Ustaz Jeje: Ukhwah Terbangun dalam Silaturahmi 

oleh Reporter

04 September 2021 | 12:56

Bandung, persis.co.id - Adanya ukhuwah (persaudaraan) sejati terbangun berawal dari ta'liful qulub, atau adanya kesamaan hati yang terbangun dan adanya ikatan hati yang tersambung. 

Hal ini diungkapkan Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Waketum PP PERSIS) Dr. Jeje Zaenudin, saat menjadi salah satu pemateri dalam webinar yang diadakan oleh MIUMI, Kamis (2/9/2021) malam. 

"Apabila hatinya tidak bisa ditenun, jiwanya tidak bisa dijahit, dan kalbunya tidak bisa dianyam antara satu dengan yang lain, mustahil akan terwujud ukhuwah yang sejati," kata Jeje. 

Seorang muslim yang baik harus berkomunikasi, bersilaturahmi, dan bekerja sama dengan yang lain. Ini karena hal tersebut merupakan pintu masuk terjadinya ukhuwah. "Ukhuwah akan terjadi dengan diawalinya hati yang ditenun untuk menjadi kesatuan yang kuat," jelasnya. 

Dirinya juga menyoroti pernyataan menarik Umar bin Khaththab radiallahu 'anhu. Yaitu, tidak ada kemenangan kecuali dengan kekuatan, tidak ada kekuatan kecuali bersatu, dan bersatu adalah wujud dari ukhuwah. 

"Nah, dalam hal ini, ayat-ayat Al-Qur'an maupun hadits nabi yang berbicara ukhuwah dan wihdah (persatuan) memang menarik. Kita bersyukur, di Indonesia ada beberapa ormas yang namanya mencerminkan untuk bersatu, seperti Persatuan Islam dan Wahdah Islamiyah, meskipun mewujudkan persatuan itu adalah hal yang sulit," tuturnya. 

Sebagaimana Al-Qur'an sendiri ketika berbicara tentang ukhuwah yang terdiri dalam banyak marhalah (tingkatan). 

"Menariknya, Al-Qur'an menegaskan persaudaraan kaum muslimin diikuti dengan “fa aslihu bayna akhowaykum,” ini artinya persaudaraan tidak lepas dengan perselisihan. Dan meskipun berselisih, tetap dalam koridor saudara. Karena itulah, ukhuwah sebagai nilai normatif tidak akan pernah terputus selama dia menjadi mukmin," katanya. 

Menurut pendiri Pesantren An-Nahla Al-Islamiy ini, ukhuwah sering tercederai pada tataran praktis dan implementasi, yaitu dengan dilanggarnya hak-hak dan kewajiban bersaudara. 

"Maka ketika Rasulullah menyatakan muslim yang satu dengan muslim lainnya bersaudara, selanjutnya adalah contoh-contoh praktis yang wajib diwujudkan dalam persaudaraan, kemudian bagaimana kita rela membantu untuk kepentingan saudara yang sedang membutuhkan, dengan harapan Allah meringankan beban kita pada hari kiamat," ujarnya. 

Selanjutnya, dirinya juga menekankan bagaimana seseorang sebagai saudara rela untuk menutupi aib-aib dan kekurangan saudara muslim lain. "Bukan disebarkan, di-ghibah, apalagi dibumbui dengan hoaks dan fitnah," tandasnya. 

(langit7.id - FAR)

Reporter: Reporter Editor: admin