Bandung, persis.or.id - Hadir dalam kegiatan launching, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Pemudi PERSIS Farah Fatihah, S.Pd.I memberikan sambutan dengan menekankan pada dua kata penting dari tema Silatwil III Pimpinan Wilayah Pemudi PERSIS Jawa Barat (PW Pemudi PERSIS Jabar).
Dari tema "Meningkatkan Potensi Pemudi PERSIS Demi Terwujudnya Keluarga Surgawi", Teh Farah memberi highlight pada kata potensi dan keluarga surgawi.
Terkait potensi, Teh Farah mengatakan bahwa kata tersebut terdapat dalam surat Al-Isra ayat 84 dengan kata Syakilah.
Syakilah sendiri, kata dia, bisa diartikan sebagai tabiat yang merupakan bawaan dari lahir.
"Setiap orang akan dipermudah sesuai apa yang diciptakan untuknya. Syakilah atau potensi merupakan sesuatu yang unik dalam diri kita dan harus diasah dan dikembangkan," ungkapnya di Gedung Dispusipda, Ahad (10/09/2023).
Menurutnya, Pemudi PERSIS adalah waktu yang tepat untuk mencari dan menggali potensi diri.
Seseorang, kata dia, punya peran peradaban masing-masing. Jadi, akan lebih mudah jika seseorang menjalankan peran peradaban dengan mengetahui potensi yang dimiliki.
"Pengenalan potensi bisa dicari tahu dengan tiga cara, yakni di mana lingkungan hidup, dorongan belajar yang dimiliki, dan juga saat seseorang ditempa atau dihadapkan dengan peristiwa-peristiwa yang sama," paparnya.
Oleh karena itu, Pemudi PERSIS sudah punya modal untuk membentuk potensi. Sebab, rentan usia di Pemudi PERSIS yakni 16-35 tahun tidak sulit melihat potensi.
"Berkumpul bisa memiliki kekuatan untuk merubah peradaban. Pemudi berada dalam usia produktif, di mana anak bukan halangan untuk bergerak," tambahnya.
Keberadaan Pemudi PERSIS adalah bagian dari upaya menjadi bagian solusi, terutama agar menjadi wasilah bagaimana anggota dapat menjadi ibu yang berkualiatas menuju keluarga surgawi.
"Syakilah adalah bakat dan tabiat. Maka beramarlah sesuai syakilah yang dimiliki. Karena kita akan melakukan percepatan, meski tidak dijanjikan kesuksesan, tapi dengan mengenal syakilah akan dijanjikan berada di jalan yang benar," tandasnya.
Senada dengan Teh Farah, motivator keluarga Tatan Ahmad Santana mengungkapkan bahwa baiknya kaum Adam juga mengambil peran dalam menjaga ketahanan keluarga.
Dirinya mengungkapkan tentang mitsaqan ghalizha atau perjanjian agung yang dilakukan pada peristiwa-peristiwa besar Islam, yang juga dipakai saat akad nikah.
Ini menunjukkan bahwa betapa agung dan sakralnya pernikahan. "Karena menikah bukan masalah yang mudah," tandasnya.
Juga menekankan peran penting laki-laki sebagai decision maker dalam rumah tangga. Salah satunya terlihat pada saat pandemi kemarin, banyak sekali antrian perceraian di Pengadilan Agama.
"Ternyata alasan perceraian bukan cuma karena ekonomi, tapi juga ketidak mampuan mengatasi persoalan-persoalan karena terhambatnya komunikasi," paparnya.
Oleh karena itu, keberadaan keluarga yang utuh dan harmonis menjadi bekal yang baik untuk anak dalam membentuk keluarga idaman surga.
[]
Kontributor: Humas Silatwil III PW Pemudi PERSIS Jabar
Editor: Fia Afifah