Bandung, persis.or.id - Sebagai organisasi kemasyarakatan yang telah memasuki abad kedua, Persatuan Islam (PERSIS) harus mengambil peran dan berkontribusi dalam hajatan pemilihan kempemimpinan nasional pada tahun 2024 mendatang.
PERSIS mengajak semua elemen bangsa untuk menyikapi dinamika politik saat ini secara dewasa, egaliter, mengedepankan musyawarah, rasional, dan strategis.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP PERSIS), Dr. KH. Jeje Zaenudin, M.Ag di sela-sela acara Daurah Du’at Penguatan Siyasah ‘ala Minhajin Nubuwwah “Etika Profetik dalam Berpolitik”, di Hotel Bidakara Savoy Homann, Bandung, pada Sabtu (16/12/2023).
“Tentunya sikap tersebut tanpa menghilangkan nilai-nilai luhur politik kenabian, terutama bagaimana ideologi Islam dalam berbangsa dan bernegara serta kemajukan dan perbedaan harus menjadi sebuah kekuatan,” ujarnya.
Menurutnya, perbedaan pilihan dan aspirasi menjadi sebuah hal yang wajar dalam sebuah kontestasi politik.
Namun demikian, inspirasi dan cita-cita serta visi misi dalam berbangsa dan bernegara harus menjadi tujuan bersama seluruh anak bangsa.
“Pilihan boleh berbeda, tetapi visi-misi dan cita-cita untuk membangun Indonesia harus menjadi komitnen bersama. Sehingga, perbedaan bukan menjadi sebuah kerugian, justru sebaliknya, sebuah kekuatan yang besar dalam membangun dan mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur,” ungkapnya.
Menghadapi kontestasi 2024, PERSIS ditantang untuk memberikan solusi dan jawaban terbaik di tengah dinamika politik yang sedang terjadi.
Sehingga, perbedaan dan keragaman yang muncul bisa dikelola dengan baik untuk memperkaya wacana, membangun tenggang rasa, toleransi, dan saling memahami.
“Kita harus menyepakati tujuan dan misi utama berkontestasi politik, yakni untuk meminimalisasi keburukan dan ekses negatif dari kontestasi politik yang dipengaruhi kepentingan pribadi, kelompok, dan sentimen kelompok, bahkan bisa menghindarkan berburuk sangka kepada sesama anak bangsa,” katanya.
Dijelaskan, PERSIS juga mengajak seluruh anak bangsa untuk menjaga, merawat, dan mengawal kehidupan umat dalam berbangsa.
“Bangsa kita harus melangkah maju untuk menuju cita-cita bersama, baik itu sebagai umat Islam maupun sebagai anak bangsa, untuk mewujudkan Indonesia sebagai sebuah negara yang baldatun thayyibatun warabbun ghafur dan mengimplementasikan kehidupan yang mulia untuk seluruh bangsa Indonesia dan seluruh warga dunia,” terangnya.
Kriteria Pemimpin Bangsa
Terkait dengan kriteria pemimpin bangsa, PERSIS mengacu kepada dua aspek utama.
Pertama adalah kriteria normatif, yakni memiliki sifat shiddiq (jujur), amanah (terpercaya), fathanah (cerdas), dan tabligh (transparan).
Kedua, lanjutnya, kriteria praktis, yaitu pemimpin yang sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi tantangan zaman yang sedang dihadapi bangsa Indonesia.
Pemimpin Indonesia harus memiliki visi-misi yang jelas dan terukur, komitmen yang serius mempersatukan semua elemen bangsa yang majemuk dengan cara-cara yang demokratis; kuat, tegas, dan berwibawa, berpihak kepada kepentingan rakyat banyak, mampu membawa Indonesia menjadi negara yang kuat, mandiri, adil, dan makmur, di bawah lidungan keridaan Allah Swt.
“Sehingga, dengan demikian, semoga Indonesia ke depan bisa menjadi sebuah negara besar yang disegani bangsa lain,” tukasnya.
[]
(An/dh)