Jakarta – persis.or.id - Acara buka puasa bersama (bukber) menjadi agenda rutin dalam bulan suci Ramadan, baik di Indonesia maupun di negara-negara Muslim lainnya. Bukber bukan sekadar makan bersama, tetapi juga momentum untuk mempererat silaturahmi lintas kelompok dan kalangan.
Namun, bagaimana sebenarnya buka puasa bersama dalam perspektif syariat Islam?
Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis), Ustaz Dr. Jeje Zaenudin, memberikan penjelasan mengenai makna bukber dalam Islam secara syar’i.
Ustaz Jeje menegaskan bahwa buka puasa bersama tidak diwajibkan dan bukan merupakan ibadah tersendiri. Namun, jika dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah, bukber dapat mendatangkan beberapa manfaat, di antaranya:
- Mempererat tali silaturahmi.
- Menjadi refleksi diri dan pengingat untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah SWT.
- Menjadi ajang berbagi dengan sesama yang membutuhkan dan merasakan kebahagiaan bersama.
"Secara prinsip, Islam sangat menganjurkan kita untuk banyak bersedekah dan berbagi rezeki, baik di bulan Ramadan maupun di luar Ramadan. Selain itu, Islam juga menekankan pentingnya menjaga tali silaturahmi. Hanya saja, di bulan Ramadan, amalan-amalan tersebut memiliki keistimewaan pahala yang lebih besar," ujar Ustaz Jeje.
Ia menambahkan bahwa salah satu keutamaan berbagi makanan saat berbuka adalah mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Saw.:
"Siapa yang memberi makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa tersebut" (HR. Tirmidzi & Ibnu Majah).
Bahkan, Rasulullah Saw. juga menganjurkan makan bersama karena memiliki banyak keberkahan, termasuk mempererat rasa kebersamaan dan silaturahmi.
Ustaz Jeje pun mengutip salah satu hadis yang artinya:
"Sebaik-baik amalan dalam Islam adalah memberi makan (kepada orang lain) dan menyampaikan salam kepada orang yang kamu kenal maupun yang tidak kamu kenal."
"Di momen bukber juga ada kebersamaan, rasa syukur, silaturahmi, dan interaksi langsung antar-manusia," tambahnya.
Ia menilai bahwa kegiatan bukber bisa mendatangkan pahala jika diniatkan untuk bersilaturahmi dan berbagi rezeki kepada orang yang sedang berpuasa. Namun, bukber juga bisa mengurangi pahala apabila di dalamnya terdapat hal-hal yang dilarang, seperti berlebihan dalam kemewahan atau mengabaikan adab Islam.
"Jika buka puasa bersama diniatkan untuk memamerkan kemewahan harta dan makanan, maka itu bertentangan dengan ajaran Islam," tegasnya.
Oleh karena itu, Ustaz Jeje mengingatkan bahwa bukber lebih bernilai ibadah jika di dalamnya terdapat silaturahmi, rasa syukur, dan kepatuhan pada syariat.
"Dengan demikian, buka puasa bersama diharapkan membawa keberkahan, bukan sebaliknya," pungkasnya.
BACA JUGA:Kaitan Shiyam dengan Taqwa: Hikmah Puasa dalam Meningkatkan Ketakwaan