Pembekalan Khutoba PD Persis Garut
oleh Reporter
•
01 Juli 2016 | 16:41
30 Juni 2016 / 25 Ramadan 1437 H
*Menuju Perubahan dengan Al-Qur'an*
Oleh: KH. Husein Zaenal Muttaqin, Lc., M.Pd.I
Al-Qur`an telah mengubah peradaban manusia sehingga pemeluknya menjadi pemimpin dunia hingga berabad-abad. Namun, kondisi hari ini bertolak belakang dengan generasi pertama yang mengamalkan al-Qur`an. Sebagai wahyu terakhir hingga hari Kiamat tentu kehadiran al-Qur`an diuji untuk kembali memberikan kontribusinya yang positif terlebih pada bulan Romadhon ini. Perubahan yang baik bagi umat Islam secara khusus dan dunia secara umum tiada lain kecuali harus berlandaskan kepada al-Qur`an. Inilah yang akan penulis urai dengan judul Menuju Perubahan dengan al-Qur`an.
Perubahan merupakan suatu keniscayaan dalam kehidupan. Pemerintah Jokowi mengikrarkan adanya perubahan bangsa Indonesia melalui revolusi mental. Tentu perubahan yang seharusnya dilakukan oleh kaum muslimin adalah berdasarkan al-Qur`an. Perubahan bagi kaum muslimin adalah perubahan dari kondisi yang buruk ke keadaan yang baik dan dari yang baik ke keadaan yang lebih baik lagi. Momentum perubahan melalui al-Qur`an lebih mengena dengan datangnya bulan Romadhon. Sebagaimana kita ketahui bahwa bulan Romadhon adalah bulan diturunkannya al-Qur`an. Allah swt berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).(QS Al-Baqarah : 185)
Romadhon bagi kaum Muslimin tidak hanya sekedar diisi dengan rutinitas ibadah. Hadirnya Romadhon harus diikuti dengan target yang hendak dicapai. Diantara capaian yang harus dimiliki oleh kaum Mu`minin dari bulan Romadhon adalah adanya perubahan. Perubahan yang hendak diwujudkan tentu harus berdasarkan al-Qur`an. Karena al-Qur`anlah yang telah membawa perubahan yang positif dan signifikan bagi umat Islam secara khusus dan dunia pada umumnya. Namun, kondisi umat Islam hari ini berbeda dengan generasi sebelumnya yang mengalami perubahan dengan al-Qur`an.
Rasulullah shalla Alläh ‘alaihi wa sallam pernah mengadu kepada Allah mengenai perhatian umatnya terhadap al-Quran. Dilukiskan dalam al-Qur`an:
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآَنَ مَهْجُورًا
Berkatalah Rasul:”Ya Rabbku! Sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur’an ini sesuatu yang ditinggalkan”. (QS. 25:30)
Menarik apa yang dikemukakan al-Dausari mengenai keluhan ini yang ia sebut sebagai syakkan ‘azhiman (keluhan yang sangat besar). Rasulullah shalla Alläh ‘alaihi wa sallam tidak mengeluh karena pengikutnya sedikit. Beliau tidak mengadu karena disiksa atau ditinggalkan. Tetapi yang diadukan oleh Rasulullah shalla Alläh ‘alaihi wa sallam adalah perhatian umatnya terhadap al-Qur`an. Perhatian yang dikeluhkan Rasulullah shalla Alläh ‘alaihi wa sallam terhadap al-Qur`an ialah sikap Abu Jahal dan kawan-kawannya yang menjauhi. Hari ini kiranya Rasulullah masih ada tentu yang dikeluhkan adalah umat Islam yang menjauhi al-Qur`an. Padahal kewajiban kita terhadap al-Qur`an itu harus diperhatikan dan ditunaikan.
Kewajiban kita terhadap al-Qur`an ada yang secara umum dan ada yang rinci. Kewajiban secara umum adalah sebagaimana sabda Rasulullah shalla Alläh ‘alaihi wa sallam:
عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الدِّينُ النَّصِيحَةُ، قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
Dari Tamim ad-Dari bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Agama itu adalah nasihat.” Kami bertanya, “Nasihat untuk siapa?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan para pemimpin kaum muslimin, serta kaum awam mereka. (Shahih Muslim: 82)
Berdasarkan hadits ini kewajiban kita adalah al-Nashihat bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin, dan kaum muslimin secara umum. Al-Nashihat sering diterjemah di kalangan kita dengan nasihat. Karenanya agama hanya cukup dinasihatkan. Padahal al-Nashihat secara ringkas adalah melakukan sesuatu yang terbaik yang kita miliki. Maka kita harus melakukan yang terbaik untuk al-Qur`an. Kalau kita akui perhatian kita terhadap al-Qur`an bukan yang terbaik. Membaca al-Qur`an bukan waktu yang terbaik, tetapi waktu sisa. Ust. A. Zakaria menggambarkan bahwa kita membaca al-Qur`an sepuluh menit saja sudah mengantuk, sementara untuk mancing kuat sampai sepuluh jam.
Prof Dr Syeikh Al-Dausari, menyebutkan ada beberapa kewajiban seorang muslim terhadap Al-Quran, yaitu: pertama, al-Їmänu bih (mengimaninya); kedua, Shaunuh wa al-‘Inäyah bih (menjaga dan memperhatikannya); ketiga, Simä’uh(mendengarkan); keempat, Ta’allumuh wa Ta’lïmuh (belajar dan mengajarkannya);kelima, Tiläwatuhu (membacanya);keenam, Tadabbur äyätih (mentadabburi ayat-ayatnya); ketujuh, al-‘Amal bih(mengamalkannya); kedelapan, Hifzhuh(Menghapal); kesembilan, al-Ta`addub Ma’ah (memperhatikan adab terhadap Al-Quran); Kesepuluh, al-Da’wah ilaihi wa tablïghih (mengajak terhadapnya dana menyampaikannya). Berbagai kewajiban ini oleh generasi para shahabat sangat diperhatikan. Perhatian tersebut mendukung kepada perolehan hidayah. Mendengarkan tidak sengaja saja telah menyebabkan bangsa Jin masuk Islam. Apalagi bila kita mendengarkan al-Qur`an secara serius tentu hidayahnya akan semakin mendalam. Hari ini berbagai fasilitas sangat canggih dan banyak untuk kita gunakan dalam menunaikan kewajiban terhadap al-Qur`an. Namun, rupanya ini belum diperhatikan secara serius oleh umat Islam sekarang. Seandainya Rasulullah shalla Alläh ‘alaihi wa sallam hidup sekarang tentu beliau akan merasa sedih. Melihat Abu Jahal saja dahulu Rasulullah shalla Alläh ‘alaihi wa sallam sudah sedih, apalagi melihat umatnya.
Bila kondisi perhatian umat Islam terhadap al-Qur`an jauh maka dapat kita maklumi jika tidak ada perubahan yang signifikan. Padahal al-Qur`an yang akan dapat merubah manusia kepada kondisi yang lebih baik. Revolusi mental pun tidak akan berpengaruh banyak bila tidak memperhatikan al-Qur`an. Dalam al-Qur`an difirmankan:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآَنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, (QS. 17:9)
Dalam hadits digambarkan mengenai kesempurnaan al-Qur`an:
عَنْ ابْنِ أَخِي الْحَارِثِ الْأَعْوَرِ عَنْ الْحَارِثِ قَالَ مَرَرْتُ فِي الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ يَخُوضُونَ فِي الْأَحَادِيثِ فَدَخَلْتُ عَلَى عَلِيٍّ فَقُلْتُ: يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ أَلَا تَرَى أَنَّ النَّاسَ قَدْ خَاضُوا فِي الْأَحَادِيثِ؟ قَالَ: وَقَدْ فَعَلُوهَا، قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ: أَمَا إِنِّي قَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: أَلَا إِنَّهَا سَتَكُونُ فِتْنَةٌ، فَقُلْتُ: مَا الْمَخْرَجُ مِنْهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: كِتَابُ اللَّهِ، فِيهِ نَبَأُ مَا كَانَ قَبْلَكُمْ وَخَبَرُ مَا بَعْدَكُمْ وَحُكْمُ مَا بَيْنَكُمْ وَهُوَ الْفَصْلُ لَيْسَ بِالْهَزْلِ مَنْ تَرَكَهُ مِنْ جَبَّارٍ قَصَمَهُ اللَّهُ وَمَنْ ابْتَغَى الْهُدَى فِي غَيْرِهِ أَضَلَّهُ اللَّهُ وَهُوَ حَبْلُ اللَّهِ الْمَتِينُ وَهُوَ الذِّكْرُ الْحَكِيمُ وَهُوَ الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيمُ هُوَ الَّذِي لَا تَزِيغُ بِهِ الْأَهْوَاءُ وَلَا تَلْتَبِسُ بِهِ الْأَلْسِنَةُ وَلَا يَشْبَعُ مِنْهُ الْعُلَمَاءُ وَلَا يَخْلَقُ عَلَى كَثْرَةِ الرَّدِّ وَلَا تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ هُوَ الَّذِي لَمْ تَنْتَهِ الْجِنُّ إِذْ سَمِعَتْهُ حَتَّى قَالُوا { إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ } مَنْ قَالَ بِهِ صَدَقَ وَمَنْ عَمِلَ بِهِ أُجِرَ وَمَنْ حَكَمَ بِهِ عَدَلَ وَمَنْ دَعَا إِلَيْهِ هَدَى إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ خُذْهَا إِلَيْكَ يَا أَعْوَرُ
Dari Ibnu Akhi Al Harits Al A’war dari Al Harits ia berkata; “Aku pernah lewat masjid, sedangkan orang-orang tengah larut dalam pembicaraan yang bathil, lalu aku menemui Ali, aku berkata; “Wahai Amirul Mukminin, apa anda tidak melihat orang-orang tengah larut dalam pembicaraan yang bathil (dengan mengabaikan membaca Al Qur’an -pent)?, ” Ali bertanya; “Apakah mereka telah melakukannya?” Aku menjawab; “Ya.” Ali berkata; “Ingatlah, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ingatlah, sesungguhnya akan terjadi fitnah.” Lalu aku bertanya; “Bagaimana solusinya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Kitab Allah, di dalamnya ada kisah tentang peristiwa sebelum kalian, dan setelah kalian, hukum perkara diantara kalian, ia adalah (firman) yang memisahkan (antara yang hak dan yang bathil), bukan senda gurau, barangsiapa meninggalkannya karena bersikap sombong maka Allah akan membinasakannya, dan barangsiapa mencari petunjuk pada selainnya maka Allah akan menyesatkannya, ia adalah tali Allah yang kokoh, ia adalah peringatan yang bijaksana, ia adalah jalan yang lurus, dengannya keinginan-keinginan tidak akan menyimpang dan dengannya lisan-lisan tidak akan samar, ulama tidak pernah puas darinya, tidak usang meski sering diulang-ulang dan keajaiban-keajaibannya tidak kunjung habis, ia juga yang menyebabkan jin-jin tidak berhenti mendengarnya hingga mereka berkata; “Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur`an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya.” (Al-Jinn: 1-2), barangsiapa berkata dengannya maka ia benar, barangsiapa mengamalkannya maka ia diberi pahala, barangsiapa memutuskan perkara dengannya maka ia adil dan barangsiapa menyeru kepadanya maka ia diberi petunjuk menuju jalan yang lurus, ambillah ia untukmu, wahai A’war. (Sunan Tirmidzi: 2831)
Al-Khalidi menjelaskan mengenai empat tujuan utama diturunkannya al-Quran, yaitu: yang pertama, al-Hidäyah ilä Alläh(mengenal Allah Swt). Tidak berlebihan bila disebutkan bahwa al-Qur`an dari awal sampai akhir memperkenalkan Allah swt. Dalam al-Qur`an dijelaskan mengenai Nama, Sifat, Dzat, Perintah, Larangan, dan berbagai hal terkait Allah swt. Dalam Surat al-Fatihah saja kita perhatikan menjelaskan mengenai nama Allah, al-Rahman, al-Rahim, Malik yaum al-Din dan lain sebagainya. Dengan demikian tidak mungkin kita melakukan perubahan yang positif bila tidak mengenal Allah swt. Bila tidak mengenal Allah maka tidak akan ada perubahan yang berarti. Yang kedua, Їjad syakhshiyyah Islämiyah mutakämilah mutawäzinah (Mewujudkan kepribadian Islami yang paripurna dan seimbang). Kepribadian yang diwujudkan Islam adalah yang seimbang, bukan parsial. Perubahan yang ingin dicapai Islam adalah secara pribadi dan masyarakat, ibadah dan dunia, dunia dan akhirat. ‘Aqidah, ibadah, dan sosial muslim harus baik. Pemikiran dan perasaan, keluarga dan ummat pun harus diperhatikan. Yang ketiga, Їjad mujtama al-Islämi al-Qur`äni al-ashïl (mewujudkan masyarakat Islami yang Qur`ani dan asli). Setelah terwujud pribadi muslim sejati maka akan terwujud masyarakat yang berkualitas tinggi dan orisinil. Masyarakat muslim yang terbentuk adalah asli berdasarkan al-Qur`an, bukan menjiplak dan meniru yang lain. Umat Islam hari ini sebagaimana dilukiskan al-Hadits adalah banyak tetapi ka gutsä`i al-sail (seperti buih di air yang deras). Mentalitas muslim hari seperti gutsä`. Gutsä` berarti khiffat al-wazn (hampa) tidak berkualitas, tidak berbobot; dan yang kedua berarti ‘Adam al-Tayyär (tidak punya arah), tergantung yang meniup. Umat Islam hari ini tidak mempunyai arah. Bila mengamalkan al-Qur`an maka ia akan menjadi masyarakat berkualitas yang orisinil. Yang Keempat, Qiyädah al-ummah muslimah fi ma’rakatihal läzimah ma’a al-jähiliyyah min hauliha (Kepemimpinan umat Islam dalam berbagai pertarungan dengan jahiliyah yang ada di sekitarnya). Bila masyarakat Islam telah terwujud maka ia akan menjadi teladan dan idola bagi yang lain. Dalam syarah Ihya ‘Ulum al-Din disebutkan bahwa ketika Eropa belum tahu tata cara bersuci dan mandi, umat Islam sudah membahas adanya adab dalam harga yang beda ketika memakai fasilitas air panas dan dingin. Manakala umat Islam menerapkan al-Qur`an maka ia akan menjadi pemimpin dunia.
Tahap perubahan yang dianjurkan adalah memulai dari diri sendiri dan keluarga. Dalam al-Qur`an difirmankan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. 66:6)
Hendaklah setiap muslim mencemaskan dirinya, dan keluarganya. Janganlah ia dan keluarganya meninggalkan Al-Quran, kurang perhatian terhadap Al-Quran, tidak mempelajari, tidak mau mendengarkan, tidak membaca, tidak mau menghapal.Tidak akan terjadi perubahan kearah yang baik, tanpa kembali kepada Al-Quran.
Dalam menuju perubahan melalui al-Qur`an kita harus mempunyai semangat dan rasa bahagia karena telah dimudahkan. Allah berfirman:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآَنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
Sungguh Kami telah menjadikan Al-Quran mudah untuk dijadikan pelajaran, apakah ada yang mau mengambil pelajaran? (QS Al-Qamar, 17, 22, 32, 40)
Bila melihat penafsiran para ulama tentang mudahnya al-Qur`an adalah yang pertama dalam lafadnya. Lafad al-Qur`an mudah untuk dibaca. Sebagai Kitab akhir zaman maka al-Qur`an harus dapat dibaca oleh seluruh umat manusia. Al-Qur`an satu-satunya Kitab yang mudah dibaca oleh seluruh dunia. Yang hafal al-Qur`an bukan orang Arab saja. Orang Cina, orang Indonesia, Eropa dan lain sebagainya hafal al-Qur`an. Bila hari ini masih ada yang susah membaca atau yang jelek melafalkan al-Qur`an maka bukan salah al-Qur`an akan tetapi orang tersebut yang tidak mau belajar. Perkara mudah pun bila tidak mau belajar maka tidak akan dikuasai. Lafad al-Qur`an pun mudah untuk dihafal. Beberapa waktu yang lalu kita mendengar ada pejabat yang tidak hafal Pancasila. Tentu ini tidak terjadi pada umat Islam. Sebodoh-bodohnya muslim pasti hafal Surat al-Fatihah. Begitupula makna al-Qur`an mudah untuk difahami. Jadi tidak ada alasan untuk tidak mengenal al-Qur`an. Tinggal pertanyaan selanjutnya adalah apakah kita sudah memperhatikan al-Qur`an dengan baik dalam membaca, memahami, menghafal, dan mengamalkannya?
© Copyright 2016 Pesantren Persatuan Islam No. 183 Al-Manaar