Sebuah Refleksi dari Musykernas III PP Pemudi Persis

oleh Reporter

09 Februari 2017 | 08:44

Musyawarah Kerja Nasional (Musykernas III) Pemudi Persatuan Islam merupakan ajang muhasabah. Begitulah rasanya ungkapan yang tepat untuk saya utarakan setelah selesai mengikuti serangkaian acara pada Musykernas III Pemudi Persatuan Islam yang dilaksanakan pada tanggal 05 Februari 2015 bertempat di sekretariat Pimpinan Pusat Pemudi Persis tepatnya di jalan Kalipah Apo, Bandung, Jawa Barat. Bukan hanya sebagai muhasabah organisasi, tetapi yang lebih inti dari acara tersebut adalah muhasabah untuk diri sendiri. Acara yang dibuka dengan Tasmi’ Al-Quran dari beberapa tasykil PP. Pemudi Persis membuat atmosfir ruangan lebih terasa khidmat dan sangat terasa damai, mengingatkan saya akan masa-masa ketika menempuh pendidikan Muallimin di Pesantren Persatuan Islam 76 Tarogong.   Kemudian sambutan pertama yang disampaikan oleh Teh Hj. Gyan Puspa Lestari –selaku ketua umum PP. Pemudi Persis— menyampaikan beberapa poin penting terkait dengan keadaan pemudi, serta berbagai permasalah yang berada dalam internal tubuh pemudi sendiri. Diantaranya adalah banyaknya anggota dan pengurus yang kurang begitu aktif  sehingga membuat laju roda jam’iyyah sedikit melambat, kemudian kurangnya rasa memiliki dari para anggota maupun tasykil, kurangnya pengelolaan ekonomi jam’iyyah, kurangnya pengelolaan informasi, serta satu permasalahan yang menurut saya begitu penting yaitu adanya kesulitan untuk mencari kader yang mumpuni untuk bisa meneruskan perjuangan da’wah padahal secara kuantitas, jumlah anggota pemudi begitu banyak. Sambutan kedua pun, berlanjut dari penasehat Pemudi yaitu Teh. Hj Lela Sa’adah yang menjabat sebagai ketua umum pemudi periode sebelumnya. Adapun poin penting yang bisa saya tangkap dari apa yang beliau sampaikan yaitu meskipun tahun ketiga itu adalah masa-masa kejenuhan dalam organisasi pemudi ini, masa dimana sulit untuk mengambil keputusan tetapi mudah-mudahan pemudi bisa tetap berkiprah dimana saja. Memang perlu banyak hal yang harus diperbaiki, terutama komunikasi efektif yang memang harus diterapkan juga dalam organisasi. Dan sambutan terakhir pun disampaikan oleh Teh. Wanti Fitriani Mulyasari selaku penasehat pemudi juga yang pernah menjadi sekretaris jenderal PP. Pemudi pada periode sebelumnya menyebutkan bahwasannya diantara persiapan yang harus dilakukan untuk ke depannya—menuju muktamar pemudi— adalah infaq sodaqah serta nidzam. Sambutan dari semua semuanya bukan hanya sebagai pemaparan semata, tetapi lebih dari itu saya merasa mendapatkan vitamin untuk lebih meningkatkan aktifitas dakwah dan tentunya membawa  Pemudi Persis terkhusus PW. Pemudi Persis DIY ke arah lebih baik. Ada banyak hal yang mengharukan dalam acara Musykernas III ini. Bahkan dari awal acara ketika ketua umum pemudi memanggil satu persatu para tasykil yang purna tugas, semua menjadi terbawa baper—bawa perasaan— karena merasa akan kehilangan teman seperjuangan dalam dakwah. Kemudian kebaperan tersebut tidak berhenti disana, hal serupa juga terjadi ketika Ketua PW. Pemudi Persis Gorontalo memaparkan laporan atau kondisi pemudi persis yang ada di Gorontalo, mereka benar-benar berjuang untuk bisa terus berdakwah, perjuangan  yang luar biasa sehingga mbak Yayu selaku ketua PW. Pemudi Persis Gorontalo pun tak kuat menahan air matanya, sehingga semua pun turut larut dalam suasana itu. Mendengar kisah perjuangan teman-teman yang berada di Gorontalo, saya merasa bahwa perjuangan saya belum ada apa-apanya dibanding dengan perjuangan mereka. Semoga semua usaha kita untuk terus bisa melebarkan sayap da’wah dimanapun itu bisa mendapat kemudahan dari Allah SWT. Laporan dari PW. Pemudi lain pun berlanjut, yaitu dari Jawa Barat yang begitu banyak kemajuan yang telah dicapainya. Secara lingkungan memang terbilang strategis dan partner yang paling dekat dengan PP. Pemudi  Persis  sehingga peluang lebih maju pun dari yang lain sangat mungkin, tetapi hal tersebut tidak lantas menjadikan kami selaku perwakilan PW dari daerah lain merasa minder, justru kita  merasa mendapatkan semangat untuk bisa juga mencapai keberhasilan yang  telah di capai oleh PW. Pemudi Persis Jawa Barat. Sebelum acara ditutup, tibalah acara pelepasan tasykil yang purna tugas. Suasana yang cukup sedih yang terjadi pada awal acara ternyata lebih memuncak ketika acara pelepasannya, semua benar-benar terlihat bersedih. Saya hanya membayangkan betapa persaudaraan mereka sangat erat sehingga satu sama lain sangat merasa kehilangan ketika partner terbaiknya harus purna tugas. Semoga saya, dan anggota pemudi lainnya pun bisa menjadi saudara yang memang sehati untuk berdakwah untuk terus berjuang. Pengalaman mengikuti acara pemudi ini meninggalkan kesan yang  sangat membekas bagi saya secara pribadi. Perjalanan jauh dari Jogja menuju Bandung sangat disambut hangat oleh pihak Pemudi membuat rasa lelah seakan terbayar dan rasa persaudaraan yang saya rasakan ketika berkumpul bersama menjadikan saya begitu rindu akan semuanya. Oleh-oleh yang sangat berharga akan segera saya bagikan kepada teman-teman pemudi di Yogyakarta. Saya hanya bisa menghaturkan ucapan terima kasih kepada semuanya, semoga Allah yang akan membalasnya dengan yang lebih baik.     ****   Oleh: Dede Nurwahidah, Tasykil PW. Pemudi Persis Yogyakarta
Reporter: Reporter Editor: admin