Jakarta - persis.or.id, Merespon kondisi negara Indonesia yang semakin memprihatinkan, mulai dari krisis ekonomi sampai ketegangan politik. Persis mendukung bangkitnya kekuatan politik Islam. Partai dan lembaga legislatif banyak diisi oleh para ulama dan aktifis islamis
"Kita mesti memiliki satu kesepahaman tentang kontruksi kepemimpinan Islam di Indonesia, karena sekarang makin dibentur-benturkan antara tinjauan Islam tentang berbangsa bernegara dengan tinjauan Pancasila terutama dengan adanya pidato ketua Umum PDIP dalam HUT ke 44, jelas membenturkan antara ideologi Pancasila dengan ideologi Islam cuma tidak berani menyebut ideologi Islam tetapi menyebutnya ideologi tertutup", ungkap Dr. Jeje Zaenudin, kamis (19/01/2017) dalam acara kajian rutin PW Persis Jakarta.
Beliau melanjutkan, hal tersebut pada akhirnya membuat geram para pemimpin Islam karena debat konstitusi pancasila denga konstitusi Islam sudah selesai dan hal tersebut dinilai tidak perlu diperdebatkan lagi.
"Karena akhirnya akan banyak musuh, dan sebenarnya musuh yang nyata adalah musuh yang menguasai ekonomi dari luar, lalu kita harus hadapi lagi musuh dari dalam negeri sendiri", ujar Dr. Jeje
Beliau mendorong seluruh elemen umat Islam mesti bersatu mengambil sikap yang sama, memahami pergolakan politik saat ini agar umat tidak terprovokasi.
"Siapa sebenarnya musuh besar dari bangsa ini, yaitu bukan orang Kristen, bukan PDIP, bukan Golkar atau saling bermusuhan karena berbeda agama, musuh bangsa ini adalah yang merusak bangsa ini merubah ideologi bangsa ini dengan komunis siapapun itu, jangan sampai kita dipalingkan musuh kita jadi tidak jelas sehingga semua jadi musuh ini juga merupakan strategi memecah belah, gaya gaya PKI", jelas Dr. Jeje
Pesan majelis penasehat Persis pada musyarawarah kerja 2, sudah saatnya Persis mulai lantang berbicara fiqih politik saat ini bukan hanya lantang berbicara fiqh ubudiyah.
"Itu pesan dari majelis penasehat dan saya sebagai wakil ketua umum PP Persis harus memperhatihakan pesan itu dan mengempletasikannya bukan hanya gagasan dan lebih banyak kita berbicara fiqh siyasah karena ini saat yang tepat kita berbicara fiqh siyasah", ujar Dr. Jeje (HL/TG)