Oleh: Prof.Dr. H. Dadan Wildan, M.Hum
Dalam tiga hari ini, lini masa media sosial dipenuhi ungkapan duka cita, takziah, dan do'a do'a yang dipanjatkan dengan tulus atas wafatnya adinda H. Eka Permana Habibillah, Ketua Umum PP Pemuda PERSIS Masa Jihad 2015-2020.
Ustaz Eka, saya biasa memanggilnya, telah berpulang ke rahmatullah di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung, Kamis 30 Desember 2021.
Dalam tiga hari ini, saya belum menulis apapun tentang Ustaz Eka. Di beranda Facebook saya, hanya menulis singkat, surga untukmu Ustaz Eka, diatas flayer ucapan duka cita dari PP PERSIS.
Sengaja saya menahan diri, di samping masih banyak tugas kedinasan, juga memberi kesempatan kepada banyak orang yang mencintainya, untuk mengungkapkan perasaan duka citanya. Saking banyaknya, beranda Facebook saya penuh dengan ungkapan duka cita dan do'a do'a untuk Ustaz Eka.
Cukup lama saya mengenal Ustaz Eka, hampir 20 tahun berselang. Pertama kali saya mengenalnya, ketika sama-sama menunaikan ibadah haji di tahun 2001 bersama Ustaz Iman Atqiyya. Usianya saat itu, baru 21 tahun. Masih menjadi santri di rumah Ustaz Ikin Shodikin, ayahnya Ustaz Iman Atqiyya yang tinggal di Jalan Logam, Buahbatu, Bandung.
Sepuluh tahun kemudian, di usia tiga puluhan, Ustaz Eka telah tampil dari mimbar ke mimbar. Dari pengajian ke pengajian. Dari seminar ke seminar. Ia mulai dikenal sebagai Ustaz muda yang cerdas dan militan. Ceramahnya bernas dan argumentatif. Ilmu mantiknya terasah, hampir mirip gurunya, KH. Ikin Shodikin.
Tugas dakwahnya semakin bertambah, ketika diamanahi sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Persatuan Islam di tahun 2015 hingga 2020. Ustaz Eka terpilih sebagai Ketua Umum PP Pemuda PERSIS Masa Jihad 2015-2020 pada Muktamar Pemuda PERSIS ke XII tanggal 25—27 Desember, di PPI 84 Ciganitri, Kabupaten Bandung.
Sebagai senior di PP Pemuda PERSIS, beberapa kali Ustaz Eka datang ke rumah saya untuk ngobrol santai mengenai rencana jihad PP Pemuda PERSIS, mengisi pengajian di Mesjid Al-Muhajirin dekat rumah saya, bahkan diskusi santai di Grup WhatsApp Tajdid Institute.
Pembawaannya tenang. Wajahnya bersih. Gaya bicaranya santun. Tidak meledak ledak. Guyonannya juga khas. Seringkali dalam ceramahnya memberi contoh kehidupan dari film animasi Naruto. Saya sering berkelakar dengan menyebutnya Ustaz Naruto.
Saya menangkap kesan militansi dan semangat juang dakwahnya begitu hebat. Diam-diam, saya menaruh harapan besar pada anak muda yang cerdas, ganteng, dan saleh itu sebagai garda terdepan bagi dakwah PERSIS di era milenial.
Harapan saya pupus sudah, ketika kamis sore di penghujung tahun 2021, saya mendengar kabar, Ustaz Eka wafat. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Pendakwah muda itu, telah pergi, ya Allah.
Jum'at bakda Subuh, saya baru sempat takziah ke pesantren Al-Hidayah di Jalan Logam, tempat jenazah disemayamkan. Semalaman sampai jumat pagi, para pelayat datang silih berganti. Ribuan jamaah tak terputus untuk menyalati hingga ke pemakaman di Jumat pagi itu.
Saya bersaksi, Almarhum Ustaz Eka Permana Habibillah orang baik. Santun. Sederhana. Bijak. Dan benar benar Habibillah. Allah Swt. menyayanginya. Mengistirahatkannya dengan tenang. Terlalu cepat engkau dipanggil Kekasihmu.
Dalam kesedihan yang mendalam, diiringi tetesan air mata duka, saya panjatkan do'a semoga almarhum diterima amal ibadahnya. Diampuni segala khilaf dan salahnya. Diangkat derajat dari ilmu yang diamalkannya dengan cahaya Sang Pemberi cahaya.
“Ya Allah ... Ampunilah dia, berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia, maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran. Masukkan dia ke surga, jagalah dia dari siksa kubur dan neraka."
Semoga husnul khatimah. Aamiin.
Selamat jalan adinda Eka Permana Habibillah. Jejak langkah perjuanganmu, meninggalkan warisan keabadian bagi para pejuang pelanjut dakwahmu. Istirahatlah dengan tenang, Adinda.
*****
Dikutip dari akun Facebook Wildan Anas (facebook.com/wildan.anas.18)