Selayang Pandang tentang “Istifta”

oleh Reporter

02 Mei 2025 | 13:35

Perjalanan Panjang, Adaptasi Tantangan dan Peluang di Era Digital


Selayang Pandang tentang “Istifta”

(Perjalanan Panjang, Adaptasi Tantangan dan Peluang di Era Digital)


Oleh:

Amin Muchtar dan Muhamad Nurdin



Persatuan Islam (PERSIS) telah lama menjadi pelopor dalam menyebarkan pemahaman Al-Qur’an dan As-Sunnah melalui berbagai media. Sejak awal berdirinya, PERSIS aktif menerbitkan pamflet, brosur, hingga majalah yang menjadi sarana dakwah dan edukasi umat. Salah satu karya monumental yang bertahan hingga kini adalah Majalah Risalah, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1962. Majalah ini tidak hanya menjadi media informasi, tetapi juga menjadi wadah diskusi keislaman melalui rubrik khasnya, Istifta.


Rubrik Istifta—yang berarti "meminta fatwa"—menjadi ruang tanya jawab yang membahas berbagai persoalan keislaman. Rubrik ini telah melewati perjalanan panjang, diasuh oleh berbagai tokoh ulama PERSIS dari generasi ke generasi. Dimulai dengan nama Kotak Masalah pada tahun 1962, rubrik ini terus berkembang, berganti nama menjadi Istifta pada tahun 1963, dan tetap eksis hingga sekarang. Berawal dari format cetak dan kini tersedia dalam edisi digital.


A. Perjalanan Rubrik Istifta: Dari Masa ke Masa


Rubrik Istifta adalah cerminan nyata dari komitmen Persatuan Islam (PERSIS) dalam menjunjung tinggi ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sejak awal kemunculannya, rubrik ini diasuh oleh KH. E. Abdurrahman, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum PP PERSIS. Dengan dalil-dalil yang kokoh dan analisis yang tajam, beliau menjawab berbagai pertanyaan pembaca, termasuk salah satu pertanyaan pertama yang membahas metode penetapan kalender Islam. Hal ini menunjukkan betapa relevannya rubrik ini dengan kebutuhan umat sejak awal.


Seiring berjalannya waktu, pengasuhan rubrik Istifta berpindah tangan ke berbagai ulama terkemuka. Dari KH. E. Abdullah, tim Thaa’ifah Mutafaqqihina Fid Diin (TMD), hingga Majelis Ifta, rubrik ini terus berkembang mengikuti dinamika zaman. Pada masa kepemimpinan KH. Dr. Jeje Zaenuddin, M.Ag sebagai Ketua Umum PP PERSIS, rubrik ini kembali diasuh oleh TMD, dengan KH. A. Zakaria, rahimahullah, sebagai Ketua Dewan Hisbah. Setelah beliau wafat, kepemimpinan dilanjutkan oleh KH. Zae Nandang pada periode Masa Jihad 2022-2027.


Saat ini, rubrik Istifta tidak hanya berfungsi sebagai ruang untuk menjawab persoalan hukum syar’i, tetapi juga menjadi wahana kaderisasi ulama. Para kader yang disebut Musa’id (tim asistensi TMD) dilibatkan secara aktif dalam sidang-sidang Istifta. Bahkan, para mubalig PERSIS dianjurkan untuk mengikuti sidang-sidang ini agar mereka dapat menjadi juru dakwah yang satu suara dalam menjawab persoalan-persoalan di masyarakat.


Setiap masa membawa dinamika dan tantangan tersendiri bagi rubrik Istifta. Namun, esensinya tetap sama: memberikan jawaban yang akurat, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Rubrik ini terus menjadi bukti nyata bagaimana PERSIS menjaga tradisi keilmuan Islam sambil beradaptasi dengan kebutuhan zaman.


B. Adaptasi dan Transformasi di Era Digital


(1) Tantangan dan Peluang di Era Digital


Era digital membawa tantangan sekaligus peluang bagi dakwah Islam. Di satu sisi, arus informasi yang begitu cepat sering kali menimbulkan kebingungan di kalangan umat, terutama terkait isu-isu keislaman. Di sisi lain, teknologi memberikan peluang besar untuk menyebarkan dakwah secara lebih luas dan efisien. Rubrik Istifta adalah salah satu contoh bagaimana Persis memanfaatkan peluang ini.


Dengan hadirnya Istifta Online, umat tidak lagi terbatas oleh jarak dan waktu untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan mereka. Platform ini memungkinkan interaksi yang lebih cepat dan responsif, menjadikan dakwah lebih relevan dengan kebutuhan zaman. Selain itu, digitalisasi juga membuka peluang untuk mendokumentasikan dan mengarsipkan fatwa-fatwa secara sistematis, sehingga dapat diakses oleh generasi mendatang.


(2) Inovasi dalam Penyajian Konten


Untuk menjawab kebutuhan umat yang semakin kompleks, Istifta Online terus berinovasi dalam penyajian kontennya. Selain format teks, platform ini juga hendak mengembangkan konten dalam bentuk video, infografis, dan podcast. Dengan pendekatan ini, fatwa-fatwa yang disampaikan menjadi lebih mudah dipahami oleh berbagai kalangan, termasuk generasi muda yang lebih akrab dengan media digital.


(3) Kolaborasi dan Penguatan Kapasitas


Keberhasilan Istifta Online dilaunching tidak lepas dari kolaborasi antara berbagai pihak, mulai dari Dewan Hisbah, tim Infokom, hingga para ahli teknologi. Selain itu, pelatihan dan penguatan kapasitas bagi para pengasuh rubrik juga menjadi prioritas. Dengan pemahaman yang mendalam tentang teknologi dan isu-isu kontemporer, para ulama dapat memberikan jawaban yang lebih relevan dan kontekstual.


(4) Harapan ke Depan


Ke depan, Istifta Online diharapkan tidak hanya menjadi platform tanya jawab, tetapi juga pusat kajian keislaman yang komprehensif. Dengan memanfaatkan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan big data, platform ini dapat memberikan rekomendasi fatwa yang lebih personal dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Selain itu, integrasi dengan media sosial juga dapat memperluas jangkauan dakwah, menjadikan Istifta sebagai rujukan utama bagi umat Islam di era digital.


C. Tasyakkur bin Ni’mah: Menghargai Warisan dan Melangkah ke Depan


Perjalanan panjang rubrik Istifta adalah bukti nyata dedikasi para ulama Persis dalam menjaga warisan intelektual Islam. Dari KH. E. Abdurrahman hingga generasi ulama saat ini, rubrik ini telah menjadi ladang amal jariyah yang tak ternilai. Ribuan pertanyaan telah dijawab, mencakup berbagai bidang seperti akidah, ibadah, muamalah, hingga metodologi istinbath hukum.


Transformasi rubrik ini ke format digital adalah langkah strategis untuk menjangkau lebih banyak umat. Namun, keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk keluarga besar Persis, pesantren-pesantren, dan tim manajemen web.


Semua pihak yang terlibat layak mendapatkan apresiasi atas kontribusi mereka dalam menjaga keberlanjutan rubrik ini.


Sebagai penutup, semoga Istifta, baik dalam format cetak maupun digital, terus menjadi rujukan utama bagi umat Islam.


Dengan menjaga nilai-nilai lama yang baik dan mengadopsi inovasi baru yang lebih baik, rubrik ini diharapkan mampu menjawab tantangan zaman dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.



Bandung, 02 Dzulqa’dah 1446 H/01 Mei 2025 M

BACA JUGA:

Launching Hari Ini, Istifta Online Siap Memberikan Solusi bagi Ummat

Reporter: Reporter Editor: Dhanyawan Haflah