Peran Ayah dalam Mendidik Anak

oleh Redaksi

15 Februari 2025 | 14:23

Oleh Ela Hodijah Noor

Oleh Ela Hodijah Noor

(Ketua Bidang Tarbiyah PP Persistri)



بسم الله الرّحمن الرّحيم


Indonesia mencanangkan gerakan Generasi Emas Indonesia tahun 2045 genap di usia 1 abad Indonesia merdeka tahun 1945. Berharap sangat besar pada generasi saat ini, Indonesia diisi oleh sekitar 70% penduduk usia produktif yang menduduki berbagai posisi strategis pada pemerintahan maupun swasta. Namun, melihat keadaan anak saat ini, sebagaimana data yang diperoleh hasil dari berbagai penelitian dan survey menyebutkan kisaran 93 dari 100 anak SD telah mengakses pornografi, 21 dari 100 remaja aborsi, 135 anak korban kekerasan setiap bulan terjadi, 5 dari 100 remaja tertular penyakit menular seksual, 63 dari 100 remaja berhubungan seks di luar nikah, kasus perkosaan di 34 provinsi, kekerasan seksual di sekolah terjadi di 19 provinsi, kasus incest di 23 provinsi.Mereka adalah anak di era digital yang menghadapi realita dunia modern tanpa ada pengawasan dan pendampingan dari orang tua. Ada banyak faktor yang penyebab diantaranya, komunikasi anak dengan orang tua kurang, pergeseran nilai, kurangnya waktu baik secara kuantitas maupun kualitas untuk berkumpul dengan keluarga, kecanduan gadget, konten tanpa filter, bahkan tekanan teman sebaya. Permasalahan yang menimbulkan kekhawatiran tersebut, perlu untuk segera diantisipasi dengan merekonstruksi peran orang tua terutama ayah sebagai pemimpin dalam mendidik anak-anak.


Fakta di lapangan, setelah dikonfirmasi bahwa pemahaman masyarakat terkait dengan tugas utama mendidik anak-anak dibebankan pada seorang “ibu”. Peran ayah hanya sekedar membantu, khususnya dalam segi finansial. Ibu bertugasmendidik anak sepenuhnya, dengan bersandar pada pola adagium “ Ibu adalah sekolah pertama dan utama untuk anak-anak”. Pemahaman ini tidak sepenuhnya salah, namun akan menjadi kesalahan besar jika seorang ayah hanya diam, berlepas diri, dan menyerahkan segala urusan mendidik anak-anaknya kepada sosok ibu saja. Inilah yang perlu ada kajian ulang untuk direkonstruksi peran ayah selaku qawwamun atau pemimpin di rumah tangga yang memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik anggota keluarga. Jika seorang ayah secara optimal menata kembali peran utamanya, maka seorang ayah akan nampak lebih hebat apabila terlibat aktif dalam mendidik anak-anaknya.


Hakikat seorang ayah adalah pemimpin bagi istri, dapat dilihat dalam QS al-Nisa ayat 34: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, hal itu karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), juga karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”. Menilik ayat ini mengindikasikan bahwa laki-laki paling berhak terhadap keadaan istri dan paling bertanggung jawab terhadap kehidupan anggota keluarga di segenap aspeknya. كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِه “ Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” Lafadz tersebut menjelaskan seorang pemimpin, baik pemimpin untuk diri sendiri, istri, anak-anak bahkan untuk bawahannya akan diminta keseriusan menunaikan perannya dan akhirnya dipertanyakan atas kepemimpinannya.


Peran ayah dalam rumah tangga sebagai pemimpin dan pendidik anak-anak merupakan salah satu tugas yang juga akan diminta pertanggungjawabannya. Sedangkan arti ‘Peran’ dalam KBBI: perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Peran orang tua dalam keluargaadalah cara yang digunakan oleh orang tua dalam menerima hak dan menjalankan tugas dan tanggungjawab terhadap anak-anaknya dalam mengasuh, mendidik, melindungi, dan mempersiapkan anak dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan arti dari arti kata 'ayah' di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang tua kandung laki-laki; bapak. Peran Ayah mengandung arti paham mana hak dan mana kewajiban sebagai suami bagi istrinya, dan sebagai orang tua bagi anak-anaknya.


Peran Ayah sebagai Pemimpin memiliki fungsi untuk memberi perlindungan, membantu mengoptimalkan potensi anak dengan memilih dan mengajarkan ajaran terbaik bagi anggota keluarga. Bisa dibilang peran ayah tersebut adalah peran terindah, terpenting dan sekaligus terberat. Peran terindah, bagi seorang ayah disaat dianugrahi buah hati sesuai dengan apa yang diinginkan. Anak adalah anugrah, amanah dan perhiasan bagi orang tua, seperti yang disyaratkan dalam al quran surat al-kahfi [18] : 46,


المَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاةُ


“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi [18]:46.)  


Peran terpenting bagi seorang ayah takkala Allah subhanahu wa ta`ala meniupkan ruh pada janin dalam kandungan ibu yang mempersaksikan bahwa tiada tuhan selain Allah, fitrah ilahiah (QS. Al A`raf [7]:172). Seorang ayah harus mampu mempertahankan, mengembangkan bahkan mengistiqomahkan fitrah ilahiah tersebut inilah tugas terpenting dalam mendidik anak-anak.


Sedangkan peran terberat bagi ayah selaku pemimpin dan pendidik anak-anak disaat adanya perubahan status secara alamiah terjadi setelah menikah dan punya anak dengan sebutan baru “AYAH”. Banyak yang tanpa sadar dan kurang persiapan baik secara mental spiritual, social, ekonomi apalagi dengan kurangnya pemahaman pada syariat Islam, dituntut harus tampil menjadi sosok yang memiliki tanggung jawab besar, inilah peran “terberat” yang dimaksud. 


Mendidik anak tanpa adanya kesiapan dan kesadaran hasilnya anak yang dilahirkan akan menjadi fitnah bagi orang tuanya, hal tersebut tercantum dalam QS. At-Taghobun [64]: 15 : “ sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan/fitnah (bagimu) dan disisi Allahlah pahala yang besar”. Lebih parahnya lagi jika anak menjadi musuh bagi orang tuanya, seperti dalam firman Allah SWT dalam QS. At-Taghabun [64]: 14 : “ Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya diantara istri-istri dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”


Al-quran sendiri telah mengilustrasikan peran ayah dalam mendidik anak-anak. Ayah memiliki porsi yang strategis dan dominan. Hal tersebut, terdapat 17 komunikasi dalam aktivitas mendidik anak-anaknya yang tersebar di berbagai surat dan ayat. 14 diantaranya adalah dialog atau komunikasi antara ayah dan anak, 2 diantaranya dialog antara ibu dan anak, sedangkan 1 dialog antara orang tua dan anaknya. Hal ini mengindikasikan bahwa peran ayah harus lebih dominan dan terlibat langsung dalam Pendidikan anak-anaknya. Diantara 14 dialog atau komunikasi paling fenomenal dan legenda dalam dunia Pendidikan Islam saat Lukman mengajar anaknya dengan berbagai ajaran penuh hikmah. Selanjutnya konsep atau gagasan tersebut menjadi rujukan utama dalam mengembangkan materi bahan ajar. Peristiwa ini menjadikan Lukman sebagai icon Pendidikan Islam (QS. Lukman: 13, 16, 19). Komunikasi lainnya yang dilakukan antara Nabi Ya`qub, Nabi Yusuf As dan putra-putran lainnya, hal ini diilustrasi Allah subhanahu wa ta`ala dalam QS Yusuf yang tersebar dari berbagai ayat. Kemudian dialog Nabi Ibrahim dengan putranya nabi Ismail hal ini juga terilustrasikan kisahnya dalam QS. As-Shaffat:102.


Kisah-kisah inilah yang menjadikan dasar bahwa peran ayah dalam mendidik anak-anak, menjadi sangat dominan dibandingkan dengan seorang Ibu, inilah rekonstruksi awal dari peran ayah dalam mendidik anak-anak yang harus dibenahi dan disepakati bersama. Seperti tercantum dalam al quran 14 dialog justru dilakukan seorang ayah dengan anaknya. Dari uraian tersebut, maka sosok “ayah” tidak dapat menyerahkan sepenuhnya masalah mendidik anak-anak hanya kepada ibu dan pihak sekolah. Anak memerlukan ayah pada setiap fase perkembangannya yang tidak dapat digantikan.


Penulis menawarkan beberapa strategi untuk menjadikan ayah hebat dan terlibat dalam mendidik anak-anaknya, diantaranya;

  1. Memahami makna/nilai ajaran Islam,
  2. Mengajarkan akidah, ibadah, akhlak Islami
  3. Seleksi bahan ajar umum yang akan diberikan 
  4. Memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas terutama konsep pendidikan dan cara mendidik.
  5. Berupaya menciptakan lingkungan Pendidikan keluarga yang kondusip dan religius bagi anak-anak.
  6. Modelling, artinya seorang ayah harus menjadi idola dan teladan bagi anak-anaknya,
  7. Menanamkan moral, etika, adab serta mengenalkan norma-norma yang berlaku pada masyarakat
  8. Menjadikan anak empati, tangguh, optimis, mandiri dan melatih skill
  9. memberikan rasa aman pada anak dalam menghadapi persoalan yang timbul selama berinteraksi dengan sosialnya,
  10. Model pembelajaran di rumah lebih kreatif dan inovatif, tinggalkan pola Pendidikan yang mengandalkan tradisi keluarga yang serba tabu dan pamali selama sesuai engan syariat Islam

 

Terlepas dari strategi yang disebutkan di atas dalam prakteknya, mendidik seorang anak tentu memiliki keunikan dan permasalahannya sendiri. Anak memiliki bakat, minat dan batasan tingkat kematangan yang beragam yang tidak bisa diabaikan. Berikut sebuah gubahan dari Khalil Gibran tidak ada salahnya dikaji sebagai bentuk kehati-hatian dalam mendidik anak-anak di rumah; “ Anak- anak bukan milik orang tua, mereka putra-putri sang hidup yang rindu pada diri sendiri. Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau. Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu. Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu, sebab mereka ada alam pikirannya tersendiri. Patut kau berikan rumah untuk raganya, tapi tidak untuk jiwanya, sebab jiwa meraka adalah penghuni rumah masa depan, yang tiada dapat engkau kunjungi sekalipun dalam impian. Kau boleh berusaha menyerupai mereka, namun jangan membuat mereka menyerupaimu, sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur, pun tidak tenggelam di masa lampau. Kaulah busur dan anak-anak mulah anak panah yang meluncur. “


Dengan demikian, dari paparan di atas, dapat ditarik sebuah simpul, bahwa tugas utama seorang ayah ialah mendidik istri dan anak-anaknya sebagai amanah Allah Subhanahu wa ta`ala. “Tokoh Pendidikan” yang ditonjolkan Al-Quran dalam lingkungan keluarga adalah AYAH. Seorang ayah sebagai pemimpin yang menentukan tujuan akhir yang hendak diwujudkan dalam mendidik anak. Seorang ayahlah yang kemudian merumuskan strategi yang tepat pengarah langkah, sementara ibu sebagai pendamping dan membantu mendidik. Ayah dan ibu berdampingan seiring sejalan dalam mendidik anak-anak nya. Bahan ajar yang disampaikan berupa akidah, ibadah, akhlak bahkan prinsip hidupnya. Selain itu ayah harus berupaya menjadi modeling teladan bagi istri dan anak-anaknya, hal ini sangat berpengaruh dan menjadi argumentasi serta penguatan prilaku bagi semua anggota kelauarga.


وَالَّذِيْنَ أَمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْبِإِيْمَانِ الْحَقْنَابِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَاأَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ.


dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal meeka, tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At- Tur [52]:21)


Akhirnya semoga bermanfaat dan Allah memaafkan segala kesalahan dan kekeliruan. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokaatuh


Sumedang, 04 April 2023              

BACA JUGA:

Moh. Natsir, Ketua PB PERSIS Yang Kedua

Reporter: Redaksi Editor: Ismail Fajar Romdhon