Hukum Mengeraskan Bacaan "Rabbana Walakal Hamdu" bagi Makmum dalam Shalat

oleh Ismail Fajar Romdhon

28 Februari 2025 | 08:56

Hukum Mengeraskan Bacaan "Rabbana Walakal Hamdu" bagi Makmum dalam Shalat

Pertanyaan:

Mengeraskan bacaan Rabbana walakal hamdu bagi makmum

Apakah makmum setiap mengucapkan takbir dan doa rabana walakal hamdu harus jahar atau sir?



Jawaban: 


Seseorang dijadikan imam shalat itu untuk diikuti. Oleh karena itu, Imam harus mengeraskan ucapan Allahu Akbar nya sebagai komando untuk makmum mulai bergerak. 


عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْحَارِثِ قَالَ: صَلَّى لَنَا أَبُو سَعِيدٍ فَجَهَرَ بِالتَّكْبِيرِ حِينَ رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ السُّجُودِ وَحِينَ سَجَدَ وَحِينَ رَفَعَ وَحِينَ قَامَ مِنَ الرَّكْعَتَيْنِ وَقَالَ هَكَذَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. 


Dari Said bin al-Haris, ia berkata,”Abu Said salat mengimami kami, lalu beliau menjaharkan takbirnya, ketika bangkit dari sujud, ketika sujud, ketika bangkit dan ketika berdiri dari rakaat kedua, dan ia berkata, “Demikianlah aku melihat Rasulullah Saw.”. HR. al-Bukhari, 3:320


Makmum wajib mengikuti imam dan cara mengikutinya sudah ada ketetapan dari Nabi Saw.


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا جُعِلَ اْلإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا: رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ …. 


Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Nabi saw. bersabda,’Sesungguhnya dijadikan imam itu untuk diikuti, maka apabila imam takbir maka takbirlah kamu, apabila imam ruku maka ruku’lah kamu, apabila imam mengucapkan “sami’allahu liman hamidah’ maka ucapkanlah “rabbana walakal hamdu”, (Muttaq ‘Alaih, Nailul Authar, III:170)


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّمَا جُعِلَ اْلإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوا وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا: اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ. رواه الخمسة إلا الترمذي  

 

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah Saw. bersabda,’Sesungguhnya dijadikan imam itu untuk diikuti, apabila imam takbir hendaklah kamu takbir, apabila imam membaca hendaklah kamu diam, dan apabila imam membaca “sami’allohu liman hamidah”, hendaklah ucapkan “Allohumma rabbana lakal hamdu”. HR. al-Khamsah kecuali At-Tirmidzi. 


Maksud hadis ini, apabila imam mengucapkan Allahu Akbar maka makmum wajib mengikuti mengucapkan Allahu Akbar. Apabila imam membaca al-Qur’an maka makmum wajib diam dan mendengarkan bacaan tersebut. Apabila imam rukuk maka makmum wajib mengikuti imam rukuk. Adapun apabila imam membaca Sami’allahu liman hamidah maka makmum wajib mengikuti dengan membaca Rabbanaa walakal hamdu atau Allaahumma Rabbanaa lakal hamdu.


Perintah Nabi Saw kepada makmum untuk ikut membaca Allahu Akbar dan Rabbana walakal hamdu/ Allahumma Rabbana lakal hamdu tanpa ada keterangan Jahar atau Sirr. Namun, dalam sebagian jamaah para sahabat terdapat keterangan ada seorang makmum yang menjaharkan bacaan Rabbana walakal hamdu bahkan ditambah bacaan lainnya dan Nabi Saw menyetujuinya sebagaimana riwayat berikut ini:


عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ قَالَ: كُنَّا يَوْمًا نُصَلِّي وَرَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ, قَالَ رَجُلٌ وَرَاءَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ. فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ: مَنِ الْمُتَكَلِّمُ؟ قَالَ: أَنَا. قَالَ: رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِينَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ. 


Dari Rifa’ah bin Rafi, ia berkata,”Pada suatu hari kami salat di belakang Nabi saw. Ketika beliau bangkit dari ruku mengucapkan “Sami’allahu liman hamidah”, berkata seseorang di belakang beliau “Rabbana walakal hamdu hamdan katsiran thayyiban mubarakan fiih”. Setelah selesai salat beliau bertanya,’Siapa (tadi) yang berbicara? Ia jawab, ‘Aku’. Nabi bersabda, “Aku melihat tiga puluh lebih malaikat bersegera memburunya, siapa yang paling pertama mencatatnya”. (HR. Malik dan al-Bukhari)


Nabi Saw bertanya “Siapa yang berbicara”? hal ini menunjukkan bahwa makmum cukup keras mengucapkan Rabbana walakal hamdu hamdan katsiran Tayyiban Mubaarakan fiih, hingga terdengar Nabi Saw dan beliau sama sekali tidak menegurnya. Tidak ada teguran dari Nabi Saw menunjukkan bolehnya dijaharkan bukan menunjukkan wajibnya dijaharkan.


Kesimpulan:


1. Makmum wajib mengikuti Imam sesuai petunjuk hadis di atas

2. Imam harus mengeraskan takbirnya, Sami’allahu liman hamidah-nya dan ucapan salamnya agar terdengar oleh makmum

3. Ucapan Takbir makmum dan Rabbana walakal hamdunya boleh dijaharkan dan boleh disirrkan.

BACA JUGA:

Hukum Infus, Suntik, Obat Asma, dan Onani Saat Puasa: Membatalkan atau Tidak?