Pandemi covid-19 yang tengah kita alami saat ini, sejatinya terjadi atas kehendak dan izin Allah Ta'ala. Dalam haditsnya, baginda Nabi Muhammad SAW menyampaikan; sesiapa saja yang mampu bersabar dan ridho ketika ditimpa pandemi, maka Allah akan beri ampunan dan hapuskan dosa dosanya serta dinaikan derajatnya.
Bagi temen temen yang saat ini remaja dan masih duduk di bangku sekolah, nampaknya belum terlalu dipusingkan oleh dampak krisis ekonomi akibat Pandemi. Beda dengan orangtua kita, yang tengah berjuang keras menghidupi keluarga tercinta. Ayah Ibu kita memikirkan semuanya. Kita pun bisa ikut merasakannya.
Apa yang Allah inginkan ketika masyarakat di dunia ini ditimpa Pandemi?
Pandemi atau wabah penyakit yang berskala internasional, merupakan kuasa Allah. Tak akan terjadi, jika Allah tak mengizinkannya. Pandemi merupakan peringatan dari Allah Ta'ala. Bagi siapa saja yang mengimani Allah, maka ia harus bisa menyikapi pandemi ini dengan keimanannya.
Apapun dampak yang ditimbulkan, harus bisa direspon dengan benar. Disebut benar jika respon tersebut menimbulkan keridhoan Allah. Darimana kita tau, kalau perbuatan dan sikap kita itu Allah ridhoi? Tiada lain ialah Al-Quran dan Hadits, yang menjadi barometernya.
Sehingga, pantas saja, baginda Nabi SAW menjelaskan siapa yang berjuang mempelajari Agama Islam, ia akan dibimbing dan dimudahkan jalannya ke surga. Saking pentingnya mengkaji Al-Quran dan Hadits. Saya berpesan kepada rekan rekan semua, belajarlah terus. Belajarlah kepada ulama. Kalianlah yang mendatangi mereka. Timba ilmunya. Adab baik kalian pada guru kalian, akan mendatangkan rahmah dan berkah pada keilmuan kalian..
Kembali pada pembahasan. Allah ingin melihat kita mengimplementasikan keimanan dan diri kita, tatkala pandemi melanda sebuah negri kaum muslimin.
Implementasi itu artinya, kita menunjukan bukti atas keimanan kepada Allah yang tertanam di hati dengan bentuk perbuatan, ucapan dan pikiran kita.
Dalam Q.S. At-Taghabun : 11, Allah menyampaikan:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa, kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".
Siapa saja yang bisa menunjukan rasa keimanan ketika pandemi, maka Allah akan memberikan hidayah dalam hati orang tersebut. Siapa saja yang terus berikhtiar dan bertawakal (karena iman kepada Allah), maka Allah pasti akan membimbing orang tersebut sehingga bisa melewati berbagai kesulitan dan masalah yang tengah di hadapinya.
Allah menjamin, siapa saja diantara hambanya yang beriman dan bertaqwa hatinya, maka ia akan diberi; jalan keluar atas segala permasalah hidupnya dan rezeki yang tak terduga-duga. Sebagaimana yang termaktub dalam Q.S. At-Thalaq:2-3
Ketika pandemi covid-19 sampai ke tempat kita, maka kita harus mengikuti apa yang pernah disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Kita tak boleh keluar dari tempat tinggal. Dan oranglain pun tak boleh masuk ke tempat kita. Kita mesti sabar dan tetap produktif selama di rumah.
Meski di rumah, di era digital hari ini, kita masih bisa produktif dan mengaktualisasikan diri kita.
Aktualisasi Diri berarti kita bisa mengolah potensi diri agar bisa mencapai hal yang ingin kita wujudkan. Kita menjadi diri sendiri. Sebab, kita bukan siapapun. Siapapun tak akan bisa seperti kamu. Kamupun tak akan bisa sama persis seperti mereka.
Dalam kajian psikologi, kebutuhan manusia diawali dari yang terendah yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum, tidur, dll yang berhubungan dgn raga nya) dan yang tertinggi adalah kebutuhan Aktualisasi Diri
Jika kita masih disibukan selama 24 jam memikirkan makanan, kegantengan dan kecantikan. Itu artinya, kita masih di level rendahan. Tapi jika kita mulai ingin bisa bermanfaat bagi banyak orang, mulai dari keluarga, tetangga, teman hingga masyarakat dan lingkungan kita dimana kita tinggal, maka itu artinya kita ada di level manusia yang utuh.
15 Abad lalu, baginda Nabi Muhammad SAW sudah menerangkan dalam haditsnya, "Manusia terbaik ialah manusia yang paling banyak memberi manfaat bagi manusia yang lainnya".
Kita pandang diri masing masing, sejenak. Apakah kita masih disibukkan untuk memikirkan diri sendiri (egosentris)? Ataukah kita sudah berpikir kayak gini; ingin membantu meringankan beban ayah ibu. Ingin bisa membantu fakir miskin dan kaum dhuafa lainnya. Ingin bisa memberi kebaikan untuk umat Islam. Ingin melihat generasi muda tumbuh lebih baik. Dll
Jika kita sudah berpikir ke arah sana, alhamdulillah bagus. Namun sayangnya, tak cukup di pikiran saja.
Sebab, aktualisasi diri itu harus berbentuk tindakan dan perbuatan yang bisa dirasakan oleh oranglain. Tak cukup hanya di pikiran. Mesti ada action. Yang bisa dilakukan saat ini oleh temen temen remaja ialah belajar dan produktif.
Belajarlah ilmu agama dan ilmu ilmu bermanfaat. Tiap hari meski di rumah, kita tak boleh berhenti untuk menambah ilmu dan wawasan keislaman. Hari ini, pembelajaran dan kajian keislaman secara daring bisa banyak ditemukan informasinya di medsos.
Selain itu, kita juga dituntut untuk terus mengembangkan diri dengan cara mempelajari ilmu tentang skill (keterampilan) yang mau kita olah. Jika temen temen bersabar dalam mempelajari ilmu agama dan ilmu bermanfaat yang meningkatkan skill, maka insyaa Allah kita akan bisa berada di level aktualisasi diri.
Saya telah melalui masa masa remaja. Kini, di usia 28 tahun, saya berada pada fase dewasa muda. Ketika usia SMA dulu, saya tak pernah lepas dari aktivitas; ke masjid, organisasi, belajar dan silaturahim.
Dulu belum terbayang bakal jadi apa di masa depan. Namun, atas bimbingan dari Al-Quran dan Hadits yang dipelajari, akhirnya saya bisa ada di level aktualisasi diri.
Saat remaja dulu, masih lumayan besar egosentrisnya. Masih berkutat memikirkan kebutuhan fisiologis. Namun alhamdulillah, hari ini bisa naik level.
Saya sudah tak mengkhawatirkan urusan makan (urusan ekonomi), sebab ternyata semakin banyak tanggungan hidup, semakin dibukakan rejekinya.
Prosesnya panjang. Kata kuncinya; terus ikhtiar, terus jalan saja dulu. Dengan kesabaran dan keimanan, nanti juga terbuka jalan kemudahan atas setiap permasalahan..
Kembali ke aktualisasi diri. Pokoknya temen temen yang hari ini di fase remaja, saya ucapkan selamat.
Masa masa yang penuh dengan warna dan cerita, dan terkadang terjebak pada kondisi bingung. Semua mekanisme keunikan masa remaja, sengaja didesain oleh Allah, agar temen temen berpikir dan berkembang.
Semua masalah yg hari ini menyelimuti kalian, sejatinya demi bekal kalian di masa yang akan datang. Sekali lagi, kalian mesti bisa terus belajar dan menikmati prosesnya. Jika tanpa keimanan di hati, maka masa masa remaja kalian bisa suram. Apalagi masa depan.
Namun tak demikian, siapa saja bisa berubah kapan saja. Itu Adil nya Allah Taala.
PR nya hari ini ialah; berpikir jernih tentang menjadi diri sendiri, dimanapun berada.
Sebab kita, bukan siapapun. Kita adalah kita sendiri.
Allah akan meninggikan derajat hambanya yang beriman dan mau belajar untuk terus berkembang dan bermanfaat bagi banyak orang.
Allahu A'lam.
Demikian untuk kajian kita hari ini. Semoga Allah memberkahi waktu yang kita luangkan untuk belajar.
***
Penulis: Taufiq Ginanjar