Pilpres Satu atau Dua Putaran? Ketum PP PERSIS Pilih yang Paling Maslahat

oleh Reporter

11 Februari 2024 | 01:00

Jakarta, persis.or.id - Prosedur dan mekanisme pemilihan Presiden (pilpres) satu putaran ataupun dua putaran, telah diatur perundang-undangan tentang Pemilu.

Terkait hal tersebut, Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Ketum PP PERSIS), Dr. K. H. Jeje Zaenudin, M.Ag menegaskan, yang terpenting adalah Pilpres dapat berjalan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (luber jurdil) sebagai perwujudan hak dan kedaulatan rakyat.

"Selain itu, bagaimana pemilu terlaksana dengan baik, selamat, damai, bersatu, dan bermanfaat bagi kehidupan beragama serta kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia," kata ustaz Jeje ketika dimintai keterangan di kantor PP PERSIS, Cipayung, Jakarta, Kamis (8/2/2024).

Jika menimbang dan mengkomparasikan dengan pendekatan kemaslahatan agama, kemaslahatan umat, dan kemaslahatan negara, menurutnya lebih maslahat satu putaran.

“Menurut hemat saya, siapapun pemenang Pilpres 2024, satu putaran itu Insya Allah akan lebih besar maslahatnya,” ungkap dia.

Ustaz Jeje menjelaskan bahw satu putaran akan baik untuk kemaslahatan agama. Sebab jika terjadi dua putaran, umat muslim akan memasuki bulan Ramadan pada Maret 2024.

"Maka kita khawatir kesucian dan kekhidmatan ibadah puasa akan terganggu dengan hiruk pikuk, pro-kontra, dan perang opini antar para pendukung capres yang tidak dapat menahan diri, meskipun sedang puasa. Apalagi hanya tinggal dua paslon yang berkontestasi,” kata Ustaz Jeje.

Ini ditambah dengan fenomena banyak para pendukung kontestasi Pileg dan Pilpres menggunakan yang cara kampanye yang tidak sehat, bahkan merusak nilai-nilai demokrasi.

Bahkan, para pendukung paslon ada yang menggunakan politik uang untuk mendulang suara. "Bahkan di pihak lain, ada yang menggunakan politik 'dalil' yang semaunya untuk mencari simpati pendukung. Tentu kedua cara itu sama-sama tercelanya,” tegas mantan Ketua Umum PP Pemuda PERSIS ini.

Ustaz Jeje menjelaskan, yang satu tercela membeli suara rakyat dengan uang, yang satu lebih tercela lagi karena memperalat dalil Alq-Quran dan Hadits untuk meraih simpati demi mencapai kekuasaan.

"Jika cara-cara seperti ini terus berlanjut hingga dua putaran, apa itu tidak membahayakan kesatuan dan kesolidan umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa, idul fitri, hingga ibadah haji, dan idul kurban?” tanyanya.

Belum lagi dampak sosial dan ekonomi yang akan terjadi selama menunggu putaran kedua. Para investor akan menahan diri untuk berinvestasi, dan ini juga akan berimbas kepada sektor ekonomi.

"Hal ini akan berdampak pada harga sembako melambung tinggi dan kurs dolar terus melonjak, sehingga pada akhirnya terjadi krisis ekonomi dan sosial yang merugikan seluruh masyarakat Indonesia,” tuturnya. (/HL)

[]

Reporter: Reporter Editor: admin