Nikmatnya Umrah di Bulan Ramadhan.

oleh Reporter

21 Mei 2018 | 13:45

Makkah - persis.or.id, Di bulan suci Ramadhan 1439 H yang penuh berkah dan ampunan Allah, saya kembali ditakdirkan untuk menunaikan ibadah umrah. Saya berkesempatan kembali menunaikan ibadah umrah bersama PT. Karya Imtaq penyelenggara ibadah haji khusus dan umrah dibawah naungan jamiyyah Persatuan Islam (Persis) yang beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 2 Bandung. 
    
Mengawali Prosesi Suci

Ahad, 20 Mei 2018, pesawat Saudia dengan nomor penerbangan  SV  815 yang menerbangkan kami dari Jakarta ke Jeddah,  mengudara dari bandara Soekarno Hatta tepat pukul 16.00 sore.

Sepanjang rute penerbangan dari sore hingga malam hari itu,  udara cerah menyelimuti langit dari Jakarta hingga tanah Arab. Deru pesawat masih terdengar lembut mengantar kepergian jemaah untuk menunaikan ibadah umrah di bulan ramadhan.

Menjelang maghrib, tepat di atas perairan Bay of Bengal, Teluk Benggala Bangladesh, pada waktu sekira enam jam lagi penerbangan menuju Mekkah atau berjarak  5.242 km ke kota Mekkah  pramugari Saudia membagikan minuman segar ditambah tiga butir kurma untuk buka shaum. Lalu disuguhi nasi putih, beberapa kerat daging, tiga potong roti, sedikit salad, puding coklat, dan segelas teh hangat. Buka shaum terasa nikmat

Tiba waktu isya, kami lanjutkan shalat magrib dan isya lalu tarawih berjamaah di pesawat. Di bagian belakang pesawat, maskapai Saudia menyiapkan musholla kecil yang cukup untuk delapan orang berjamaah. Disitulah kami melanjutkan tarawih, meskipun beberapa kali guncangan pesawat sangat terasa ketika kami menunaikan shalat. Disitu pulalah, kami benar benar merasakan bahwa kami tidak berarti apa apa dibanding kekuasaan-Nya.

Labbaika Allohumma Labbaik

Dua jam sebelum tiba di miqat yang berjarak 1.588 km  atau 1.555 km ke kota mekkah kami bersiap berganti pakaian ihrom di mushalla pesawat. Dan 
sekira duapuluh menit sebelum mendarat di bandara King Abdul Azis, Jeddah,  ihlal umrah dikumandangkan tepat diatas  miqat, dan jemaah yang akan datang “mengetuk pintu Allah” memulai ihlal ihram dengan berucap ”labbaika  umratan” (Ya Allah! Kami penuhi panggilan-Mu untuk menunaikan ibadah umrah). 

Ihlal umrah dilanjutkan dengan membaca talbiyyah bersama sama, bacaan yang melambung memenuhi ruang udara di angkasa menembus langit... “labbaika allahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika lak”. 

Talbiyah dibaca terus berulang-ulang; tak terasa air mata menetes, bibir basah dengan talbiyah, dan hati terharu atas anugrah Allah yang memberikan kesempatan umrah bulan suci ramadhan tahun ini

Talbiyyah terus dikumandangkan hingga pesawat mendarat dengan selamat di bandara King Abdul Aziz Jeddah pukul 22.15. Cuaca cukup hangat menyambut ketibaan kami, sekitar 32 derajat celcius.

Di malam yang hening itu, kalimat talbiyah terus dibaca lirih dalam perjalanan darat dari bandara King Abdul Aziz menuju tanah haram; kota Mekkah Al-Mukarramah. 

Menjelang pukul  02.30 dinihari, kami tiba di hotel Makarim Ajyad dan mempersiapkan diri untuk sahur lalu menunaikan ibadah umrah. Hotel  Makarim, cukup dekat dengan halaman Masjidil Haram. 

Azan subuh terdengar berkumandang. Menggema menyusuri lerung lerung hati kaum muslimin  di tanah haram. Dan jamaah pejuang subuh mulai memadati masjidil haram untuk menunaikan shalat subuh.

Di pelataran masjidil haram, salat subuh dengan kain ihram masih melekat diraga terasa lebih khusu, apalagi dipandu lantunan suara imam masjidil haram yang bening menyentuh kalbu membaca ayat-ayat Allah dengan fasih, lantang, dan merdu mengimami shaf jemaah yang rapat menghadap kabah. Meskipun surat-surat yang dibaca begitu panjang, namun tak terasa lama karena nikmatnya mendengar ayat-ayat Allah yang indah dan dibaca dengan fasih dan terdengar merdu ditelinga.

Hari senin, 21 Mei 2018, usai menunaikan shalat subuh berjamaah, kami bersiap menunaikan ibadah umrah.  Di tengah jemaah subuh yang menyemut, kami menyeruak mencari tempat istilam sejajar hajar aswad untuk memulai thawaf. 

Dipagi hari  yang hening,  dengan hanya dua helai kain ihram putih melekat di tubuh, kami memulai mengitari kabah yang agung; berputar tujuh putaran dalam lingkaran mardhatillah. Putaran demi putaran terlewati hingga putaran ketujuh. Peluh mulai menetes karena padatnya manusia, namun kami rasakan sebagai tetesan rahmat dan karunia-Nya di depan kabah yang berwibawa.

Selesai putaran ketujuh, kami menuju makam Ibrahim dan berdoa lalu shalat dua rakaat, dan kembali ke tanda neon hijau mengakhiri thawaf untuk selanjutnya menuju bukit shafa memulai sa’i dari shafa ke marwah.

Di bukit shafa, tak kuasa air mata menetes ketika takbir dikumandangkan tiga kali dan berdoa seraya mengangkat tangan; memohon ampunan Allah. kami berdoa khusu. Terutama doa untuk ayahanda yang baru saja wafat dua minggu lalu.  Selesai berdoa, kami menuju bukit marwah dan kembali berdoa dan terus berdoa dari bukit shafa ke bukit marwah hingga putaran  ketujuh dan mengakhirinya dengan tahalul.

Ibadah umrah baru selesai setelah berlangsung sekira empat jam dari pukul lima hingga pukul sembilan menjelang siang. Rasa lelah, sedikit haus, dan kurang tidur seakan tak terasa atas nikmat dan karunia-Nya menyelesaikan ibadah umrah di bulan suci ramadhan. Subhanallah, Allahu Akbar. Terimakasih atas karunia-Mu ya Allah yang telah memperjalankan kami ke tanah suci.

Oleh: Dadan Wildan Anas

 

Reporter: Reporter Editor: admin