Sulawesi Selatan, persis.or.id – Lahirnya Pimpinan Wilayah (PW) Pemudi PERSIS di Sulawesi Selatan (Sulsel) ternyata memiliki cerita tersendiri.
Mutiah Saefudin, S.Ak. sebagai Ketua PW Pemudi PERSIS Sulawesi Selatan terpilih Masa Jihad 2023-2026, menceritakan latar belakang didirikannya PW Pemudi PERSIS di sana.
Menurutnya, di Sulsel khususnya di Kecamatan Tinggimoncong memiliki satu-satunya Pesantren PERSIS, namun belum memiliki wadah untuk memfasilitasi kegiatan dakwah para alumni.
Pihaknya kemudian mebuat pengajuan terkait pembentukan Pemudi PERSIS, yang tentunya menindaklanjuti tugas da'i STAI PERSIS Garut untuk mencetak kader dakwah di Sulsel.
Tentu harapan utamanya adalah membentuk sumber daya dakwah yang mumpuni di lingkungan Tinggimoncong.
“Jujur dari awal akan dipegang oleh ormas apapun asal tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan As-sunnah insya Allah kami fasilitasi,” ungkapnya.
Dan Qaddarullah, karena sasarannya adalah alumni MA PERSIS dan sudah ada otonom PERSIS sendiri, pihaknya merasa tugas Pemudi PERSIS adalah menindaklanjuti harapan-harapan PC PERSIS Tinggimoncong untuk terus mencetak kader, salah satunya dari kalangan pemudi.
“Ditambah para Da'i menunjukkan keseriusan ingin membina, tentu perlu kami tindak lanjuti dengan memenuhi kebutuhan otonom di tiap bidangnya,” tambahnya.
Dalam perjalanannya, Teh Mutiah menurutkan bahwa pendekatan yang dilakukan kepada calon anggota Pemudi PERSIS di sana berbeda-beda.
“Untuk guru MDTA itu saya wajibkan, mengingat otoritas saya sebagai kepala MDTA. Untuk alumni, saya cari perwakilan tiap alumni dan saya tugaskan untuk ngajak yang lainnya. Untuk murid yang masih sekolah saya sampaikan ke bagian kesiswaan untuk sosialisasi,” paparnya.
Setelah PW Pemudi PERSIS Sulsesl diresmikan pada Sabtu (04/11/2023) kemarin, dirinya berharap dengan kehadiran Pemudi PERSIS bisa mengurangi dampak fenomena orientasi hidup yang kurang islami yang dia lihat.
“Terkhusus untuk para Pemudi, banyak pemudi yang kekurangan ilmu agama. Yang tahunya agama itu hanya sebatas sholat, shodaqoh/zakat, Umrah, Haji, tapi tidak melihat aspek lain yang sama pentingnya,” tandasnya.
Sehingga, kata dia, marak pernikahan dini dan perceraian, kawin lari, hidup hedon, dan pengaruh buruk sosial media yang membuatnya khawatir dengan nasib generasi mendatang.
“Jika Pemudi (ibu masa depan) kondisinya seperti itu dan naudzubillah jika makin parah,” kata dia.
Menurutnya, ada beberapa orang yang pernah meneliti fenomena ini di wilayahnya menjadi sebuah tesis. Kesimpulannya adalah tingkat pendidikan yang rendah terlihat, sehingga kaum muda kurang teredukasi, dan menurutnya kurang teredukasi khususnya ilmu agama.
Akhirnya dia berharap agar Pemudi bisa jadi lahan atau wadah untuk memperbaiki hal tersebut secara bertahap, dengan mencetak kader-kader dakwah yang bisa memperbaiki itu.
“Dan jadikan Pemudi di lingkungan Tinggimoncong menjadi muslimah ideal sesuai dengan semboyan pemudi: sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah," harapnya.
[]
Kontributor: PP Pemudi PERSIS (Resi Disniyasari)