Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) akan segera diganti. Lembaga yang dibentuk untuk menaggulangi aksi teror itu akan dipimpin Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol. Tito Karnavian. Sejauh ini, kinerja BNPT dinilai banyak kalangan merugikan dakwah Islam. Selain sempat memblokir situs-situs media Islam, BNPT sering menuding beberapa lembaga pendidikan Islam sebagai sarang teroris. Tak ayal, kebijakan BNPT justru sering memicu terorisme. Tak heran pula jika banyak kalangan menuntut agar BNPT dibubarkan.
Namun jauh panggang dari api. Alih-alih dibubarkan, BNPT justru melakukan pergantian kepemimpinan. Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol. Tito Karnavian dipastikan akan menggantikan Saud Usman sebagai Kepala BNPT. Adanya pergantian pimpinan baru di BNPT, menjadi isyarat upaya penggerusan dakwah Islam bakal berlanjut.
Meski demikian, pergantian Kepala BNPT diharapkan tidak meneruskan citra negatifnya. Upaya deradikalisasi yang berubah menjadi deislamisasi selama ini diharapkan berakhir. Waketum Persatuan Islam (Persis), Jeje Zaenudin berharap BNPT tidak lagi menunjukkan sikap memusuhi Islam.
“Kalau Pak Tito relatif lebih dekat dengan tokoh-tokoh ormas Islam. Sehingga kita berharap beliau bisa mendengar aspirasi kita,” ujar Zaenudin kepada persisalamin.com
Dia menambahkan, melihat visi Tito yang akan mengedepankan pendekatan antisipatif, persuasive, dan rehabilitatif dalam menanggulangi terorisme, ia yakin BNPT bisa memfungsikan perannya untuk meredam tarorisme dan menghilangkan ideologi radikal. Sebab, lanjut Zaenudin, terorisme yang terus berulang sebagai akibat sikap BNPT yang represif.
“Kalau selama ini yang dilakukan itu tindakan represif terhadap kelompok yang diduga teroris. Itu kan justru malah menumbuhkan kebencian hingga akhirnya muncul kembali aksi teror,” katanya.
“Saya sudah sampaikan di forum Pusat Pengkajian Strategis Mabes TNI bahwa semangat terorisme bisa muncul karena mendapat justifikasi dari kebijakan pemerintah yang menunjukkan kebencian terhadap Islam. Ini kontraproduktif. Tujuannya menghilangkan radikalisme ke akar-akarnya, tapi dengan dibentuknya Densus 88 dan tindakannya seperti itu, malah mengawetkan ideologi radikalisme dan terorisme,” ungkapnya.
Karena itu dirinya berharap Kepala BNPT yang baru dapat bekerja secara profesional dan bijaksana. Kinerja BNPT di bawah pimpinan Tito, diharapkan tidak kontraproduktif dengan tujuannya.
“Pendekatan Pak Tito bisa memulihkan trauma atas tindakan Densus 88 yang selama ini represif,” katanya. (IK/4082)) (persisalamin)