Menginjak Tahun Ketiga Belas, I'tikaf di Masjid PP Persis.

oleh Reporter

08 Juni 2018 | 22:50


عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ اْلأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

Dari Aisyah, semoga Allah ridha kepadanya, “Sesungguhnya Nabi saw. beri’tikaf sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkannya. Kemudian istri-istri beliau beri’tikaf sepeninggalnya”. [Hadits Sahih Riwayat Imam Al Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad dan Malik]
Dalil diatas menunjukkan bahwa i’tikaf adalah ibadah yang sangat penting bagi Nabi sehingga beliau memelihara pengamalannya sampai beliau wafat.

Kebiasaan i’tikaf ini sudah beliau lakukan pada bulan Ramadhan sebelum beliau diangkat Allah menjadi Nabi dan Rasul. Yaitu dengan cara beliau bertahannuts, beribadah menyendiri di Gua Hira berminggu-minggu lamanya. Sampai pada akhirnya beliau mendapat wahyu dari Allah SWT. Tidak ada dalil dan bukti bahwa setelah beliau diutus jadi Rasul Allah selama tiga belas tahun di Makkah beliau melaksanakan lagi i’tikaf. Baik itu di Gua Hira ataupun di samping Ka’bah. Baru setelah beliau hijrah ke Madinah dan diturunkan kewajiban ibadah shaum, beliau mulai beri’tikaf lagi selama sepuluh hari di akhir bulan Ramadhan bahkan di tahun wafatnya beliau beritikaf selama 20 hari.

Tahun 1439 H atau bertepatan dengan tahun 2018 kegiatan i’tikaf yang rutin dilakukan di masjid PP Persatuan Islam merupakan tahun ketiga belas, demikian penjelasan ust Dadan Ramdan sebagai Ketua Panitia Pelaksana kegiatan i’tikaf.
Pembukaan kegiatan i’tikaf dihadiri oleh ust H. Deni Solehudin sebagai perwakilan dari Bidang Dakwah PP Persis yang juga menjadi salah satu pemandu i’tikaf. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan program PP Persis yang langsung dipandu oleh asatidz dari Persis, bahkan Prof Dr.H.M. Abdurrahman sebagai Ketua Majelis Penasehat turun langsung mengikuti kegiatan i’tikaf tersebut.

Kegiatan i’tikaf yang dilakukan di masjid PP Persatuan Islam tidak diumumkan secara terbuka menurut ust Dadan Ramdan karena pesertanya sebagian besar dari peserta yang biasa melakukan kegiatan i’tikaf yang diikuti dari Bandung dan beberapa Kota dan Kab di Jawa Barat, juga dibatasi jumlah pesertanya agar khusyu.

Berbagai kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan itikaf, selain membaca dan mengkaji al Quran, maupun al Hadits,, juga diskusi dan tausiyah tausiyah keagamaan.

Allah mensyariatkan i’tikaf bagi mereka yang bertujuan agar hati dan kekuatannya fokus untuk beribadah kepada-Nya, berkhalwat dengan-Nya, memutus diri dari kesibukan dengan makhluk dan hanya sibuk menghadap kepada-Nya. Sehingga, berdzikir, kecintaan, dan menghadap kepada-Nya menjadi ganti semua faktor yang mampu memperkeruh hati. Begitupula, kesedihan dan kekeruhan hati justru akan akan terhapus dengan mengingat-Nya dan berfikir bagaimana cara untuk meraih ridha-Nya dan bagaimana melakukan amalan yang mampu mendekatkan diri kepada-Nya.

Berkhalwat dengan-Nya menjadi ganti dari kelembutannya terhadap makhluk, yang menyebabkan dia berbuat demikian adalah karena (mengharapkan) kelembutan-Nya pada hari pembalasan di yaumil akhir, dimana tidak ada lagi yang mampu berbuat lembut kepadanya dan tidak ada lagi yang mampu menolong (dirinya) selain Allah.

Oleh Dr KH Ihsan Setiadi Latief

Reporter: Reporter Editor: admin