Banten, persis.or.id - Bina Mualaf Center (BMC) Persatuan Islam melanjutkan agenda kunjungannya ke Banten, pada Senin (29/08/2022).
Lawatan di malam hari ini diterima para tokoh Provinsi Banten. D antaranya, Ketua Pimpinan Wilayah (PW) PERSIS Banten Ust. Cedin, Ketua Bina Mualaf Banten Ustaz Rudi Kurniawan, Kandepag Lebak Ustaz Eka Prasetiawan, dan perwakilan Kandepag Ustaz Ade Muslih.
Kunjungan ke Banten ini merupakan lanjutan pembinaan BMC ke Cianjur. Di kota tauco itu, tim BMC berada hingga menjelang ashar. Setelah salat, tim berangkat ke Banten dan menempuh perjalanan yang cukup melelahkan. Mereka tiba pukul 21.00 WIB di kota jawara, Banten.
Provinsi Banten merupakan bagian tanah di pulau Jawa bagian barat. Di provinsi ini, terdapat 8 kota dan kabupaten dengan 155 kecamatan. Salah satu kabupaten yang menarik ialah kabupaten Lebak. Dari 28 kecamatan di Lebak, ada yang bernama Leuwidamar. Di sinilah suku Badui berada, tepatnya di desa Kanekes.
Badui merujuk kepada suku yang bermukim di daerah alirang sungai Ciujung. Aliran sungai sekitar pegunungan Kendeng ini menjadi wilayah unik dan diabadikan hingga sekarang. Yang menjadi sebab utama ialah kebudayaan suku Badui tersebut.
Di Badui terdapat prinsip yang gigih. Dalam kehidupan bermasyarakat mereka sangat kental kekeluargaannya. Berbagai pantangan sangat kuat dipegang. Misal, ada prinsip “Lonjor uang dipotong, pondok ulah disambung, lebak ulah dilebur” (yang panjang tidak usah dipotong, yang pendek jangan disambung, dan tanah bawah jangan diurug).
Suku Badui memegang prinsip dengan kuat. Zaman dan keadaan yang berubah tidak mudah merubah pendirian mereka. Ketika ada pengaruh dari luar tidak dapat mengubah mereka, termasuk teknologi dan modernisasi.
Prinsip ini mereka pegang karena tidak ingin terpengaruhi yang lain. Hatta pemberian dari pemerintah pun tidak mereka terima. Dana Desa misalnya, jika di desa lain diandalkan, Badui tidak mau menerimanya. Meski banyak fasilitas umum, seperti jalan, tidak layak. Dengan keadaan begitu mereka justru lebih nyaman, tidak banyak pengaruh dari luar.
Terkait keyakinan pun demikian adanya. Badui mempunyai kepercayaan Sunda Wiwitan. Konon keyakinan yang terikat dengan Prabu Siliwangi ini menyembah Sanghyang Tunggal. Mereka berkeyakinan bahwa nenek moyang mereka adalah Adam. Ketika ada tawaran keyakinan lain seperti Islam, mereka tolak. Apabila menerimanya, dengan sendirinya keluar dari lingkungan Badui. Untuk itulah dikenal Badui dalam dan luar: yang masih memegang prinsip dikenal Badui Dalam, sedangkan yang menerima pengaruh luar disebut Badui Luar.
Pengaruh luar terhadap Badui pada sisi keyakinan banyak bersumber dari umat Islam. Maka, Badui yang beralih keyakinan ini menempati Badui Luar.
Berbagai gerakan dakwah, baik itu pribadi, yayasan, maupun ormas, berusaha membina mualaf dari Badui. Di antaranya di Ciboleger, dimotori Ustaz Engkos Yusroni dan dr. Ashari yang terkenal dengan Lembah Barokah Ciboleger (LBC); di Kanekes, ada Ustaz Ahmad Hidayat; di kampung Nagara ada Ustaz Imron; di Pal Opat ada Den Amir yang mendirikan pesantren Sultan Hasanudin dan di Landeuh melalui pesantren Attaubah. Selain itu, ada juga pembinaan mualaf asal Badui di daerah Tangerang dan Ciater.
Dalam kunjungannya ke Badui, Tim BMC Persatuan Islam melakukan dialog, bakti sosial, dan perencanaan kerja sama. Pada kesempatan ini, BMC mengunjungi pesantren Sultan Hasanudin dan tokoh lainnya.
“Pemetaan zona mualaf, identifikasi, verifikasi, inventarisasi identitas mualaf, tawaran advokasi bila muncul persoalan hukum, dan melihat langsung mualaf center yang dilakukan kelompok lain,” ujar Bah Yamin sebagai Penasihat BMC.
Kegiatan BMC selama dua hari di Banten berakhir pada Selasa (30/08/2022). Menjelang sore hari, tim BMC meningalkan kota golok tersebut menuju Bandung. Tim yang dikomandai Ustaz Deni Solehudin ini pun tiba di Kota Bandung pada Rabu (31/08/2022).
[]
Kontributor: Gun-gun & Yusri
Editor: Dhanyawan