. Yadi Mulyadi S. Ag, menjelaskan bahwa kegiatan daurah tersebut menjadi penguat semangat bagi para Muballig atau da’i-dai Persis –khususnya di PD Ciamis.
"Daurah ini sebagai penguat ghirah jihad, dalam menjalankan tugasnya sebagai mujahid dakwah dan tidak takut dengan terror-teror yang selama ini sedang berlangsung terhadap para Ulama ataupun tokoh agama islam", ungkap Yadi.
Salah satu pemateri Daurah, KH. Zae Nandang, Ketua Bidang Dakwah PP Persis, menyampaikan bahwa jam’iyyah Persatuan Islam secara Aqidah sama dengan ormas-ormas Islam lainnya seperti NU, Muhammadiyyah, PUI, dll.
Namun secara Qaidah, Persis memiliki cara dan pedoman dakwah tersendiri (khas) yang membedakan pola dakwah Persis berbeda dengan ormas Islam lainnya dalam mendakwahkan ajaran islam yang sesuai dengan tuntunan al Quran dan Sunnah Rasulullah.
"Persis berbeda dengan yang lain bukan karena ingin tampil beda dan ingin selalu beda, tapi ingin benar dalam beramal walaupun dalam mempertahankan kebenaran itu harus berbeda dengan yang lain", ujar KH. Zae Nandang
Pemateri berikutnya, Dr. Tiar Anwar Bahtiar, Ia mendorong para Da’i dan Muballigh Persis agar senantiasa siap dan lebih siap menghadapi berbagai tantangan dakwah.
Ia mengungkapkan, selain gerakan kristenisasi ada juga gerakan sekularisasi, liberalisasi, pluralisme agama, termasuk faham sesat dan menyesatkan semacam syi’ah dan ahmadiyah, termasuk indikasi kebangkitannya kembali kaum komunisme.
Salah satu faktor keberhasilan dakwah, menurut Isa Anshari pemateri berikutnya, adalah tidak terlepas dari sosok da’i sebagai ujung tombak pergerakan dakwah.
Sejarah menyebutkan keberhasilan dakwah Rasulullah SAW sangat ditentukan oleh kapasitas dan kredibilitas penyampai nilai-nilai kebenaran.
"Cara dakwah Rasulullah SAW ketika mengajarkan Islam kepada para sahabat dan masyarakat Arab waktu itu terutama dari sisi keteladanannya sangat patut dicontoh oleh setiap da’i dan para mubaligh, termasuk para da’i di lingkungan Persatuan Islam”, tutur Isa.
Terakhir, materi disampaikan oleh Farid Septian. Menurutnya, dakwah selain
billisan, bisa juga dilakukan secara ekonomi.
"Mengadvokasi kepentingan-kepentingan ekonomi umat terutama di kalangan masyarakat yang ekonominya lemah tentunya akan lebih terasa nilai dakwahnya daripada sekedar dakwah melalui mimbar-mimbar ceramah", Farid mengemukakan.
Selain itu, ia pun menyebutkan contoh-contoh gerakan dakwah melalui ekonomi bisa berbentuk menolong orang yang sakit, membiayai orang miskin, peduli yatim dhuafa.
"Inilah model dakwah yang sebenarnya, dalam rangka membumikan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari", pungkasnya. (/JJ)