Perkembangan Dakwah Persatuan Islam di Sumatera Selatan.

oleh Reporter

12 Februari 2018 | 12:05

PERSIS masuk ke wilayah Sumatera Selatan, pertama kali tumbuh dan berkembang di daerah Pagar Alam sekitar 350 km dari Kota Palembang. Didirikan secara resmi melalui proses pelantikan pada tahun 2002 bersama PD Lampung Utara pada masa Ust Shidiq Amien. Berawal dari membaca Soal-Jawab A. Hasan, Amrul Mukminin penduduk dan keturunan asli Pagara Alam tertarik dengan PERSIS. Sejak itulah ia membaca paham-paham PERSIS melalui bacaan di Majalah Risalah. Dengan kecerdasan yang dimiliki dan pemahaman agama dengan corak pemahaman PERSIS, tumbuhlah Amrul Mukminin menjadi seorang ustadz yang sempat mendapat kepercayaan menjadi imam dan guru ngaji di Masid Agung Pagar Alam. Namun karena ada perbedaan dengan mindstream pemahaman Islam pada mumunya terutama di Masjid Agung, Amrul Mukminin berhenti. Setelah keluar dari kegiatan di Masjid Agung Pagar Alam, selanjutnya mendapat kepercayaan di Masjid Jami Muhammadiyah Pagar Alam. Tapi tidak lama ia pun keluar dari posisi imam dan guru ngaji di masjid Jami Muhammadiyah. Sejak itulah, Ustadz Amrul Mukminin merintis pembangunan masjid di Pagar Alam dibantu oleh orang-orang dan masyarakat sekitar yang sudah mulai menyukai dakwah PERSIS. Berdirilah masjid sebagai tempat pembinaan jamaah sampai saat ini. Sementara itu, potensi pengembangan dakwah PERSIS di Sumatera Selatan cukup potensial mengingat banyaknya alumni pesantren PERSIS terutama dari Bangil yang masih tercecer di beberapa daerah dan belum terikat dalam wadah Jamiyyah. Melaksanakan dan mengamalkan paham PERSIS masih bersifat fadiyah (perseorangan). Melihat potensi itu, di tahun 2011 Bidang Jamiyyah dalam rangka pengembangan PERSIS sebagai organisasi nasional, berupaya mendirikan Pimpinan Wilayah (PW) PERSIS Sumatera Selatan. Melalui penelusuran alumni-alumni pesantren di daerah Sumatera Selatan, terpilihlah Ustadz Syaefurohman menjadi ketua PW PERSIS Sumatera Selatan dengan mengambil posisi kantor PW di Kota Palembang. Sampai sejauh ini, di Sumatera Selatan telah berdiri sebelas Pimpinan Daerah (PD) dan satu Pimpinan Daerah dalam proses menuju pelantikan, yaitu; PD PERSIS Pagar Alam PD PERSIS Kota Palembang PD PERSIS Banyu Asin PD PERSIS Musi Banyu Asin PD PERSIS Musi rawas utara PD PERSIS Lubuk linggo PD PERSIS Ogan Ilir PD PERSIS Ogan Komiring Ulu (Oku) Selatan PD PERSIS Moara Enim PD PERSIS Pali PD PERSIS Lahat PD PERSIS Prabu Mulih (dalam persiapan pelantikan) Dua belas (12) PD PERSIS yang sudah terbentuk dari 17 Kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan tersebut, menunjukkan bahwa pengembangan dakwah PERSIS di Sumatera Selatan cukup pesat. Sampai saat ini, Pimpinan Wilayah (PW) PERSIS Sumatera Selatan masih berusaha keras untuk menargetkan di setiap kabupaten berdiri Pimpinan Derah PERSIS. Namun demikian, selain upaya pengembangan di setiap kabupaten berdiri Pimpinan Daerah, PW PERSIS Sumsel sedang berupaya memperkuat aspek-aspek lain, dan ini dikategorikan sebagai tantangan pengembangan Jamiyyah PERSIS di Sumatera Selatan. Peluang dan Tantangan Pengembangan Melihat peluang dan tantangan pengembangan dakwah Persis di Sumatera Selatan, perlu dilakukan dengan stategi dakwah yang santun, lugas, tegas. Pola dakwah seperti ini diperkuat dalam materi taujih (pengarahan) yang disampaikan Ketua Bidang Dakwah PP PERSIS, Al-Ustadz KH Zae Nandang. Prinsip dakwah yang dikembangkan di Persis itu dibedakan dalam dua hal yaitu terhadap orang yang berbeda aqidah dan terhadap orang yang berbeda qaidah. Menghadapi kedua kelompok ini, tentu memiliki metode dan prinsip yang berbeda. Untuk kelompok yang berbeda aqidah (di luar Islam) ketegasan dakwah dilakukan dengan prinsip Lakum Dinukum Waliyadin, Lana Amaluna Walakuk Amalukum. Sedangkan untuk kelompok yang berbeda qaidah (sesama muslim), digunakan prinsip Watawa Shoubil Haq Watawa Shoubishobri. Dan untuk kedua kelompok itu, kita tidak memiliki kekuatan untuk merubah mereka karena itu haq Allah SWT. Dalam praktiknya, untuk memanfaatkan peluang yang ada, strategi pengembangan dakwah PERSIS di SumSel tidak dapat dilakukan secara sendiri, melainkan perlu bersinergi dengan kelompok organisasi lain dan pemerintah setempat. Bersinergi dengan kelompok organisasi Islam lain, PW SumSel telah mengambil langkah bekerjasama dan tergabung dalam wadah MASYPURO (Majlis Asatidz Peduli Umat Rasulullah). Peran yang dapat dilihat dengan keterlibatannya di MASYPURO ini, misalnya ketika tragedi kemanusiaan di Rohingya. Umat Islam dibantai oleh penguasa yang beragama Budha. Keadaan ini menyulut sentimen keagamaan di Indonesia termasuk di Kota Palembang. Melalui MASYPURO, ustadz-ustadz PERSIS berhasil membangun konsolidasi untuk tidak terjadi serangan balasan kepada umat Budha di Palembang yang minoritas. Bersinergi dengan pemerintah dilakukan dalam rangka menjalin kekuatan jamiyyah. Salah satu efek positif dari kesediaan berkolaborasi ini, PW PERSIS SumSel berkesempatan mendapatkan bantuan di tahun 2012 yang berasal dari APBD Provinsi dengan jumlah yang sangat besar yang dipergunakan untuk pembangunan di atas tanah wakaf di Kota Palembang. Beberapa aspek internal yang perlu dikembangkan di antaranya: 1. Pengembangan sarana peribadatan berupa masjid. Sampai saat ini baru dua masjid yang dikategorikan sebagai masjid wakaf milik PERSIS, yaitu di PD Pagar Alam dan PD Lubuk Linggo. 2. Pada aspek pendidikan baru ada satu Madrasah Diniyah Ula Persis No. 277 dan dua majlis Taklim di Kota Palembang. 3. Pengembangan layanan Haji dan Umroh. Telah dilantik pengurus KARYA IMTAQ dalam rangka pengembangan pelayanan ibadah Haji dan Umroh berdasarkan Quran dan Sunnah. 4. Perlu secepatnya pelantikan HIMA-HIMI, PEMUDA-PEMUDI PERSIS, karena potensi personil sudah ada. (Laporan Pembinaan Bidang Dakwah PP PERSIS Ke Sumatera Selatan) Jumat-Sabtu, 10-11 Februari 2018 Oleh: Dr. Nurmawan
Reporter: Reporter Editor: admin