Malu Pangkal Akhlak Mulia.

oleh Reporter

10 Mei 2020 | 09:41

Oleh: Dr. H. Haris Muslim . MA - Sekretaris Umum PP Persis.
Selain rasa takut, yang bisa menjadi pengontrol prilaku manusia adalah rasa malu. Malu merupakan anugerah rasa yang luar biasa. karenanya, manusia terjaga pada sifat kemanusiaannya. 
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan : “Malu adalah akhlak yang paling mulia dan utama, paling agung dan paling banyak manfaatnya, bahkan ia merupakan ciri khas manusia, siapa yang tidak punya maka hilang sifat kemunisaannya, yang tersisa hanya kumpulan daging, darah, dan bentuk fisik saja” (Miftah Dar al-Saadah : 1/277). 
Jika Islam mengangkat derajat manusia dari kerendahan nilai hewani jahiliyyah kepada kemuliaan ilahi dalam koridor iman, islam dan ihsan. Aqidah, ibadah dan Akhlak karimah sebagai puncak dan buah dari semuanya. Maka tidak diragukan lagi sifat malu yang ada pada diri manusia merupakan pangkal dari kemuliaan itu. Seberapa jauh kita bisa menjaga rasa ini, maka seukuran itu kita bisa menjaga kemanusiaan kita. Pantaslah kalau Nabi menyatakan bahwa malu itu Sebagian dai iman. 
عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ، وَهُوَ يَعِظُ أَخَاهُ فِي الحَيَاءِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «دَعْهُ فَإِنَّ الحَيَاءَ مِنَ الإِيمَانِ» رواه البخاري : 24، ومسلم : 59 (36)
Dari Salim bin Abdullah, dari bapaknya, sesungguhnya Nabi SAW lewat kepada seorang lelaki Anshar yang sedang menasihati saudaranya tentang rasa malu, kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Biarkanlah dia, karena Malu adalah Sebagian dari Iman” H.r. Bukhari : 24, Muslim : 59 (36)
Rasa malu hanya akan membawa kepada kebaikan, sebagaimana hadis Nabi SAW, 

عن عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: «الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ»، (صحيح البخاري : 6117، صحيح مسلم : 60 37).
Dari Imran bin Hushain, dari Nabi SAW, beliau bersabda : “Rasa malu tidak mendatangkan kecuali kebaikan”. (H.r. Bukhari : 6117, Muslim : 60 (37).

عن أبي مَسْعُودٍ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُولَى: إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ "  البخاري :
6120
Dari Abu Mas’ud ia berkata, Nabi SAW bersabda : “Sesungguhnya yang diperoleh manusia dari ucapan kenabian yang pertama adalah jika kamu tidak mempunyai rasa malu, maka berbuatlah sesukamu.” H.r. Bukhari : 6120. 
Tentu, bahwa malu yang dimaksud adalah malu yang mendorong untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Syariah dan nilai-nilai akhlak karimah. Bukan Malu yang salah tempat, yaitu malu untuk melakukan kebaikan. Malu seperti ini bukan pada tempatnya dan tercela. Justru dalam urusan kebenaran dan kebaikan jangan pernah malu. Dalam Riwayat imam Bukhari disebutkan bahwa siti aisyah berkata, “Sebaik-baiknya perempuan, adalah perempuan Anshar, mereka tidak pernah malu untuk belajar mendalami ilmu agama”. Mujahid mengatakan, “Tidak akan pernah belajar ilmu dengan benar, orang yang pemalu dan sombong”.

Semoga bermanfaat. 

Wassalam, 
Akhukum
 

Reporter: Reporter Editor: admin