Bandung, persis.or.id - Memasuki fase puncak ibadah haji pada tanggal 8–13 Dzulhijjah 1446 H, jamaah tidak hanya dituntut memahami manasik secara teoritis, tetapi juga harus menguasai pemetaan medan riil di lapangan, khususnya di wilayah Arafah, Muzdalifah, dan Mina (ARMUNA).
Pada musim haji tahun ini, sistem pelayanan jamaah diatur dalam skema delapan syarikah. Hal ini mengakibatkan satu kloter bisa tersebar ke beberapa syarikah berbeda, yang berdampak langsung pada pemisahan lokasi hotel dan tenda jamaah.
Koordinator Utama Kloter 37 JKS, Dr. Ihsan Setiadi Latief, menjelaskan bahwa kondisi tersebut memerlukan strategi khusus, terutama untuk memastikan koordinasi dan kebersamaan jamaah tetap terjaga selama prosesi ARMUNA.
"Para pembimbing bekerja keras melakukan regruping di lapangan agar jamaah yang terpisah, seperti suami-istri, pendamping keluarga, maupun kelompok kecil, dapat berkumpul dan menjalankan prosesi puncak haji bersama-sama," ungkap Ihsan, Senin (26/5/2025).
Ia pun memohon doa dari seluruh pihak agar pelaksanaan ibadah haji KBIHU PERSIS, khususnya Kloter 37, dapat berjalan dengan lancar dan penuh keberkahan. []
BACA JUGA:Praktik Manasik Haji Khusus 1446 H Karya Imtaq Persatuan Islam
