Bandung - persis.or.id, Pimpinan Daerah (PD) Hima Persis kota Bandung akan menyelenggarakan Masa Kualifikasi Kader Hima Persis (MAKKAH) pada hari rabu hingga sabtu, (25-29/01/2017).
Hima Persis sebagai organisasi kader harus memusatkan konsentrasinya pada upaya pembentukan kader yang memiliki kepribadian seorang muslim dan berkarakter Ulul Albab yang mampu mentransformasikan gagasan dan cita-cita yang diemban dalam rangka mewujudkan visi organisasi.
Maka, untuk mewujudkan hal tersebut Pimpinan Daerah Hima Persis kota Bandung, mengadakan kaderisasi tingkat intermediate atau yang sering disebut MAKKAH (Masa Kualifikasi Kader Hima Persis) bagi kader Hima Persis yang telah mengikuti kaderisasi awal, dan telah mengikuti jenjang pasca kaderisasi awal minimal selama satu tahun.
"Makkah kali ini merupakan Makkah yang pertama diadakan pada tahun 2017 dan pertama diadakan dalam kepengurusan baru Hima Persis PD. Kota Bandung masa Jihad 2016-2018. Tema yang Diangkat pada Makkah ini adalah, meningkatkan kualitas intelektual dan sosial politik dalam upaya mewujudkan kader Hima Persis yang ilmiah, progresif dan Revolusioner", ucap Fajrin Sidek, selaku ketua PD Hima kota Bandung.
Agenda Makkah ini merupakan jenjang kedua agenda kaderisasi Hima Persis. Dimana tujuan dari proses kaderisasi di Hima Persis ini sesuai dengan tujuan dan misi organisasinya yakni, "Terbentuknya kader Ulul Albab yang ulama-ulama wanita dan negarawan yang ulama"
Sementara itu menurut Ketua Pelaksana agenda Makkah ini, Rifqi Azhar Nugraha, "Kedepannya PD. Hima Persis Kota Bandung akan kembali mengadakan 1-2 kali lagi Makkah, ini dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban amanah kaderisasi yang sudah tertulis dalam Qaidah Asasi dan Qaidah Dakhili Hima Persis. Selain tentunya untuk meningkatkan kualitas pemikiran dan pergerakan Hima Persis kedepannya".
Dengan adanya agenda kaderisasi yang berkelanjutan, harapannya Hima Persis bisa menjadi pelopor peradaban, penggerak perubahan, dan menjadi garda terdepan dalam menyikapi dan memberikan solusi atas problematika-problematika umat yang ada. (*)