Pakar Hukum Internasioal: Umat Islam Pemilik Saham Terbesar Republik Indonesia

oleh Reporter

06 Maret 2017 | 04:34

Bandung – persis.or.id, Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Persis, Dr.Atip Latifatul Hayat, SH, LLM, Ph.D menyampaikan bahwa Ummat Islam dan Indonesia ibarat gula dan manisnya yang tidak dapat dipisahkan. Hal itu disampaikannya saat mengisi Kuliah Jam’iyyah Pimpinan Cabang Pemuda Persatuan Islam Margahayu, Kab.Bandung, Ahad (5/2/2017). Acara yang bertajuk “Mempertegas Peran Ummat Islam Sebagai Gerakan Pejuang dan Pemersatu Bangsa” ini merupakan respons terhadap isu-isu pemojokkan ummat Islam yang terjadi belakangan ini. “Tujuan acara ini sebagai respons terhadap isu-isu yang berkembang sekarang yang teramat sering memojokkan ummat islam, seperti halnya isu radikalisme, anti NKRI, anti kebhinekaan, anti Pancasila, dan sebagainya,” kata Fajri Abdurofi, koordinator acara Kuliah Jam’iyyah. Atip yang juga merupakan Pakar Hukum Internasioal menegaskan bahwa Ummat Islam dan NKRI tidak mungkin dapat dipisahkan. Doktor lulusan Monash University Australia ini mengatakan Ummat Islam dan NKRI seperti dua sisi mata uang. Jika hilang satu sisinya, maka tidak bisa disebut uang. Dalam hal ini, Atip menyoroti momentum toleransi pasca penaklukan Konstantinopel. Ia mengambil contoh saat pemimpin Turki Utsmany, Muhammad al-Fatih membiarkan non-muslim menjalankan keyakinannya. “Ketika Al-Fatih masuk ke Gereja Hagia Sopia, mereka (umat Kristiani) ketakutan, tapi ternyata al-Fatih mengatakan ‘hari ini adalah hari kasih sayang, silakan kalian beribadah sesuai keyakinan kalian’,” tandasnya. Melalui fakta sejarah tersebut, Atip menjawab segala tuduhan intoleransi pada Ummat Islam di Indonesia. “Yang bicara itu Sultan al-Fatih, seorang Muslim. Jadi, jangan mengajari ummat Islam toleransi yang absurd! Saya bersaksi tidak ada negara se-toleransi ummat islam Indonesia!” tegas Atip. Atip menyebut bahwa yang turut serta alam perang melawan penjajahan adalah ummat Islam. Dengan demikian Ummat Islam tidak mungkin melawan republik yang didirikannya. “Ummat Islam terhadap negara ini adalah the true owner. Masak pemilik asli mau mencabik-cabik rumahnya sendiri!” lanjutnya. Ormas Islam Pra-Kemerdekaan, lebih terang Atip menyebut seperti Syarikat Islam, Al-Irsyad, Muhammadiyyah, Persis, NU, al-Washliyyah, dan PUI, adalah pemegang saham terbesar kemerdekaan Indonesia. “Pemegang saham terbesar republik, masak mau dibubarkan? tidak ada Indonesia tanpa ummat Islam,” tambahnya. (/HI)
Reporter: Reporter Editor: admin