Selamat Jalan Ustadz Mamat....... Guruku

oleh Reporter

20 Januari 2020 | 17:42

“Leres berita Ustadz Mamat ngantunkeun tēh?” (Betul berita Ustadz Mamat meninggal?) postingan WA yang pertama kali saya baca. “Bukkk,” terasa berat di dada. Kelam sekeliling dibuatnya. Pertanyaan di grup WA Pimpinan Daerah (PD) Persatuan Islam (Persis) Garut pukul 07.05 WIB. ini membuat rasa dan logika tak menentu. Sambil menyimpan jaket dan tas di meja kantor Program Studi (Prodi) saya berusaha mengendalikan diri. 
Di daftar panggilan terlihat ada yang telah memanggil. Nomor yang tidak dikenal tersebut rupanya menelpon saya sewaktu berkendara menuju STAI Persis (STAIPI) Garut. “Ya?,” balasan SMS saya ke nomor tersebut. Yang punya nomor pun menelpon. Ternyata dia adalah Ustadz H. Cecep Nurkholis. Putra almarhum Ustadz Jamal ini memintakan ijin putranya yang tidak akan mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). Jihad, putra ustadz Cecep, akan berangkat ke Bandung karena ustadz Mamat meninggal. Semakin terasa berat dan lemas saya dibuatnya. Rupanya pertanyaan di grup WA ada benarnya. Dengan spontan saya pun berikan ijin kepada Ustadz Cecep untuk anaknya. 
“Benarkah berita ini?,” tanya hatiku. Allāh pun memberi bimbingan. “Telpon ustadz Ena,” menjadi lintasan dalam hati. Saya pun telpon ketua PD Persis Periode 2016-2020. Hanya butuh beberapa detik telpon diangkat. Saya mohon konfirmasi kebenaran berita meninggal ustadz Mamat. “Enya leres berita ēta tēh. Ustadz Mamat ngantunkeun nembē di Bandung. AM (Abdul Mugni, putra kedua Ustadz Mamat, pen) nelpon nembē. Ngantunkeuna nembē tabuh 6.55. Ku Yusup informasikeun wēh dina WA. Bilih simpang siur. Informasikeun atas nama PD,” penjelasan H. Ena Sumpena dengan menangis dan terbata-bata. “Mangga,” jawab saya. Sedetik kemudian saya pun tulis di seluruh grup WA: “Innalillahi... H Mamat Abdurrahman parantos ngantunkeun di Bandung nembē tabuh 06.55.... PD Persis Garut.” Di FB pun tak ketinggalan. Komen dan telpon pun masuk memastikan postingan saya. Mereka seakan tak percaya. Kondisi yang kualami beberapa saat yang lalu dirasakan yang lain.
Berita meninggal dunia seseorang memang biasa. Tapi bila yang mempengaruhi hidup wafat  tentu sangat berbeda. Saya bersama ribuan muridnya akan merasakan hal yang sama. Berita meninggalnya ustadz Mamat seakan tidak benar adanya. Dalam kondisi demikian kita teringat sejarah bahwa Umar bin Khatab tidak percaya berita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam  meninggal dunia ketika pertamakali mendengarnya. Rupanya kondisi ini mirip yang saya rasakan.
Ustadz Mamat adalah guru yang sangat pintar. Bagi yang pernah mendengar bicara, ceramah, dan pengajaran beliau akan mudah menyimpulkan tentang kecerdasannya. Bicara pun teratur dan berkualitas. Setiap kata yang disampaikan bermakna. Apa yang dituturkan dapat dimengerti oleh kalangan awam hingga intelek. Pada suatu kesempatan PD Persis Garut menyelenggarakan mubahatsah mubalig PD. Acara khusus para da’i ini mengupas satu tema oleh dua pemakalah untuk kemudian dibahas kekuatan argumen dan kesimpulannya. Rupanya argumen ustadz mamat sebagai peserta sulit untuk dikalahkan. Saya sebagai junior hanya terpaku dan terpesona. “Rupanya sangat pintar ustadz Mamat ini,” decak kagum dalam diriku.
Meski pintar ustadz berpenampilan tawadhu dan sederhana. Bagi yang pertama kali melihat mungkin tidak akan mengira kalau yang dihadapannya adalah pria berilmu. Kehidupan sehari-harinya sangat sederhana. Beliau tidak pernah terlihat ingin berbeda dengan yang lain atau larut dalam keadaan. Ya beliau adalah dirinya sendiri. Rendah hati dan enggak neko-neko. Akibat dari sikap ini orang pun menjadi segan. Padahal kalau diajak bicara beliau tidak pernah menolak dan menyulitkan. 
Meski lemah lembut pria asal Garogol ini tegas dalam menentukan sikap dan memegang kebenaran. Bila ada kemunkaran di hadapan matanya maka beliau akan merubah dengan tangan atau lisannya, namun tetap dengan santun. Suatu kali ada tim sukses Pilkada Kabupaten Garut mendatangi beliau di rumahnya. Singkat kata perwakilan tersebut menanyakan dukungan kepada pasangan pilkada yang didukung mereka. Mereka menanyakan sikap dukungan beliau yang terbaru. “Ieu tēh pertemuan sakumaha kamari?” (Ini adalah pertemuan sebagaimana kemarin?, pen), tanya ustadz di pesantren Bentar kepada tim tersebut. “Muhun,” (Ya, pen), jawab perwakilannya. “Lain kamari geus dijawab?” (Bukankah kemarin sudah dijawab, pen), ucap mantan Ketua PD Persis Garut ini. Jawaban tersebut disampaikan untuk menegaskan tentang posisinya yang tidak akan mendukung. Dan posisi ini telah beliau sampaikan sebelumnya. Beliau tidak merubahnya lagi meski ditemui secara khusus. Tim sukses pun pulang dengan gigit jari.
Ustadz Mamat orang kaya. Ukuran kaya tentu tergantung siapa dan apa yang menjadi ukuran dan pembandingnya. Bersama dengan kakaknya yaitu almarhum Ustadz Abidin SM dan keluarganya beliau bertani. Sebelumnya beliau berdagang di pasar. Mengingat harus mengelola pesantren Garogol maka ustadz Mamat meninggalkan pasar untuk kemudian bertani. Jeruk, jambu, dan tanaman lainnya beliau tanam. Maka kepentingan pribadi, keluarga, dan infaq jamiyah serta pesantren tidak tergantung kepada yang lain. Dalam setiap program amal saleh maka beliau terdepan untuk memberikan contoh dengan infak yang besar. Ini baru secara materi. Kekayaan yang paling berharga darinya adalah kekayaan hati. Dalam setiap pertemuan dan musyawarah pasti pancaran jiwanya menyala, diucapkan atau tidak. 
Ustadz Mamat adalah seorang aktivis. Apa yang menjadi idealismenya tidak hanya menjadi ucapan dan diskusi. Ia tuangkan dalam pergerakan di Jamiyah Persatuan Islam. Mulai dari jenjang Pimpinan Jamaah (PJ) hingga Pimpinan Wilayah (PW) telah ia tempati. Berbagai pergerakan beliau ikuti, namun hatinya nyaman di Persis. Pada kepemimpinan beliau PD Persis Garut mempunyai kantor mandiri yang cukup megah. Hasil obrolan dan pergaulan dengan gurunya KH. Entang Muchtar ZA. dan KH. A. Zakaria beliau wujudkan di PD Persis Garut. Sehari menerima wakaf tanah Baiturrahman, yang kini menjadi kampus Staipi, beliau langsung memasang fondasi. Dalam musyawarah bulanan PD akhir-akhir ini beliau mendorong pembelian tanah untuk Markaz alQuran. Jabatan terakhirnya adalah penasihat PD Persis Garut, penasehat PW Persis Jabar, dan anggota Senat Staipi Garut. 
Ustadz Mamat merupakan manajer yang sangat bagus. Meski tidak pernah kuliah, apalagi jurusan manajemen, namun amanah yang diberikan kepadanya senantiasa ditunaikan dengan baik. Sebagai aktivis jamiyah tentu urusan dana tidak ada jaminan jelas. Namun sejumlah program berjalan dengan meningkat. Ketika menjadi penasihat maka berbagai ide, dorongan, dan pengendalian beliau berikan secara total. Ketika bertemu aktivis junior dan potensial beliau bangga dan terbuka. Bahkan tidak gengsi menerima saran dari sebawahnya. 
Uatadz Mamat adalah ulama panutan. Sebagai orang berilmu dan aktif tentu akan banyak yang mengikuti. Namun bagi beliau  tidak hanya asal diikuti.  Ada nilai lebih dibanding aktivis lainnya. Beliau menjadi panutan. Pemikiran, ucapan, keputusan dan tindakannnya hampir sulit ditemukan kekeliruan. Banyak muridnya yang kini menjadi orang mengakui ustadz Mamat sebagai panutannya. Ketika mengawali proses operasi usus di RS Al-ISLAM Bandung beliau ditangani dokter spesialis. Dokter tersebut ternyata murid dari muridnya di Pesantren Garogol. "Saya harus merawat ustadz dengan baik karena guru saya adalah murid ustadz," ucap dokter tersebut. 
Musyawarah bulanan PD Persis Garut 3 Januari 2020 rupanya musyawarah yang terakhir. Nasihat, pandangan, arahan, dan keputusan ustadz tidak akan terdengar lagi. Namun, kami yakin rekaman hati dan ingatan akan kekal mengabadikan nasihat, ide, ilmu, perjuangan dan sepak-terjangmu.  

اللهم ارحمه اللهم ثبته 
اللهم لا تذهب بركة علمه عني

Yusup Tajri

Reporter: Reporter Editor: admin