Firman Allah SWT...
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS Al-Anfal [8] : 25).
Fitnah dalam al-Quran mempunyai dua makna; ujian dan siksa. Asal makna katanya itu sendiri adalah "Memasukkan emas kedalam api agara tampak yang bagusnya dari yang kotornya". (Mu'jam Mufradat Alfazh al-Quran, arRaghib al-Ashfani), dari makna ini kemudian lahir dua makna; ujian dan siksa. Ujian, karena untuk mengetahui yang bagus dan jelek itu ujian dan siksa, karena memasukkan sesuatu kedalam api merupakan siksaan.
Dalam al-Quran, fitnah dalam makna ujian tampak dalam firman Allah swt: Dan Kami telah mencobamu dengan berapa cobaan (fitnah) (QS Thaha [20] : 40) Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (fitnah) yang sebenar-benarnya (QS Al-Anbiya [21] : 35). Sementara fitnah dalam makna siksa terdapat dalam firman Allah swt: Rasaka adzab (fitnah)-mu itu (QS Adz Dzariat [51] : 14). Sesungguhnya orang-orang yang menyiksa (fitnah) orang-orang yang beriman baik laki-laki atau perempuan (QS al-Buruj [85] : 10).
Kedua makna fitnah sebagaimana diruaikan diatas itu sebenarnya satu hakikat, bahwa pujian itu hakikatnya adalah siksa dan siksa pada hakikatnya adalah ujian. Ujian pada hakikatnya siksa yang didahukukan didunia atas dosa-dosa yang telah diperbuat. Dari siksa tersebut seseorang akan diuji, apakah orang itu akan bertaubat dan bersabar, ataukah tetap maksiat dan mencabar. Jika yang pertama yang ditempuh, maka ia akan lulus dan bersihlah. Tetapi jika yang kedua yang ia tempuh, maka ia tidak lulus dan tetap abadilah dosanya. Tinggal ia menunggu siksa siksa lagi yang akan datang sesuai kehendak Allah swt.
Dalam hal inilah maka firman-firman Allah mengatakan: Apa saja nikmat yang kamu peroleh, itu adalah dari Allah dan apa saja bencana yang menimpamu, maka itu dari (kesalahan) dirimu sendiri (QS an-Nisa [4] : 79). Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan okeh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (QS as-Syura [42] : 30 ayat semakna juga dalam QS as-Syura : 48).
Sayangnya banyak diantara kita yang sebatas memahami ujian sebagai ujian semata; untuk meningkatkan keimanan, memperkuat kesabaran dan semacamnya. Padahal nyatanya, ujian itu juga merupakan siksa. Tidak cukup hanya memahaminya sebagai ujian keimanan semata, tetapi harus membuat kita intropeksi; dosa-dosa apa saja yang selama ini tidak lepas dari kehidupan kita. Hisab secepatnya secara jujur dosa-dosa yang ada dalam diri dan tanggalkan semuanya. Bukan hanya menyabarkan diri terhadap ujian seraya hidup tetap bergelimang dosa. Na'udzu bil-Llah min dzalik.
■ Dzikra
RISALAH NO. 11 TH. 51
FEBRUARI 2015