Bandung - persis.or.id, Sebuah persepsi yang sudah melembaga di-tengah-tengah masyarakat adalah menghubung-hubungkan hujan dengan imlek. Orang berkata bahwa hujan yang turun disetiap bulan Januari terjadi karena imlek. Persepsi tersebut sepintas lalu nampak sederhana dan biasa-biasa saja, padahal persepsi itu sangat keliru dan berbahaya. Kenapa keliru dan berbahaya? Karena persepsi tersebut bukan sekedar persepsi biasa melainkan persepsi yang lahir dari keyakinan, yaitu keyakinan mengaitkan turunnya hujan dengan imlek, dan ini sudah masuk dalam wilayah dan ranah aqidah.
Dahulu di zaman Rasululullah shallallahu 'alaihi wa sallam orang-orang jahiliyah menisbatkan hujan kepada terbit atau terbenamnya suatu bintang tertentu. Mereka mengatakan bahwa jika ada bintang tertentu yang terbit atau tenggelam maka akan turun hujan.
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menepis persepsi tersebut dan meluruskan pandangan yg keliru itu. Beliau bersabda, Allah Ta'ala berfirman,
أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِيْ مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِيْ كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَلِكَكَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ.
Artinya, “Di antara hamba-Ku ada yang menjadi beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun yang mengatakan, “Kami telah diberi hujan karena keutamaan dan rahmat Allah”, maka itulah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang-bintang. Sedangkan bagi yang mengatakan, “Kami telah diberi hujan dengan bintang ini dan bintang itu,’ maka itulah orang yang kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].
Hadits qusdi ini menegaskan tentang kufurnya orang yang berkeyakinan atau berprasangka bahwa hujan turun karena pengaruh bintang tertentu, bukan sebagai rahmat Allah Ta'ala.
Maka keyakinan bhw hujan turun krn imlek adalah keyakinan syirik yg harus dikikis dari aqidah umat Islam. Hujan adlh anugerah dan nikmat serta karunia dari Allah utk seluruh mahluk-Nya.
Allah Ta'ala menegaskan tentang hujan dalam firman-firman-Nya, antara lain,
وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُم مِّن السَّمَاء مَاء لِّيُطَهِّرَكُم بِهِ
"Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu” [QS. Al Anfal: 11]
وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالاً سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنزَلْنَا بِهِ الْمَاء فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْموْتَى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” [QS. Al A’rof: 57]
Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita sebuah doa saat hujan itu turun,
اللهم صيبا نافعا
"Ya Allah semoga hujan ini memberi manfaat".
Saudaraku, jelas bukan, bahwa hujan turun karena kuasa Allah, bukan karena imlek.
Masihkah akan berkata bahwa hujan turun karena imlek?
Ditulis diperjalanan pulang dalam guyuran hujan setelah khutbah Jumat di masjis Al-Ikhlas, Komplek Keuangan, Kemanggisan, Jakbar
Penulis: Drs. KH. Sofyan Munawar Mubaligh PW Persis DKI Jakarta (24/1/2020)