Hukum Ikut kampanye

oleh redaksi

24 Maret 2025 | 20:30

Hukum Ikut kampanye


Bolehkah kita ikut kampanye pasangan salah satu paslon (pasangan calon) dengan tujuan agar terwujud negara yang makmur berdasarkan kejujuran dan keadilan?


Jawaban:


Dalam KBBI diberikan penjelasan, kampanye adalah gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan, mengadakan aksi, dan sebagainya); kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan kedudukan dalam parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam suatu pemungutan suara; mengampanyekan/ me·ngam·pa·nye·kan/ melakukan kampanye; mengadakan kegiatan untuk memperkenalkan seseorang atau sesuatu. [https://kbbi.web.id/kampanye]


Dengan demikian kampanye dapat diartikan suatu tindakan dan usaha yang bertujuan mendapat dukungan sebanyak-banyaknya dari Masyarakat yang mendapatkan hak pilih.


Orang yang ikut mengkampanyekan suatu paslon berarti ia melakukan kegiatan untuk mendukung serta memperkenalkan paslon tersebut. Perbuatan semacam ini merupakan perkara muaamalah yang hukumnya asalnya mubah. Apalagi jika tujuan kampanye itu untuk mewujudkan negara yang makmur berdasarkan kejujuran dan keadilan maka tentulah perbuatan itu sangat terpuji.


Kaum muslimin diperintahkan untuk senantiasa tolong menolong dalam kebaikan, amar ma’ruf nahi munkar, memberikan dukungan serta mengajak kepada kebaikan. Termasuk dalam urusan kampanyeu tentunya diperintahkan untuk memberi dukunngan dan mengkampanyeukan paslon yang sesuai dengan kriteria syari’at. Demikian juga tidak boleh memberi dukungan atau mengampanyekan paslon yang tidak sesuai syari’at.


Dalam menjalankan aksi kampanye tentulah harus didasari dengan keikhlasan, jujur, adil, tertib, terbuka profesional, proporsional, efektif dan efisien, tidak melanggar ketentuan-ketentuan syariat, serta mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh penyelenggara atau pemerintah.


Di antara adab-adab syari’at yang harus diperhatikan dalam berkampanye, antara lain sebagai berikut:


1.Memperlihatkan akhlakul karimah dan menjadi uswah hasanah.


وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ.


Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur. (QS. Al-Qalam [68]: 4)


وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ.


Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. (QS. Fushilat [41]: 34)


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ.


Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah Saw bersabda: "Hanyasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia." (HR. Al-Bazzar)


عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ.


Dari Abu Darda dari Nabi Saw, beliau bersabda: "Tidak ada yang lebih berat dalam timbangan amal selain akhlak yang baik." Abul Walid berkata; aku mendengar Atha' Al KaiKharani, Abu Daud berkata; "ia adalah paman Ibrahim bin Nafi'. Ia juga dipanggil dengan nama Kaikharani dan Kaukharani." (HR. Abu Dawud)


2.Hendaklah selektif dalam menerima dan menyebarkan setiap berita begitu pula jangan mencari kesalahan paslon yang lain, jangan berprasangka jelek, jangan membukakan aib paslon yang lain, jangan mencari-cari isu jelek dari paslon yang lain, jangan saling memusuhi, jangan saling membenci, jangan saling memutuskan silaturrahim dan jangan saling menyakiti.


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ.


Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat [49]: 6)


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ.


Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat [49]: 12)


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا.


Dari Abu Hurairah dari Nabi Saw beliau bersabda: "Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta, janganlah mencari-cari isu, janganlah mencari-cari kesalahan, janganlah saling mendengki, janganlah saling membelakangi (memusuhi) dan janganlah saling membenci. Akan tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR. Al-Bukhari)

Dalam Riwayat lain terdapat tambahan redaksi:


لَا تَقَاطَعُوا


Janganlah saling memutuskan tali silaturrahim. (HR. Muslim)


عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ.


Dari Hafsh bin Ashim dia berkata, "Rasulullah Saw bersabda: "Cukuplah seseorang (dianggap) berbohong apabila dia menceritakan semua yang dia dengarkan." (HR. Muslim)


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ


Dari Abdullah bin 'Amru dari Nabi Saw, bersabda: "Seorang muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah. (Muttafaq ‘Alaih).


3.Jangan saling mengadu-domba


هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ


“Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah”. (QS. Al-Qalam [68]: 11)


عَنْ حذَيْفَةَ رضي اللَّه عنهُ قالَ: قَالَ رسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "لا يَدْخُلُ الجنةَ نمَّامٌ"


Dari Hudzaifah Ra Ia berkata. Rasulullah Saw bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba'." (Muttafaq ‘Alaih)


4.Tidak bermuka dua


يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطاً


Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redlai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. QS. An-Nisa [4]: 108.


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَجِدُونَ النَّاسَ مَعَادِنَ خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقِهُوا وَتَجِدُونَ خَيْرَ النَّاسِ فِي هَذَا الشَّأْنِ أَشَدَّهُمْ لَهُ كَرَاهِيَةً وَتَجِدُونَ شَرَّ النَّاسِ ذَا الْوَجْهَيْنِ الَّذِي يَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ وَيَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ


Dari Abu Hurairah ra dari Rasulullah Saw bersabda: "Kalian akan temui manusia beragam asal-usulnya (dan kwalitas perilakunya) maka orang-orang yang baik pada zaman jahiliyyah akan menjadi baik pula pada zaman Islam bila mereka memahami (Islam), dan akan kalian temui pula manusia yang paling baik dalam urusan (khilafah/pemerintahan) ini, yaitu mereka yang tidak selera terhadap jabatan dan akan kalian temui orang yang paling buruk dalam urusan ini adalah mereka yang bermuka dua, dia datang kepada satu golongan dengan wajah tertentu dan datang kepada kelompok lain dengan wajah lain". (Muttafaq ‘Alaih)


5.Berhati-hati dalam menyampaikan aspirasi dukungan kepada paslon


وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ


Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. (QS. Al-Isra [17]: 36).


مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ


Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS. Qaf [50]: 18).


عَنْ أَسْمَاءَ أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي ضَرَّةً فَهَلْ عَلَيَّ جُنَاحٌ إِنْ تَشَبَّعْتُ مِنْ زَوْجِي غَيْرَ الَّذِي يُعْطِينِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّعُ بِمَا لَمْ يُعْطَ كَلَابِسِ ثَوْبَيْ زُورٍ


Dari Asma` bahwa seroang wanita bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki madu (isteri lain dari suaminya), karena itu apakah aku akan mendapat dosa, bila aku menampak-nampakkan kepuasan dari suamiku dengan suatu hal yang tak diberikannya kepadaku?" Maka Rasulullah Saw bersabda: "Seorang yang menampakkan kepuasan dengan sesuatu yang tidak diberikan kepadanya adalah seperti halnya seorang yang memakai pakaian kepalsuan." (Muttafaq ‘Alaih)



BACA JUGA: Memahami Siasah: Memahami Strategi Dakwah Politik Umat Menuju Pemilu 2024
Reporter: redaksi Editor: Gicky Tamimi