Madinah, persis.or.id - Secara naluriah ekspresi kerinduan dan syahdu tetiba menyeruak saat mengunjungi makam baginda Nabi Muhammad di Masjid Nabawi, demikian yang tergambar dalam pengalaman Prof. Dadan Wildan, Rabu (03/05/2023).
Sekretaris Majelis Penasehat PP PERSIS itu memilih datang pada shubuh hari.
"Pagi-pagi adalah waktu yang tepat untuk merasakan kedamaian di sini. Terlepas dari kerumunan orang, saya merasa lebih tenang dan fokus pada doa saya," ungkap Prof. Dadan
Di lain waktu, pada pukul 14.00 waktu setempat, Jamaah umrah Karya Imtaq lainnya juga mengunjungi makam Rasulullah. Jamaah laki-laki diizinkan membawa tasreh dan masuk ke raudhah dan makam nabi. Sementara untuk jamaah perempuan, diberikan waktu pukul 08.00 pagi.
Para jamaah yang datang harus antri di halaman depan makam Nabi. Mereka menunggu sambil duduk berjejer.
"Askar dan petugas mesjid, mengecek surat tasreh yang dibawa oleh muthawif. Setelah dicek, mereka diizinkan masuk ke halaman masjid", terangnya.
Sekira 30 menit kemudian, jamaah dipanggil masuk ke Raudhah. Di sana, seluruh jamaah dipersilahkan untuk shalat dan berdoa di taman surga itu. Setelah selesai shalat, mereka dapat mengantre menuju makam Rasulullah.
Makam Rasulullah SAW dibatasi dinding tinggi dari besi yang berhias kaligrafi keemasan. Ada tiga lubang kecil untuk melihat ke dalamnya. Makamnya selalu dijaga ketat oleh askar, siang dan malam.
Para jamaah hanya dapat mengucapkan salam dibalik dinding besi pembatas makam. Disamping makam Rasulullah Saw, terdapat makam Abu Bakar RA dan Umar bin Khattab RA yang dibangun pada 1817 oleh Sultan Mahmud II. Di atas makam, diberi kubah bercat hijau yang dibangun pada 1837.
"Kami sampaikan kembali salam untuk Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar. Ada kerinduan yang mendalam kepada Rasulullah. Dalam do’a lirih, semoga diberi syafaat dan atas kasih sayang Allah menjadi penghuni surganya," ucapnya. (*)
