Bandung – persis.or.id, Penjelasan dari sekretaris Majelis Penasehat PP Persis, Prof. Dr. Dadan Wildan, tentang kiprah tokoh-tokoh persis mulai dari M. Natsir, Isa Anshary hingga KH. Shiddiq Amien (Allahu Yarham) mampu menepis anggapan bahwa Persis anti Politik.
“Dari awal berdirinya Persis, urusan ideologi politis ini esensial. Persis memperjuangkan ideologi Islam. Jika umat sudah paham dengan ideologi Islam, maka umat bisa memilih pemimpin yang tepat”, jelas Prof. Dr. Wildan, di acara Training for Trainers, rabu (11/01/2017).
Lebih lanjut Prof. Wildan mengungkapkan bahwa politik kita tergantung dakwah kita. “Ini sudah dicontohkan oleh tokoh Persis, M. Natsir, Persis tak mesti jadi partai politik. Terpenting Persis mengenalkan ideologi politik Islam kepada umat”, tambahnya.
Umat Islam tak bisa memisahkan diri dari politik, bagi kaum muslimin untuk menegakkan Islam tak terpisahkan untuk menyentuh masyarakat, negara dan kebangsaan.
“Disinilah permasalahannya, di Indonesia, di Parlemennya suara umat Islam masih merupakan mayoritas. Namun sangat sedikit yang membawa dan menyuarakan ideologi Islam”, jelas Prof. Wildan.
Dalam kancah pertarungan ideologi politik waktu itu ada 3 kekuatan besar di Indonesia, Persis merapat ke Masyumi jelas untuk memenangkan ideologi Islam. “Rasionalistas dan alasan Persis jelas, sebagaimana yang tertuang dalam manifes perjuangan Persis muktamar VI 1956, yang penting bagaimana memenangkan ideologi Islam”, ujar Prof. Wildan.
Contoh lain saat pertarungan amandemen UUD 1945, KH. Shiddiq Amien diundang sebagai perwakilan golongan. Berjuang mengesahkan ayat yang berbunyi menjalankan Syariat Islam bagi pemeluknya.
“Hampir saja peluang mengesahkan ayat yang bermuatan ideologi Islam itu berhasil, namun sayang pada akhirnya suara suara ideologi Islam itu tenggelam. Hingga tinggal KH, Shiddiq Amien saja. Suara 1 orang itu, kalah dengan ratusan orang lainnya. Disinilah pentingnya memenangkan ideologis Islam”, papar Prof. Wildan.
Selanjutnya Prof. Wildan membincang lintasan sirah jihad jamiyyah Persatuan Islam pada awal abad 20. Beliau menyebutkan banyak lahir pemikiran besar tokoh-tokoh Persis diantaranya A.Hassan yang aktif merespon problematika umat.
“Mari kita kembalikan, 2023 kembalikan Persis sebagai rujukan utama pemikiran Islam sebagaimana awal munculnya Persis di abad 20”, pungkasnya. (HL/TG)