Self-Care: Cara Agar Tetap Sehat Mental di Masa Pandemi

oleh Reporter

28 Desember 2021 | 10:36

Oleh: Ishmah Azkiya Akhyar, S.Psi.

(Pemenang Lomba Artikel Populer Silatnas Pemudi PERSIS)

 

Kesehatan mental menjadi salah satu topik yang paling banyak dibicarakan, dan menjadi salah satu masalah yang paling banyak disorot pada beberapa waktu terakhir, terutama selama pandemi. Menurut WHO (2019), munculnya pandemi itu sendiri dapat menimbulkan stres pada berbagai lapisan, sehingga berpengaruh pada kesehatan mental seseorang.

Di antara beberapa stress yang muncul itu dapat berupa ketakutan dan kecemasan mengenai kesehatan diri maupun kesehatan orang lain yang disayangi, perubahan pola tidur atau pola makan, sulit untuk tidur dan konsentrasi, memperparah kondisi fisik seseorang yang memiliki penyakit kronis atau gangguan psikologis, bahkan hingga adanya kemungkinan menggunakan obat-obatan (drugs).

Banyaknya masalah kesehatan mental yang muncul disebabkan masyarakat masih belum menjadikan kesehatan mental sebagai prioritas. Kesehatan mental itu sendiri tidak mudah diukur, dan diperlukan upaya khusus untuk dapat mengidentifikasi kondisi kesehatan mental seseorang.  Membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk penanganan jika ternyata terdapat gangguan pada kesehatan mentalnya.

Akan tetapi, di sisi lain, banyak masyarakat yang mulai menaruh perhatian dan kepedulian untuk meningkatkan kesadaran terkait kesehatan mental. Terlebih pada tahun 2020 dan 2021, kurang lebih dua tahun setelah munculnya COVID-19, menjadi momen yang tepat untuk mengembalikan dan meningkatkan kembali kesehatan mental yang terpuruk selama masa awal pandemi.

Hal apa saja yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang? Jawabannya sangat banyak. Di antaranya adalah faktor sosial, psikologis, dan biologis yang saling memengaruhi satu sama lain dan juga menentukan tingkat kesehatan mental seseorang di waktu mana pun. Baik kesehatan mental maupun gangguan mental, sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan sosial, ekonomi, dan juga fisik, yaitu tempat orang tinggal.

Pada masa pandemi, tekanan ini menjadi lebih tinggi, terutama bagi perempuan. Thibaut dan Wijngaarden-Cremers (2020) dalam hasil penelitiannya menemukan bahwa tingkat kematian akibat COVID-19 itu dua kali lebih tinggi untuk laki-laki, tetapi memberikan tekanan yang lebih tinggi kepada perempuan dibanding laki-laki, baik itu di tempat kerja maupun di rumah ketika beban kerja jadi meningkat akibat dari adanya lockdown atau karantina.

Artinya, selama pandemi ini, peran dan tanggung jawab perempuan menjadi semakin bertambah. Di tengah tingginya tekanan sosial dan ekonomi yang meningkat, diberlakukannya social distancing, pembelajaran jarak jauh atau daring, berkurangnya aktivitas ekonomi, berkurangnya pendapatan secara drastis, terjadinya kekerasan domestik, terungkapnya banyak kasus kekerasan atau pelecehan seksual selama pandemi, adalah sebagian dari hal-hal yang dapat membuat kesehatan mental perempuan rentan dan dapat terganggu. Jika kegiatan tersebut terus menerus terjadi, maka risikonya akan semakin meningkat dan berdampak pada kesehatan mentalnya.

Perempuan memiliki karakteristik yang lebih mampu menghayati rasa sakit, dan menunjukkan aktivasi yang relatif lebih tinggi di area sensorik otak yang terkait dengan rasa sakit dibanding laki-laki. Sehingga, hal ini dapat semakin berpotensi meningkatkan kecemasan, berkurangnya waktu tidur, gangguan emosi dan stress hingga pada akhirnya dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi atau gangguan mental yang lainnya.

Dampak lain yang juga dapat terjadi ketika kesehatan mental seseorang terganggu adalah berkurangnya kekebalan fisik, hingga memungkinkan seseorang lebih mudah terpapar penyakit, salah satunya COVID-19. Ditambah lagi, perempuan secara umum tidak begitu memperhatikan kondisi tubuhnya.

Saat kondisi kesehatan mental mulai terganggu, kemampuan seseorang dalam mengatasi tekanan hidup secara normal akan berkurang. Hal ini juga dapat memengaruhi produktivitasnya dalam bekerja, juga kontribusinya terhadap keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Selain itu, peran perempuan yang multitasking sebagai individu, ibu, anggota komunitas, dan juga pekerja akan terganggu.

WHO merekomendasikan agar layanan kesehatan mental dapat ditingkatkan dan diperkuat selama pandemi, baik itu upaya promotif, preventif, dan juga rehabilitasi Kesehatan mental. Hal itu sudah seharusnya menjadi hal yang penting untuk diperhatikan oleh individu, komunitas, dan masyarakat di seluruh dunia. Namun, meskipun layanan kesehatan mental ini dapat diakses dengan mudah melalui berbagai platform maupun instansi atau lembaga tertentu, banyak masyarakat yang masih belum bersedia untuk lebih terbuka terkait kondisi kesehatan mentalnya. Oleh karenanya, menjaga dan mengupayakan kesehatan mental agar tetap sehat mungkin dapat dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu.

Self-Care atau perawatan diri adalah salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh perempuan ataupun berbagai kalangan agar dapat tetap menjaga kesehatan mentalnya selama pandemi. Self-Care sendiri sebenarnya dimulai dengan kesadaran dari individu terhadap dirinya, dan menyadari apa yang terjadi pada dirinya di kemudian hari. Sehingga, ia akan mengelola, mengatasi, dan mencegah berbagai masalah yang dapat memengaruhi kondisi kesehatan fisik, mental, emosi, pikiran ataupun spiritualnya.

Beberapa tips atau cara untuk melakukan self-care

1. Memenuhi Keseimbangan Fisik  

Memperhatikan asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi, mempunyai waktu istirahat yang cukup, dan imbangi dengan berolahraga, karena di dalam tubuh yang kuat, terdapat jiwa yang sehat.

2. Tetap Menjaga Komunikasi dengan Orang-Orang Terdekat

Sosialisasi adalah kunci perawatan diri. Sempatkanlah untuk menyediakan waktu bersama keluarga, teman ataupun orang-orang terdekat walaupun sibuk, karena koneksi yang dekat penting untuk kesejahteraan psikis, dan cara memupuk serta memelihara hubungan dekat adalah dengan menyediakan waktu dan energi untuk membangun hubungan dengan orang lain.

3. Lakukan Hal-Hal yang Disukai dan Tetapkan Target Harian

Siapa bilang bahwa di masa pandemi itu membosankan? Salah satu tips dan trick yang dapat dilakukan agar berada di rumah bisa tetap menyenangkan adalah dengan melakukan hal-hal yang disukai, misalnya memecahkan teka-teki, membaca buku, mendengarkan lagu, menonton film yang menginspirasi, dan juga berkreasi dengan bahan-bahan atau alat-alat di sekitar kita. Dan jangan lupa untuk membuat target harian atau to do list, agar bisa tetap produktif meski di masa pandemi.

4. Tetap Terhubung dengan Tuhan dan Alam Semesta

Hasil penelitian menyebutkan bahwa agama dan spiritualitas yang diterapkan pada gaya hidup dapat membuat gaya hidup itu sendiri menjadi lebih sehat. Beribadah, berdo’a, bertafakur, dan lain sebagainya termasuk merawat diri secara spiritual. Penting juga bagi kita untuk bersyukur, meningkatkan kesabaran yang tinggi, dan belajar untuk bisa lebih menerima keadaan sambil tetap melakukan ikhtiar yang terbaik untuk menjaga diri dan orang-orang terdekat.

5. Memiliki Keterampilan Coping yang Baik

Sangat penting untuk memiliki keterampilan dalam menghadapi tekanan-tekanan yang sehat (coping) agar dapat menghadapi rasa tidak nyaman, kecemasan, kesedihan, stres, dan lain-lain. Sebagai individu yang mengerti diri sendiri, kita perlu mengetahui, memahami, dan mengantisipasi tekanan – tekanan yang kita alami.

Beberapa hal di atas merupakan tips yang dapat kita lakukan untuk menerapkan self-care selama pandemi ini. Akan tetapi, apabila mengalami kondisi mental yang buruk hingga menganggu kehidupan sehari-hari, jangan sungkan untuk mencari bantuan dari orang terdekat maupun tenaga profesional lainnya ya. Selamat melakukan self-care!

 

Referensi:

WHO (2019). Mental Health During Covid-19 Pandemic. Diakses pada 11 Desember 2021.

Thibaut, F., Wijngaarden-Cremers, P. J. M. Women’s Mental Health in the Time of COVID-19 Pandemic. Frontiers in The Global Women’s Health. 2020.

Roberto, A., Sellon, A., Cherry, S. T., Hunter-Jones, J., & Winslow, H. Impact of spirituality on resilience and coping during the COVID-19 crisis: A mixed-method approach investigating the impact on women. In Health Care for Women International, 2020.

 

(dh)
Image: Pixabay.com

 

Reporter: Reporter Editor: admin